I'LL Teach You Marianne

I hate you, monster



I hate you, monster

0Anne terbangun dari tidurnya karena tenggorokannya kering pasca menangis hampir semalam, selama tidur ia pun tak mengubah posisi karena seluruh tubuhnya terasa sakit.     
0

"Jack...maaf, maafkan aku..."isak Anne lirih saat berhasil mengingat apa yang terjadi kepadanya tadi malam, beruntung Alan sudah menyingkirkan tangannya dari tubuh Anne. Jadi Anne bisa bangun dari ranjang tanpa kesulitan yang berlipat.     

Dengan menahan rasa nyeri yang menusuk Anne berjalan menuju kamar mandi, hal pertama yang ia ingin lakukan adalah membersihkan tubuhnya dari sisa-sisa jamahan Alan tadi malam. Kedua mata Anne kembali meneteskan air mata saat melihat noda darah di ranjang yang baru saja ia tinggalkan, dadanya pun terasa sesak kembali. Untuk menahan suaranya agar tak keluar Anne menggigit kuat bibirnya, ia tak mau membangunkan monster jahat yang masih tertidur itu. Kamar mandi yang hanya berjarak beberapa langkah itu terasa sangat jauh bagi Anne yang berjalan seperti siput.     

"Tuhan...tolong aku, angkat sedikit rasa sakit ini,"ucap Anne lirih, selimut yang membalut tubuhnya itu membuat langkahnya semakin lambat.     

Setelah berdiam diri cukup lama Anne akhirnya punya sedikit tenaga, ia juga merelakan tubuhnya tak terlindung selimut lagi karena menyadari kalau selimut itu membuatnya tak bisa berjalan dengan cepat. Begitu sampai di kamar mandi yang penuh perjuangan Anne langsung mengunci pintu dari dalam dan berjalan menuju kaca besar yang berada di depan wastafel, bibirnya bergetar saat melihat pantulan dirinya di depan kaca.     

Kedua mata yang sudah sangat bengkak memperburuk wajahnya yang sudah sepucat kertas, belum lagi ditambah beberapa love bite yang dibuat Alan diatas kulitnya. Anne menutup kedua matanya dengan air mata yang mengalir deras saat menyentuh dadanya yang penuh tanda merah keunguan, setiap love bite yang tercipta di atas kulitnya terasa sangat sakit ketika disentuh.     

"K-kau jahat Alan, kau jahat. Aku sangat membencimu.."     

Tiga kata itulah yang terucap dari bibir pucat Anne saat berdiri dibawah shower, Anne sengaja membuat seluruh tubuhnya basah dengan harapan setiap jejak yang Alan tinggalkan di tubuhnya hilang terbawa air. Tangis Anne pecah saat mengingat kebodohan yang sudah ia lakukan tadi malam, sebuah kebodohan besar yang membuatnya larut dan terlena dalam sentuhan Alan. Meski awalnya Alan yang memulai namun Anne tak memungkiri kesalahannya yang sangat fatal karena sudah mengira Alan adalah Jack. Sampai akhirnya ia membiarkan Alan menyentuhnya.     

"Jack hiks, maafkan aku..aku seharusnya bisa membedakan antara dirimu dan pria gila itu huhu....maafkan aku Jack, maafkan kebodohanku."     

Tangisan Anne yang cukup keras tersamarkan oleh gemericik air yang menyentuh lantai, sejak tadi malam Anne menahan diri untuk tak berteriak memanggil nama Jack seperti saat ini.     

Hanya satu kali Anne menyebut nama Jack, tepat sebelum Alan melakukannya, Anne menyebut nama Jack. Karena terbawa suasana Anne menjadi hilang kesadarannya dan terus menganggap Alan adalah Jack sampai akhirnya kesadarannya datang saat Alan sudah selesai melakukannya. Tanpa memperdulikan dinginnya lantai, Anne duduk dengan shower yang masih mengalirkan air dingin. Bahkan ketika tubuhnya mulai menggigil Anne tak peduli, ia bertekad baru akan meninggalkan tempatnya berada saat ini ketika semua tanda yang Alan buat hilang.     

Hal pertama yang Alan lakukan ketika membuka mata adalah mencari Anne, dalam keadaan belum sepenuhnya sadar Alan akhirnya menyadari kalau Anne tak ada disampingnya pasca ia tak menemukan tubuh wanita yang berhasil ia miliki tadi malam.     

