I'LL Teach You Marianne

Transit Hotel



Transit Hotel

0Daniel hanya pasrah ketika Aron memaksanya pergi ke Norwegia, sehingga mau tak mau semua pekerjaannya yang belum selesai harus dibawa. Ia masih tak mengerti kenapa tiba-tiba Aaron ingin pergi ke Norwegia, padahal Aaron adalah orang yang yang sangat tidak menyukai travelling seperti ini. Kecuali ada urusan bisnis yang tak bisa ditinggalkan atau diwakilkan barulah Aaron mau pergi ke luar negeri.     
0

Dengan menaiki pesawat komersil Daniel dan Aaron pergi menuju Oslo ibukota Norwegia, menempuh perjalanan selama 2 jam membuat mereka bisa beristirahat sejenak di kursi bisnis. Daniel memilih untuk tidur sejenak, sementara Aaron menatap ke arah luar jendela melihat pemandangan. Ia merasa sangat bersemangat sekali datang ke Norwegia, Aaron ingin memberikan kejutan kepada Rose yang sudah pergi ke Norwegia terlebih dahulu tadi pagi. Meskipun Rose tidak memintanya datang namun Aaron pemilih datang ke Norwegia untuk melihat bagaimana cara seorang wartawan bekerja, Rose yang sudah tahu Aaron adalah seorang CEO dari perusahaan besar awalnya merasa sungkan berteman dengannya. Namun ketika Aaron menegaskan kalau ia bukanlah siapa-siapa jika di luar kantor akhirnya Rose mau tetap menjalin pertemanan dengan Aaron, padahal selama ini yang ia tahu para pemilik perusahaan sangat anti sekali berhubungan dengan wartawan.     

Setelah terbang selama 2 jam pesawat yang dinaiki Aaron dan Daniel akhirnya mendarat dengan apik di bandara Oslo, karena sudah melakukan reservasi sebelumnya Aaron akhirnya dijemput oleh petugas hotel tempatnya akan menginap dalam waktu beberapa hari ke depan.     

"Aku tak menyangka anda sudah menyiapkan sampai sedetail ini bos,"ucap Daniel pelan saat berada di mobil yang akan membawa mereka ke hotel.     

"London ke Oslo itu dekat Daniel tidak jauh dan sangat mudah sekali untuk melakukan reservasi hotel seperti ini, jadi jangan terlalu memujiku seperti itu Daniel,"jawab Aaron dengan cepat menyombongkan dirinya.     

"Itu bukan memuji bos, jangan salah tangkap,"sahut Daniel ketus.     

Aaron tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Daniel, ia memang sengaja berkata seperti itu untuk menggoda sahabatnya itu. Pasalnya Aaron tahu sekali kalau Daniel tidak menyukai perjalanan ke luar negeri kali ini, karena banyaknya pekerjaan yang yang harus diselesaikan secepatnya. Namun karena Daniel tak bisa menolak ajakan Aaron, akhirnya terpaksa ia tetap pergi ke Norwegia untuk sebuah perjalanan yang tidak ia tahu apa tujuannya.     

Perjalanan dari bandara menuju hotel tidak memakan waktu lama, setelah tiba di kamarnya sendiri Aaron kemudian menghubungi Rose kembali untuk meminta alamat detail tempatnya berada saat ini. Tanpa rasa curiga Rose pun memberikan tempatnya bertugas kepada Aaron.     

"Aku akan memujamu setulus hatiku kalau kau ada di Oslo saat ini Aaron, namun aku yakin sekali kau masih sibuk dengan pekerjaanmu."     

Aaron membaca pesan terakhir yang rose kirimkan padanya, senyumnya pun mengembang saat sudah selesai membaca pesan dari Rose itu. Tanpa pikir panjang Aaron kembali mengirimkan pesan kepada Rose yang hanya berisi sebuah emoticon bergambar bunga mawar seperti nama Rose, setelah mengetahui dimana tempat Rose bertugas Aaron kemudian bergegas untuk tidur. Masih banyak pekerjaan yang harus ia lakukan besok pagi, dalam rangka memberikan kejutan kepada Rose dan menagih ucapan yang Rose katakan sebelumnya kepada dirinya.     

Pesawat jet milik keluarga Clarke mendarat di bandara Internasional Frankfurt untuk transit karena cuaca yang tidak mendukung untuk melanjutkan penerbangan, meskipun menggunakan pesawat jet milik keluarganya namun Alan tidak mau mengambil resiko apalagi saat ini ia sedang bersama dengan Anne yang sudah menjadi istrinya.     

"Apa perlu kita mencari hotel terbaik tuan?"tanya Nicholas sopan pada Alan saat pesawat benar-benar berhenti.     

