I'LL Teach You Marianne

Menuju Tromso



Menuju Tromso

0"Yang jelas dia tak seperti dirimu Alan,"ucap Anne singkat dan jelas.     
0

Anne sengaja berbicara seperti itu karena tak mau membandingkan Jack dengan orang lain. Terutama Alan meskipun mereka memiliki wajah yang sama persis, Anne tidak mau merusak kenangan Jack dengan sikap Alan yang berbeda 360° itu.     

Mendengar perkataan Anne yang sangat tajam itu sebuah senyum sinis mengembang di wajah Alan. "Tentu saja dia tak sepertiku, aku yakin dia pria bodoh. Sudah mengenalmu bertahun-tahun tapi tak berhasil menikmati keindahan tubuhmu ini, sementara aku yang baru bertemu denganmu dua kali saja sudah berhasil mendapatkan keperawananmu."     

Blush      

Wajah Anne memerah mendengar perkataan Alan, ia terlihat sangat marah sekali mendengar Alan bicara seperti itu. Menjelekkan Jack, pria yang masih ia cintai sampai saat ini.       

Saat Alan masih ingin menghina Jack tiba-tiba pintu kamarnya diketuk dari luar sehingga membuatnya membatalkan niat untuk melanjutkan perkataannya, dengan langkah gontai Alan berjalan menuju pintu untuk mencari tahu siapa yang berani mengetuk pintu kamarnya.      

Hawa dingin yang menggigit langsung menyeruak keluar bersamaan dengan terbukanya pintu kamar Alan, sehingga membuat Nicholas dan dua orang bodyguard yang berada di depan pintu bergidik ngeri.     

"Maaf mengganggu waktu istirahat anda tuan,"ucap Nicholas sopan.     

"Langsung ke inti, jangan basa-basi." Alan menjawab ketus perkataan Nicholas.      

"Roger Dauglas, pria brengsek itu mengikuti kita ke Norwegia. Saat ini dia sedang dalam perjalanan menuju hotel ini Tuan." Nicholas langsung bicara ke inti tanpa basa basi     

"Roger Dauglas.." Alan bergumam lirih menyebut nama salah satu teman baiknya itu.      

Alan masih mengingat jelas apa yang dikatakan Roger terakhir kali pada pertemuan mereka beberapa bulan yang lalu, dimana saat itu Roger dengan jelas mengatakan ingin memiliki semua yang Alan miliki.      

"Ayo berkemas Nick, kita pindah dari hotel ini. Aku tak mau dia bertemu Anne,"ucap Alan tiba-tiba.      

"Siap Tuan."     

Setelah berkata seperti itu Alan lalu masuk kembali kedalam kamar menuju lemari besar untuk merapikan kopernya, beruntung Anne belum memindahkan pakaian-pakaian mereka ke dalam lemari. Jadi Alan tak mengalami kesulitan untuk merapikan pakaiannya, Anne yang masih duduk di ranjang mengabaikan Alan. Ia tak memperdulikan apa yang suaminya lakukan saat ini, Anne masih sakit hati dengan ucapan Alan sebelumnya.      

"Pakai jaketmu, kita pindah dari hotel ini." Suara Alan terdengar lantang saat berbicara sehingga membuat lamunan Anne buyar.     

"Pindah? Pindah kemana?"tanya Anne bingung.     

"Tromso."     

"No, aku tak mau pindah ke tempat itu. Aku mau disini, ka-kalau harus pindah kita pindah ke hotel seberang saja,"sahut Anne panik, mendengar Alan akan membawanya pergi ke kota Tromso akan menghancurkan rencana Anne menemui Erick dan Alice untuk meminta bantuan mereka.     

"Bukan kau yang berhak mengatur saat ini Anne, kau tak punya hak untuk itu,"ucap Alan ketus.     

"A-aku tak mau Alan, aku mau disini saja. Kalau kau mau pindah silahkan pindah saja…"     

Prank     

Alan melempar gelas kosong yang berada di dekatnya ke lantai, sehingga menimbulkan suara yang memekakkan telinga.     

"Kau istriku, kau ikut kemanapun aku pergi dan jangan membantah!!"hardik Alan dengan suara meninggi.     

"Aku punya hak untuk menolak!!"jawab Anne kembali tak mau kalah.     

Kesabaran Alan habis mendengar perkataan Anne, tanpa menyelesaikan pekerjaannya Alan lalu berjalan menuju ranjang dimana Anne berada. Dengan cepat Alan meraih tangan Anne dan memaksanya untuk bangun dari ranjang.      

"Sakit..."     

"Kalau kau masih bisa merasakan sakit patuhlah dan jangan melawan, aku bisa lebih kejam dari malam itu Anne."     