"Anne!!!"desis Alan spontan, tanpa memakai pakaian Alan langsung melompat ranjang untuk memeriksa pintu. Ia hampir saja terjatuh saat kakinya terlilit selimut yang Anne tinggalkan begitu saja di lantai.     

"Selimut, dia masih disini. Ya aku yakin dia pasti masih di villa,"ucap Alan lirih sambil menggenggam erat selimut yang baru ia angkat dari lantai.     

Mata elang Alan melirik ke arah kamar mandi yang tertutup rapat, ia yakin sekali Anne ada di dalam kamar mandi. Pasalnya tadi malam sebelum tidur Alan sempat pergi ke kamar mandi sebentar dan tak menutup pintu kamar mandi serapat itu, setelah yakin Anne masih ada dalam daerah kekuasaannya Alan menyambar piyama tidurnya yang berada di kursi.     

"No junior no, kau tadi malam sudah mendapatkan hadiah istimewa. Pagi ini kau harus tenang dan jangan menyiksaku, wanitaku itu masih kelelahan jadi jangan terlalu berambisi. Beri ia waktu untuk menyesuaikan diri, kesempatanmu masih banyak untuk memuaskan diri lagi junior,"ucap Jack pelan pada kebangaannya yang sudah kembali mengeras dan terlihat menyembul di balik piyama yang Jack pakai.     

Karena merasa haus Jack lalu berjalan menuju kulkasnya kembali. "Dia belum minum rupanya."     

Dalam sekali putar tutup botol yang sudah berada di tangannya pun terbuka, Alan lalu menenggak air dingin yang berada dalam botol kaca itu dalam sekali tegak. Selain untuk meredakan dahaganya Alan juga berusaha untuk menenangkan hasratnya yang kembali bergelora.     

"Dasar kau ini,"ucap Alan terkekeh sambil menatap ke arah pangkal pahanya yang sudah tak sekeras sebelumnya, Alan lalu memilih memakai celana boxernya untuk memastikan juniornya tetap patuh padanya.     

Setelah merasa nyaman Alan lalu berjalan menuju pintu kamar mandi, sejak ia bangun sampai memakai celana boxer sudah menghabiskan waktu sekitar sepuluh menit dan Anne tak kunjung keluar dari dalam kamar mandi. Rasa khawatir pun mulai datang pada Alan.     

Dok     

Dok     

Dok     

"Buka pintunya Anne, aku tahu kau ada didalam. Ayo buka pintunya, tak ada hal yang bisa kau lakukan seorang diri dalam kamar mandi Anne,"ucap Alan keras sesaat setelah mengetuk pintu kamar mandi sebanyak tiga kali.     

Alan tertegun saat tak mendengar jawaban dari dalam, ia menarik nafas panjang berusaha untuk tak marah karena tahu siapa yang berada di dalam kamar mandi saat ini. Alan tak takut Anne berbuat macam-macam, pasalnya dikamar mandi tak ada satupun benda tajam. Bahkan jika punya tenaga sekuat hercules saja belum tentu berhasil menghancurkan kaca yang terpasang di dinding kamar mandi, pasalnya Alan memasang kaca khusus yang tak bisa dihancurkan dengan tendangan atau sebuah peluru biasa. Namun ketenangan Alan perlahan hilang saat menyadari Anne sudah menghabiskan waktu lebih dari 20 menit.     

Dok     

Dok     

Dok     

"Anne, buka pintunya sekarang!!! Jangan sampai aku marah Anne, kau akan menyesal kalau membuat seorang Alan marah,"hardik Alan mulai khawatir, pasalnya ia tak mendengar suara apapun dari dalam kamar mandinya itu.     

Alan pun habis kesabaran, tanpa pikir panjang ia berjalan menuju nakas dan meraih sebuah pistol yang berada di salah satu sudut nakas yang tersembunyi.     

Dorr     

Dalam sekali bidik handle pintu yang masih tertutup itu pun hancur, dengan menggunakan kaki Alan menendang pintu kamar mandinya yang langsung terbuka itu.     

"Anne!!!"pekik Alan dengan keras saat menemukan sosok yang sudah ia cari lebih dari dua puluh menit itu.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.