I'LL Teach You Marianne

Hidup matimu milikku



Hidup matimu milikku

0Anne terbangun dari tidurnya saat merasakan sakit yang menusuk di tangannya karena selang infus rupanya terjepit sehingga darahnya naik ke dalam selang dan menimbulkan sensasi menggigit pada tangan yang akhirnya mampu membawa Anne kembali ke alam sadar, Alan yang sedang memeriksa pekerjaannya di sofa yang tak jauh dari ranjang tak menyadari Anne sudah bangun.     
0

"Urrgghh..."     

Deg     

Alan langsung tersadar saat mendengar erang kesakitan Anne, ia langsung melempar ponsel pintarnya diatas sofa dan langsung berlari menuju ranjang untuk menghampiri Anne.     

"Anne, kau sudah sadar?"     

Anne yang belum sepenuhnya membuka mata langsung mengenali suara yang baru saja ia dengar, kedua matanya pun langsung terbuka sepenuhnya dan berhasil menemukan sang empunya suara. Seketika otak Anne pun memutar kejadian mengerikan yang terjadi tadi malam.     

"No!!! Pergi, jangan sentuh aku,"teriak Anne panik sambil berusaha bangun dari ranjang untuk menjauh dari Alan yang saat ini sudah duduk disampingnya.     

"Anne..."     

"Please noo...arghhhh,"jerit Anne kesakitan saat merasakan tangannya semakin perih karena jarum infus yang terpasang pada tangannya terlepas saat ia menarik paksa selimut untuk menutupi tubuhnya kembali, seketika seprai yang menjadi saksi kejadian tadi malam pun kini memiliki bercak darah tambahan dari tangan Anne yang terluka.     

"Stop!! Jangan bergerak Anne, tanganmu terluka,"bentak Alan dengan keras saat melihat luka baru ditangan Anne.     

Anne yang sangat ketakutan pada Alan tak memperdulikan teriakan Alan, ia terus bergerak, berusaha menjaga jarak sejauh mungkin dari pria yang sangat ia benci itu. Sampai akhirnya Anne pun terjatuh dari ranjang dan membuatnya semakin terluka karena tubuhnya menghantam lantai marmer yang keras.     

"Anne!!"     

Alan yang marah karena melihat Anne kembali melukai dirinya sendiri akhirnya habis kesabaran, dengan cepat ia meraih wajah Anne dan langsung melumat bibir Anne yang masih pucat. Anne yang tak punya tenaga tak berhasil memberikan perlawanan, karena merasa dilecehkan lagi Anne pun akhirnya menangis lagi. Tubuhnya gemetaran karena sangat ketakutan, Alan pun melepaskan lumatannya dari bibir Anne saat merasakan tubuh gadis yang sedang ia cium itu bergetar hebat.     

"Oh Anne, aku mohon jangan begini. Maafkan aku Anne, maafkan aku. Aku tak bermaksud untuk menyakitimu,"ucap Alan dengan cepat saat sudah memeluk Anne yang sudah menangis tanpa suara.     

Anne yang sudah sangat terluka tak mendengar permintaan maaf dari Alan, rasa sakit yang ia terima saat ini tak bisa disembuhkan dengan kalimat maaf. Alan langsung melepaskan pelukannya dari Anne saat mencium bau darah semakin pekat, ia akhirnya sadar dan melepas pelukannya dari Anne. Begitu terbebas dari pelukan Alan dengan cepat Anne berusaha menjauh namun rupanya gerakannya kalah cepat dari Alan yang sudah bisa membaca gerakannya, dalam sekali percobaan Alan sudah berhasil membawa Anne kembali ke atas ranjang.     

"Alan no...hikss sakit lepaskan aku...jangan,"pinta Anne panik saat menyadari Alan sudah berada diatas tubuhnya lagi, potongan kejadian mengerikan saat Alan menyentuhnya pun kembali terngiang dalam benaknya, air matanya pun mengalir dengan deras membasahi wajahnya kembali. Sama seperti tadi malam disaat Alan memiliki seluruh dirinya.     

Dada Alan terasa sangat sakit saat melihat Anne sepanik itu, padahal saat ini dirinya tak berniat mengulang apa yang ia lakukan tadi malam. Alan hanya ingin menenangkan Anne saja, namun Anne yang sudah sangat ketakutan pada dirinya tak bisa tenang.     

"Alan aku mohon jangan huhuhu, le-lepaskan aku...aku mohon. Ampun Alan huhuhu,"kata demi kata yang terucap dari bibir Anne benar-benar memilukan siapapun yang mendengarnya, begitu pula dengan Alan. Ia merasa sangat terluka mendengar Anne bicara dengan nada seperti itu, hatinya terasa sakit sekali saat ini.     

