I'LL Teach You Marianne

Tangis bahagia



Tangis bahagia

0Aroma vanilla yang lembut berhasil membuat Anne terbangun dari tidurnya, hal yang pertama ia lihat adalah wajah tampan Chistian yang rupanya ikut tidur bersamanya. Disamping Christian ada Jack yang juga masih memejamkan kedua matanya. Senyum Anne mengembang saat melihat pemandangan yang luar biasa indah itu, hatinya terasa hangat melihat dua pria yang sangat berarti dalam hidupnya berada disampingnya.     
0

Mimpi sederhananya sejak puluhan tahun lalu sudah terwujud, bisa tidur berbagi satu tempat tidur yang sama dengan suami dan anak-anaknya. Satu-satunya harapan yang Anne ucapkan saat berada di altar bersama Leon beberapa tahun lalu kini diwujudkan oleh Jack, pria yang tak pernah ia sangka akan bisa hadir dalam hidupnya.     

Karena merasa lapar Anne bergerak bangun dari ranjang, namun baru saja akan menurunkan kedua kakinya tiba-tiba tangan besar Jack menahan tangannya.     

"Mau kemana?"     

Anne tersenyum menatap Jack. "Aku lapar, sepertinya princess ingin makan. Sejak tadi ia terus bermain sepak bola di dalam perutku."     

Kedua mata Jack langsung membeliak sempurna mendengar ucapan Jack. "Apa? Princess bermain sepak bola? Benarkah?'     

"Jack, aku serius. Kami lapar,"sahut Anne dengan cepat.     

Jack terkekeh. "Ok, tunggu aku yang akan membawakan makanan untuk kalian. Kau di ranjang saja, jangan kemana-mana. Kasihan Christian kalau ditinggal."     

"Baiklah, tapi jangan lama-lama. Aku sudah lapar sekali,"ucap Anne memelas.     

"Siap Nyonya, tunggu ya. Pahlawan tanpa topeng ini akan segera kembali,"sahut Jack dengan cepat sebelum akhirnya pergi dari hadapan Anne.     

Melihat Jack pergi Anne pun kembali merebahkan tubuhnya diranjang, ia kemudian memberikan ciuman pada putranya yang masih tidur. Namun seperti biasa, Christian selalu kesal saat dicium. Anak itu seolah tahu kalau akan menjadi seorang kakak, karena itu ia selalu menolak setiap dicium oleh siapapun termasuk sang ibu sekalipun. Padahal dulu saat tinggal di Aberdeen Christian selalu meminta cium sang ibu hampir setiap saat.     

Anne pun bermain dengan ponselnya karena jenuh menunggu Jack tak kunjung kembali, saat akan sedang membuka aplikasi game di ponselnya tiba-tiba sebuah nomor yang tak terdaftar menghubunginya. Pada awalnya Anne ragu menerima telepon itu namun entah mengapa akhirnya Anne menerima panggilan itu, begitu telinganya menempel di ponselnya tiba-tiba seluruh tubuh Anne menegang.     

Sementara di lantai satu Jack masih sibuk memberikan perintah pada para koki untuk memenuhi troli yang akan ia bawa pada Anne dengan berbagai makanan.     

"Cepat, aku tak mau istriku menunggu lama,"ucap Jack kembali sambil terus mengawasi pekerjaan para kokinya yang sedang memindahkan desert ke troli baris kedua.     

"Siap, Tuan. Sudah selesai,"sahut tiga orang koki denagn kompak.     

Jack tersenyum menatap troli makanannya sudah terisi berbagai jenis makanan, sejak memasuki trimester ketiga Anne sudah tak pemilih lagi dengan makanan. Karena itu Jack meminta para koki untuk memasukkan semua makanan yang ada di dapur ke troli.     

"Biar saya saja yang membawanya, Tuan,"ucap Luis tiba-tiba menahan gerakan tangan Jack yang ingin menyentuh trolinya.     

Jack tersenyum dan mempersilahkan Luis membantunya, mereka berdua pun bergegas menuju lift yang sudah terbuka. Saat sedang berjalan beriringan seperti itu Jack dan Luis terlihat seperti ayah dan anak, karena tinggi mereka yang tak berbeda jauh.     

"Bagaimana dengan perusahaan? Apa ada masalah, Tuan?"     

"Untuk saat ini semuanya aman, tak ada masalah. Semuanya berjalan dengan sangat baik, bahkan penjualan Clarke's Jewel juga meningkat pesat dibanding bulan lalu,"jawab Jack pelan sambil tersenyum penuh kebanggan.     

