I'LL Teach You Marianne

Terulang lagi



Terulang lagi

0Dengan menggunakan mobil kesayangannya Aron pergi ke apartemen lama milik Anne yang sudah berpindah tangan ke pemilik yang baru, ia berdiri di samping mobilnya sambil menatap kamar yang dulu pernah Anne tinggali. Aaron kemudian memejamkan kedua matanya perlahan saat mengingat momen demi momen yang ia lalui bersama Anne di kamar itu, mulai dari makan bersama sampai akhirnya Anne merawat dirinya yang sakit hingga akhirnya beberapa kali ia melamar untuk Anne menjadi istrinya. Semua kenangan indah itu benar-benar seperti baru terjadi kemarin, walaupun sebenarnya sudah 2 tahun yang lalu.      
0

"Apa kabarmu Anne, aku masih disini Anne. Menunggumu pulang ke London, cepatlah pulang Anne aku rindu,"ucap Aaron lirih sesaat setelah ia membuka kedua matanya.      

Aaron yang mengetahui Anne pergi ke Luxemburg awalnya ingin menjemputnya ketika pulang di bandara, namun pada saat akan pergi ke bandara beberapa hari yang lalu ia mendapatkan kabar dari profesor Gilbert yang mengatakan kalau Anne sedang berada di Jerman karena ingin memperbaiki makam kedua orangtuanya. Karena itulah Anne tak bisa kembali ke Inggris tempat waktu dan kabar itu cukup membuat Aaron terkejut sekaligus bingung, pasalnya ia tak tahu di mana kampung halaman Anne. Ia hanya tahu Anne pernah tinggal di Berlin saat menikah dengan Leon, namun itu pun tidak lama karena usia pernikahan mereka hanya berlangsung 1 tahun dan setelah itu Anne pindah ke Inggris. Makanya ia tak tahu dimana rumah lama Anne.      

"Pulanglah Anne aku rindu padamu, sudah lama rasanya kita tidak bercengkrama bersama. Meskipun kau menolakku berkali-kali tapi aku tidak akan menyerah Anne, aku masih akan tetap berjuang untuk mendapatkan hatimu. Pulanglah Anne, aku menunggumu disini." Aaron kembali bicara dengan suara yang hampir tak terdengar.      

Setelah berdiri cukup lama di area parkir apartemen lama milik Anne, Aaron pun bergegas masuk ke dalam mobil. Udara dingin di luar semakin menusuk tulangnya, akan tetapi saat akan masuk ke dalam mobil tiba-tiba ada seseorang yang menabraknya.      

"Aww… sakit!!!"jerit seorang wanita cantik saat terjatuh kebelakang ketika tubuhnya tak kuat beradu dengan kekarnya tubuh pria yang ia tabrak.     

"Nona, anda tidak apa-apa?"tanya Aaron spontan saat menyadari ada seorang wanita terjatuh di depannya, tanpa menunggu lama Aaron kemudian mengulurkan tangannya ke arah wanita itu dan menolongnya untuk bangun kembali.      

Dengan menahan sakit karena bokongnya menghantam paving box yang keras wanita itu bisa berdiri lagi, wajahnya terlihat memerah karena merasa malu dan bersalah.     

"Maaf!!"     

Deg     

Aaron dan wanita itu mengucapkan kalimat yang sama dalam waktu yang bersamaan sehingga membuat keduanya tersenyum.      

"Rose,"ucap sang wanita cantik itu memperkenalkan dirinya kepada Aaron.     

"Aaron,"jawab Aaron singkat.     

"Hmm lepaskan aku Aaron, aku bisa berdiri sendiri."      

Air muka Aaron langsung berubah saat menyadari masih memeluk Rose, dengan gerakan cepat Aaron pun melepaskan tangannya dari pinggang Rose dan melangkah mundur untuk menjaga jarak dengannya.     

