I'LL Teach You Marianne

Kembali terluka



Kembali terluka

0Alan menunduk, ia masih ingin memberikan siksaan pada Anne. Karena tahu Anne adalah wanita tanpa pengalaman Alan sengaja berlama-lama di area dua bukit indah itu tanpa membebaskan keduanya dari himpitan bra yang melingkupinya. Suara erangan yang Anne keluarkan terdengar sangat seksi di telinga Alan, Alan yang selalu di layani dengan setulus hati oleh wanita-wanita cantik kini merendahkan dirinya memberikan pelayanan pada Anne. Karena itulah ia tak mau langsung ke inti, ia ingin melihat Anne menikmati permainannya yang pastinya akan sangat menyiksa untuk Anne. Setelah merasa cukup puas, Alan pun melepas pengait bra yang digunakan Anne dalam sekali percobaan. Pengait bra yang berada di bagian depan, sangat memudahkan Alan membebaskan kedua benda kenyal indah kesukaannya itu dengan mudah.      
0

Tanpa menunggu lama Alan langsung melahap puncak dada Anne yang masih sangat indah indah itu dengan rakus, menggunakan kemampuan lidahnya yang luar biasa Alan mengitari puncak dada Anne. Sesekali ia menyesap dengan kuat yang diakhiri sebuah gigitan kecil, menyiksa Anne dalam keadaan yang sama sekali tak ia inginkan.     

Anne hanya bisa menahan dirinya agar tak mengeluarkan suara, ia tak mau terlihat menikmati apa yang sedang Alan lakukan. Karena bibir bawahnya sudah terluka setelah tindakan Alan terakhir di Frankfurt, Anne tak bisa menggigitnya lagi. Ia hanya menutup rapat mulutnya sebagai usaha terakhir untuk mempertahankan harga dirinya yang sudah dihancurkan Alan.     

"Nikmati permainanku Anne,"ucap Alan lirih tanpa melepaskan bibirnya dari puting mungil yang menggemaskan itu.      

Anne tak merespon perkataan Alan dan hal itu membuat Alan sedikit kecewa, ia lupa Anne adalah wanita yang tak menginginkan dirinya. Karena itulah Alan langsung melepaskan tangan kirinya yang sebelumnya mengunci kedua tangan Anne diatas kepalanya, Alan membiarkan kedua tangan Anne bebas agar ia bisa berekspresi. Setelah membuat kedua tangan Anne bebas, Alan kemudian meremas bagian dada yang lain dengan gerakan yang sedikit kasar sehingga membuat tubuh Anne bereaksi.      

"Good girl...cepat sebut namaku Anne…"     

"Stop Alan.."     

"Eh..bukan itu yang ingin aku dengar, panggil namaku Anne...sebut namaku!!"     

Anne masih berusaha sekuat tenaga untuk tidak melakukan perintah Alan, ia tak mau membuat Alan semakin besar kepala karena menganggap dirinya menikmati permainan itu. Akan tetapi dengan diamnya Anne membuat Alan justru semakin berhasrat, ia menjadi semakin gila.      

"Ma-maaf Alan, maafkan aku…"jeritan Anne terdengar keras dibarengi suara erangan yang cukup keras dari Anne, rupanya Anne mencapai puncak pertamanya karena pemanasan yang Alan lakukan.      

Alan terkejut saat merasakan tubuh Anne bergetar dahsyat, ia belum menyadari kalau Anne sudah mendapatkan orgasme. Akan tetapi saat ia melihat perubahan cara bernafas Anne dengan tubuh yang mendadak lemas, akhirnya Alan sadar. Bahwa wanitanya itu sudah mencapai orgasme, senyum penuh kemenangan tersungging di wajah Alan ketika berhasil membuat Anne      

"See, kau mungkin menolakku Anne tapi tubuhmu tidak. Kau mungkin boleh berkata tidak, akan tetapi faktanya kau sama seperti wanita-wanitaku terdahulu. Sama-sama menginginkan sentuhanku, karena aku adalah laki-laki yang baik aku tak akan melanjutkan permainan ini. Aku akan memberikanmu waktu untuk menikmati orgasme pertamamu ini hahahaha…"     

Setelah bicara seperti itu Alan lalu bangun dari atas tubuh Anne, senyum sinisnya mengembang saat melihat celana yang dipakai oleh Anne basah. Tanpa rasa bersalah Alan lalu bergegas pergi dari kamar dengan memakai kemejanya kembali yang sebelumnya ia lempar ke lantai, Alan meninggalkan Anne dalam keadaan hancur berantakan tanda merah keunguan bertebaran di dada dan keringat yang membasahi tubuh. Anne benar-benar hancur, ia merasa seperti seorang pelacur yang ditinggalkan begitu saja oleh pelanggannya pasca bercinta. Sungguh penghinaan yang sangat menyakitkan, apalagi ditambah dengan kata-kata yang sebelumnya diucapkan oleh Alan sebelumnya.      