"Tapi anda harus waspada Tuan, ingat air yang tenang justru lebih berbahaya dari air yang beriak,"sahut Luis datar memberi peringatan.     

Jack menepuk pundak Luis secara tiba-tiba. "Yes, aku tahu hal itu. Kau tak usah khawatir, selama orang-orang yang pernah terlibat masa lalu denganku dan Anne masih ada aku akan selalu hati-hati."     

"Baguslah kalau begitu, untuk Tuan muda, Nyonya dan si princess itu akan menjadi tanggung jawab saya. Anda tak usah khawatir, yang terpenting anda urus perusahaan dengan baik."     

"Yes sir, aku akan mengingatnya dengan baik,"kelakar Jack dengan cepat saat sedang berjalan keluar dari lift yang sudah sampai dilantai dua.     

Luis menggelengkan kepalanya melihat tingkah Jack yang sangat mirip dengan mendiang Alan itu, dulu saat Alan masih hidup ia pasti akan bicara seperti itu pada Luis setiap diberikan peringatan oleh Luis. Selalu mudah menyepelekan suatu masalah. Karena tahu sang nyonya sedang lapar Luis pun kemudian ikut menyusul Jack keluar, dengan hati-hati ia mendorong troli yang sudah berisi penuh dengan makanan itu menuju kamar tidur sang tuan.     

Langkah Luis terhenti saat melihat Jack sedang memeluk Anne yang sudah menangis, sementara Christian yang baru bangun dari tidurnya terlihat bingung melihat kedua orang tuanya berpelukan sambil menangis. Karena tak tega melihat Christian, Luis pun bergegas menuju ranjang untuk meraih Christian yang seluruh nyawanya belum terkumpul secara sempurna akibat terbangun secara tiba-tiba.     

"It's ok...it's ok... granpa's here,"ucap Luis lembut mencoba menenangkan Christian yang sudah hampir menangis.     

Karena merasa nyaman berada dipelukan Luis anak tampan itu kembali meletakkan kepalanya di dada Luis, secara perlahan ia kembali memejamkan kedua matanya. Sepertinya Christian masih sangat mengantuk, Luis pun bergegas membawa Christian keluar dari kamar sang tuan. Ia ingin memberikan waktu pada Jack dan Anne menyelesaikan masalah mereka, meski Luis mengatakan ingin melindungi Anne namun ia cukup sadar diri akan posisinya. Dalam hal-hal tertentu Luis tak mau terlalu ikut campur urusan rumah tangga sang tuan, setelah memastikan troli berada didalam kamar Luis kembudian menutup pintu dengan hati-hati. Ia tak mau ada orang lain lagi yang melihat Anne menangis, Luis harus tetap memastikan nama Jack tetap baik dimata semua pelayannya.     

Jack baru melepaskan pelukannya dari Anne setelah ia merasakan Anne sudah lebih tenang, perlahan Jack menyeka air mata Anne menggunakan tisu.     

"Kenapa kau menangis seperti ini? Apa aku membuat kesalahan?"tanya Jack pelan.     

Alih-alih menjawab pertanyaan dari sang suami Anne justru menyerahkan ponselnya pada Jack, Jack yang bingung nampak tak mengerti kemana maksud sang istri.     

"Ada apa dengan ponsel ini?"tanya Jack kembali dengan bingung.     

"L-linda..."     

"Linda, apa dia tadi menghubungimu?"     

Anne menganggukkan kepalanya perlahan dengan air mata yang kembali menetes membasahi wajahnya, Jack yang tak suka melihat Anne menangis seperti itu kembali menyeka air mata Anne.     

"Aku tak mau kau bicara dengan menangis seperti ini, lagipula apa kau tak kasihan pada princess yang ada diperutmu jika menangis seperti ini?"Suara Jack terdengar meninggi saat bicara.     

Anne menatap Jack dengan mata yang berkaca-kaca, perlahan kedua tangannya menyentuh kedua pipi Jack. "Linda...tadi dia menghubungiku, dia dan Paul menangis histeris saat berbicara denganku, Jack."     

Jack mengernyitkan keningnya. "Linda dan Paul menangis? Apa yang terjadi?"     

Bibir Anne bergetar hebat, ia terlihat sekali menahan tangis. "Linda hamil, dia berhasil hamil Jack huhuhu...sahabatku hamil Jack, terima kasih...terima kasih banyak atas bantuanmu...."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.