"Dengar Anne, dengarkan aku. Aku tak akan menyakitimu, aku justru ingin mengobatimu. Tanganmu terluka Anne, tanganmu mengeluarkan darah,"ucap Alan lembut dengan suara sedikit bergetar.     

"No, aku tak...aku tak mau diobati olehmu. Biarkan aku pergi, aku mau pulang huhuhu...lepaskan aku Alan,"sahut Anne panik, yang ada dalam pikirannya saat ini adalah pergi sejauh-jauhnya dari Alan.     

"Anne stop!!!!"bentak Alan dengan keras. "Aku bilang aku hanya ingin mengobatimu, jangan melawanku dan merengek seperti itu. Karena percayalah kau tak akan bisa lepas dariku, aku tak akan mungkin membiarkanmu kabur dari genggamanku. Jadi percuma kau merengek seperti itu, sekarang lebih baik kau diam dan menurut. Aku ingin mengobati tanganmu, aku tak mau membuatmu sakit terlalu lama. Ingat kau adalah wanitaku sekarang dan wanita seorang Alan Knight Clarke tak diizinkan sakit, karena kalau kau sakit maka kau tak bisa melayani aku lagi dan aku tak mau hal itu terjadi. Dan apa yang terjadi tadi malam bukan kesalahanku, kau juga menginkan aku, Anne. Kau yang menyerahkan diri padaku, jadi kau tak bisa menyalahkan aku."     

Deg     

Deg     

Deg     

Jantung Anne berdetak sangat cepat pasca mendengar kalimat kalimat yang Alan ucapkan, semua suaranya tercekat di tenggorokan saat ini sehingga ia tak bisa berkata-kata lagi. Anne tak percaya akan mendengar kalimat mengerikan seperti itu dari seorang pria yang memiliki wajah sama persis dengan wajah laki-laki yang sangat ia cintai sampai saat ini.     

"Nah, lebih baik kau diam seperti ini. Jangan memancing amarahku, karena jika hal itu terjadi maka kau akan menyesal,"imbuh Alan kembali pada Anne dengan penuh ancaman.     

Anne hanya mampu menangis, tak ada hal lain yang mampu ia lakukan saat ini selain menuruti perkataan Alan. Anne benar-benar merutuki kebodohannya yang sudah mengira Alan adalah Jack tadi malam, kerinduannya yang sangat besar pada Jack membuatnya tak sadar. Ancaman Alan terlalu menakutkan untuk dirinya yang saat ini tak punya tenaga itu. Selama Alan bekerja Anne tak bersuara, tak seperti air matanya yang mengalir tanpa henti membanjiri wajah pucatnya. Berkali-kali Anne menggigit bibir bawahnya agar suara tangisnya tak terdengar.     

Saat Alan sedang sibuk dengan luka di tangan Anne, seorang pelayan wanita yang membawa makanan untuk Alan datang. Ia berani masuk ke kamar pribadi Alan karena ada Nicholas yang menemaninya, tanpa berani bicara pelayan itu meletakkan nampan yang berisi makanan untuk Alan diatas meja. Sementara Nicholas yang masih berdiri didepan pintu nampak menatap ke arah Anne yang terlihat sangat menyedihkan, rambut yang acak-acakan, kedua mata yang bengkak, kulit wajahnya yang pucat benar-benar menyayat hati siapapun yang melihat. Meskipun semua itu tak menghilangkan kecantikannya sama sekali, Anne masih terlihat cantik dalam keadaan seperti itu.     

"Sudah puas melihatnya?!"hardik Alan tiba-tiba mengagetkan Nicholas yang masih melihat ke arah Anne, meskipun Alan tak melihat Nicholas menatap Anne namun ia tahu kalau ada pria lain yang menatap wanitanya.     

Deg, Nicholas langsung tersadar.     

"M-maaf tuan, maafkan saya,"     

Setelah berkata seperti itu Nicholas langsung keluar dari kamar Alan menyusul sang pelayan yang baru saja keluar, setelah Nicholas keluar Alan yang baru selesai memasang plester luka pada bekas infus di tangan Anne langsung bangun dan berjalan menuju pintu. Tanpa bicara ia lalu memasang kunci ganda pada pintunya, setelah memastikan pintu kamarnya terkunci rapat Alan lalu menoleh kembali ke arah ranjang dan menatap Anne yang masih menangis tanpa berkedip.     

"Tak ada yang boleh menatapmu selain aku, tubuhmu, jiwamu bahkan nyawamu adalah milikku Anne. Ingat itu baik-baik."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.