"Tidak usah, kita hanya perlu menunggu cuaca buruk hilang. Jadi lebih baik kita menginap di hotel yang berada di sekitar bandara saja,"jawab Alan datar.     

"Tapi apa tidak apa-apa tinggal di hotel yang ada di kawasan bandara ini tuan?"tanya Nicholas kembali dengan hati-hati memastikan dirinya tak salah dengar.     

Alan mengalihkan pandangannya dari Anne yang sudah terlelap di sebelahnya ke arah Nicholas yang berdiri dihadapannya. "Di dalam area transit Terminal 1 Bandara Frankfurt ada sebuah hotel kontemporer yang diperuntukkan bagi penumpang dengan penerbangan ke atau dari negara non-Schengen, kita bisa memakai hotel itu untuk istirahat sementara waktu Nick. Selain hemat waktu kita juga bisa tahu kapan akan terbang lagi karena masih ada di wilayah bandara, kalau seandainya kita keluar dari bandara dan mencari hotel lain maka itu akan membuang banyak waktu. Kalau kita menginap di hotel yang ada di bandara ini kau tak perlu membawa barang-barangku dan Anne naik turun pesawat menuju hotel, bukankah itu lebih memudahkan dirimu?"     

Nicholas menelan ludahnya dengan susah payah, ia mengerti arah pembicaraan sang tuan. Hanya saja ia masih ragu apakah seorang Alan Knight Clarke mau menginap di hotel kontemporer seperti itu, makanya ia bertanya lagi supaya tak membuat kesalahan. Akan tetapi setelah mendengar perkataan sang tuan akhirnya ia yakin kalau tuan mudanya itu tak masalah jika menginap di hotel yang ada di bandara.     

"Selama ada Anne disisiku tak masalah dimana aku akan tidur malam ini,"ucap Alan kembali sambil menatap Anne yang baru saja bergerak karena posisi tidurnya tak nyaman.     

Deg     

Nicholas akhirnya menyadari apa yang membuat tuan mudanya itu mau menginap di hotel kontemporer yang ada di bandara, semua itu tidak lain tidak bukan karena keberadaan Anne. Tak lama kemudian Nicholas pun langsung turun dari pesawat untuk melakukan reservasi di My Cloud Transit Hotel untuk menginap sampai menunggu cuaca membaik, setelah Nicholas turun Alan berpindah tempat duduk dan menatap Anne lebih dekat. Selama penerbangan dari Luksemburg sampai ke Frankfurt tak ada percakapan yang terjadi diantara mereka, Anne lebih memilih menatap ke arah luar jendela daripada bertatap muka dengan Alan yang terus-menerus mencari perhatiannya.     

"Mungkin saat ini kau masih belum mau menerimaku Anne, tapi aku yakin sekali dalam waktu dekat ini kau pasti akan jatuh cinta padaku. Aku yakin sekali,"ucap Alan lirih sambil tersenyum melihat wajah Anne yang damai saat tidur, karena pakaian yang digunakan Anne menutupi lehernya alhasil Alan tak bisa melihat tanda merah keunguan yang berada di leher Anne.     

Tak lama kemudian Nicholas pun kembali lagi ke pesawat, ia melaporkan kalau sudah berhasil melakukan pemesanan kamar untuk Alan dan Anne. Alan awalnya tak ingin membangunkan Anne, akan tetapi Anne yang tak benar-benar tertidur dengan pulas langsung terbangun saat tangan Alan menyentuh pinggangnya.     

"Jangan panik, aku hanya ingin membangunkanmu saja,"ucap Alan berbohong.     

"Memangnya kita sudah sampai di Norwegia?"tanya Anne waspada sambil menyilangkan kedua tangannya didepan dada.     

"Frankfurt, kita transit terlebih dahulu. Cuaca sedang buruk, kita tak bisa meneruskan perjalanan Anne,"jawab Alan lembut, menjelaskan dimana mereka berada saat ini.     

"Lalu sekarang apa yang akan…"     

"Kita menginap terlebih dahulu di hotel sambil menunggu cuaca membaik, setelah itu kita melanjutkan perjalanan kembali,"sahut Alan dengan cepat memotong perkataan Anne.     

Wajah Anne langsung berubah pucat mendengar kata hotel dan menginap, bayangan akan perlakuan kasar Alan padanya malam itu terlintas lagi dalam benaknya.     

"No, a-aku tak mau menginap satu kamar denganmu. Aku lebih baik menunggu di ruang tunggu saja,"ucap Anne tergagap.     

Alan tersenyum dingin mendengar perkataan Anne. "Tidak bisa sayang, kau adalah istriku sekarang jangan lupa itu. Dan sebagai suami istri kita harus berada kamar yang sama, banyak hal yang bisa kita lakukan sebagai pemanasan sebelum kita…     

Plakk     

"In your dream!!!"jerit Anne dengan keras.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.