Anne terdiam mendengar perkataan Alan, diingatkan kembali soal malam dimana ia kehilangan segalanya selalu membuat Anne lemah. Melihat Anne tak membantah Alan lalu menarik tangan istrinya itu dengan kasar dan membawanya keluar dari kamar, meninggalkan koper-kopernya yang belum selesai dirapikan. Alan juga tak memperdulikan Anne yang belum memakai jaketnya, yang ia tahu saat ini adalah membawa Anne pergi dari Oslo secepatnya. Alan tak mau Roger Dauglas melihat Anne, Alan tak mau Roger melakukan hal yang sama lagi seperti yang ia lakukan pada wanita-wanita Alan yang lain dengan menidurinya. Alan tak mau Anne disentuh oleh siapapun selain dirinya, karena itulah ia memutuskan untuk pindah dan menjaga jarak sejauh mungkin dengan Roger. Roger sendiri adalah satu-satunya teman dekat Alan yang tak diundang oleh pada saat ia menikah.      

"Alan lepas, aku bisa jalan sendiri…"     

"Diam!!"     

"Alannn.."     

"Tuan." Nicholas yang sudah berada didepan pintu kamar langsung menyapa Alan yang baru keluar dari kamar.      

"Oh bagus kau disini, tolong rapikan barang-barangku di dalam. Aku tunggu di bawah,"pinta Alan dengan cepat.     

"Siap Tuan, saya mengerti,"jawab Nicholas dengan patuh.      

Setelah berkata seperti itu Alan kembali melanjutkan langkahnya menuju lift bersama Anne yang masih ia cengkram dengan erat di tangan kanannya, meski Anne merengek minta dikepang namun Alan tak menggubrisnya. Ia terus saja melingkarkan tangan besarnya di tangan Anne meskipun sudah berada di dalam lift, dua orang bodyguard yang mengawalnya pun hanya bisa diam. Mereka tak berani membuka mulut melihat apa yang tuannya itu lakukan pada istrinya, sesampainya di lobby Alan langsung bergegas menuju mobil yang sudah siap mengantarnya kemanapun akan pergi. Anne yang tak bisa berbuat apa-apa hanya bisa pasrah saat dipaksa masuk ke dalam mobil, usahanya untuk menemui Erick dan Alice pun hanya tinggal angan-angan belaka.      

Tak lama setelah Alan dan Anne masuk ke dalam mobil Nicholas dan beberapa dua orang bodyguard lainnya datang dengan membawa koper-koper besar, dengan gerakan cepat mereka masuk ke dalam mobil menyusul sang tuan yang tak melepaskan tangannya dari pinggang sang istri yang duduk disampingnya.      

"Semuanya sudah selesai Tuan." Lapor Nicholas pada Alan ketika masuk ke dalam mobil.     

"Good, ayo cepat pergi. Jangan sampai si brengsek itu mengikuti kita lagi dan tolong urus Roger beserta anak buahnya, pastikan mereka tak meninggalkan Oslo selama aku berada di Tromso,"jawab Alan datar.     

"Siap Tuan, anda jangan khawatir. Roger Dauglas tak akan bisa mengejar anda lagi,"ucap Nicholas dengan cepat.      

Alan tersenyum mendengar perkataan Nicholas, ia nampak sangat puas melihat hasil kerja anak buahnya itu. Setelah semua proses selesai mobil yang membawa Alan dan anak buahnya pun pergi meninggalkan hotel menuju bandara untuk pergi ke Tromso, saat melintasi hotel tempat Erick dan Alice berada kedua mata Anne berkaca-kaca. Ia ingin sekali melompat turun dari mobil saat ini, akan tetapi ia sadar bahwa apa itu adalah hal yang paling tidak mungkin untuk dilakukan.      

"Jangan pernah mencoba berpikir untuk kabur dariku Anne, ingat itu baik-baik. Sejak kau menginjakkan kaki di Luksemburg kau sudah ditakdirkan untuk menjadi milikku, persetan dengan pria bernama Jack itu mulai saat ini dan seterusnya kau hanya boleh memikirkan aku. Hapus kenanganmu bersamanya,"ucap Alan lirih bersamaan dengan semakin eratnya pelukan di pinggang Anne.     

"Kau tak punya hak untuk itu Alan,"jawab Anne ketus mencoba melawan Alan.     

Melihat Anne melawan membuat Alan semakin tertantang, tanpa Anne duga Alan tiba-tiba meraih tubuhnya dan didudukkan di atas perutnya.     

"Coba katakan lagi Anne,"ucap Alan dingin sambil meremas kedua bokong Anne dengan gemas.      

Anne tersentak saat Alan menyentuhnya di hadapan semua anak buahnya, dengan tubuh lemas akibat sentuhan Alan yang tiba-tiba Anne pun hilang keseimbangan dan terjatuh diatas tubuh Alan.      

"Stop please…."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.