Anne menyilangkan kedua tangannya ke dada dengan masih gemetaran, tak lama kemudian suara tangisnya pun terdengar sangat keras begitu memilukan. Anne menangis sejadi-jadinya, merutuki dirinya sendiri atas apa yang baru ia lakukan. Meskipun orgasme diluar kuasanya namun tetap Anne menyesali hal itu.      

Sementara itu Alan yang saat ini sudah sampai di bar nampak menikmati minuman hasil racikan bartender yang berada di hadapannya, sesekali ia tersenyum saat mengingat apa yang baru saja ia lakukan pada Anne.      

"Wanita munafik, kau bilang tak suka padaku tapi kau menikmati sentuhanku,"ucap Alan lirih tanpa sadar.      

"Begitulah wanita tuan, pada dasarnya mereka itu hanya jual mahal saja,"sahut sang bartender mengomentari perkataan Alan setelah tanpa sengaja ia mendengar apa yang akan katakan.     

Alan terkekeh mendengar perkataan bartender yang berada di hadapannya itu. "Kau benar, mana mungkin ada wanita yang menolak permainan panas di ranjang dan uang di dunia ini."     

Sang bartender tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan tamu hotel yang baru terlihat olehnya itu, ia kemudian kembali menyajikan minuman racikan terbaiknya pada Alan. Karena tak mau menikmati minum sendiri Alan lalu menghubungi Nicholas untuk turun dan bergabung dengannya di bar, ia benar-benar melupakan Anne yang dikamar. Tak lama kemudian Nicholas dan dua orang bodyguard pun turun menemani Alan minum, Nicholas sengaja hanya mengajak dua anak buahnya saja untuk minum. Pasalnya saat ini dua orang bodyguard yang lain tengah berada di depan kamar sang tuan, menjaga nyonya mereka yang berada di kamar.      

Setelah puas menangis Anne berjalan menuju kamar mandi, ia harus segera membersihkan tubuhnya dari semua sisa-sisa perbuatan Alan beberapa saat yang lalu. Dengan kedua kaki yang lemas, Anne berjalan menuju kamar mandi dan melepaskan pakaiannya yang sudah acak-acakan satu demi satu.      

Brakk      

Anne melempar celananya yang basah karena cairan cintanya sendiri ke lantai dengan penuh emosi.      

"Kau lemah Anne, kau bodoh hiks...apa yang kau lakukan tadi justru semakin membuat monster itu semakin angkuh...kau bodoh Anne huhuhu…"      

Anne kembali menangis, harapannya untuk lepas dari Alan pun semakin tipis. Meskipun Alan tak memaksakan kehendaknya seperti malam itu, akan tetapi karena Anne mencapai puncak kenikmatan tanpa berhubungan seks hal itu membuatnya justru lebih hancur. Anne benar-benar dibuat kehilangan harga diri oleh Alan dan itu sangat menyakitkan untuk Anne, karena sadar tak bisa berbuat apa-apa Anne hanya bisa menangis. Melampiaskan semua kekesalan dan kesakitan dalam dirinya seorang diri, di bawah guyuran air dingin tanpa memperdulikan bahwa saat ini sedang musim dingin.      

Bandara Tromso     

Meskipun cuaca mudah berganti dan tak bisa ditebak namun penerbangan menuju kota itu cukup padat, banyak wisatawan mancanegara yang berbondong-bondong datang ke kota Tromso. Akan tetapi untuk rombongan pengusaha yang baru saja turun dari pesawat keberadaannya di Tromso merupakan sebuah kewajiban, pasalnya ia harus menghadiri sebuah acara penting yang berkaitan dengan perusahaanya.      

"Selamat datang Tuan Maguire,"sapa seorang pria berambut putih pada seorang pria muda yang tengah berjalan bersama sekretaris dan para bodyguardnya.     

"Terima kasih atas kedatangan anda di Tromso Tuan,"ucapnya kembali seraya mengulurkan tangannya pada tamu kehormatannya itu.     

Pria muda yang dipanggil dengan nama Maguire itu kemudian tersenyum. "Sudah kewajiban bagi Muller Finance Internasional untuk hadir dalam acara ini Tuan Antonio."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.