Melihat sikap Aaron yang gugup membuat Rose tersenyum. "Maafkan aku, tadi aku sedang buru-buru jadi aku tak melihatmu akan masuk ke mobil."     

Aaron menggerakkan kedua tangannya. "No, itu bukan salahmu Rose. Aku yang terlalu banyak makan banyak tempat, sehingga kau tak bisa lewat."     

"Kalau begitu ayo ke kamarku,"pinta Rose tiba-tiba.     

"Sorry?"     

"Maksudku adalah kau ikut aku ke kamarku sebagai permintaan maafmu, aku lapar dan ingin makan. Tapi aku tak mau makan sendiri, jadi kau bisa menemaniku makan di kamarku,"jawab Rose dengan cepat berusaha untuk meluruskan kesalahpahaman yang terjadi.      

Aaron langsung tersenyum mendengar perkataan gadis yang baru dikenalnya itu. "Tapi ini sudah malam nona dan ditambah lagi aku adalah orang asing yang baru saja kau kenal, memangnya kau tak takut kalau aku berbuat macam-macam padamu. Apalagi kau mengajakku ke kamar mu seperti itu."     

Rose terkekeh, ia lalu mengeluarkan sebuah tanda pengenal dari balik jaketnya untuk ditunjukkan kepada Aaron.      

"Aku adalah seorang polisi, jadi aku tidak takut kalau misalkan kau ingin berbuat macam-macam padaku karena aku memiliki sebuah senjata yang mematikan,"jawab Rose bergurau. "Ayolah Aaron, perutku sakit sekali Aku tak mau kalau penyakit lama ku kambuh dan aku tak bisa makan sendiri aku butuh teman Apalagi sudah malam seperti ini."     

"Butuh teman makan? Kenapa?"tanya Aaron pelan mencoba menutupi kekagetannya saat mendengar Rose mengatakan kalau dirinya adalah seorang polisi.      

Rose meraih kantung belanjaannya yang masih tergeletak di paving block pasca ia jatuh menabrak Aaron. "Karena aku tidak mau menggendut sendirian."     

"Hah???"     

"Ayo Aaron, aku lapar!!!"jerit Rose yang sudah berjalan menuju gedung apartemen.      

Seperti orang yang sudah saling mengenal lama Aaron pun mengikuti langkah Rose menuju lift, tanpa bicara lagi keduanya pun masuk ke dalam lift bersama beberapa orang lainnya. Selama berada di dalam lift tak ada percakapan yang terjadi di antara mereka, pasalnya Aaron bingung harus bicara apa. Ia masih sangat canggung dengan kondisinya saat ini ditambah lagi ada beberapa orang juga di dalam lift yang membuatnya semakin sungkan, tak lama kemudian lift pun berhenti dan Rose langsung melangkahkan kakinya keluar begitu juga Aaron yang mengekor di belakang.     

"Ok kita sampai, ini kamarku,"ucap Rose penuh semangat saat tiba di depan kamar yang sangat familiar untuk Aaron, meskipun sudah lebih dari 2 tahun tak mendatangi kamar itu namun ia sangat hafal kamar yang kini menjadi milik Rose itu.      

"Sudah berapa lama kau tinggal disini?"tanya Aaron tanpa sadar saat Rose sedang memasukkan password pintu kamarnya.     

"Kurang lebih 2 tahun, sejak aku lulus kuliah yang jelas,"jawab Rose penuh semangat ketika masuk ke dalam kamar apartemennya.      

Aaron masih mematung di depan pintu meski pintu kamar itu sudah terbuka lebar.     

"Ayo masuk Aaron, tutup pintunya aku lapar!!"     

Teriakan Rose berhasil menyadarkan Aaron yang sedang melamun karena mengingat semua kejadian demi kejadian yang ia lalui di kamar yang sekarang menjadi milik Rose itu, pasalnya kamar yang kini ia datangi lagi dulunya adalah kamar milik Anne.     

      

"Aku panaskan dulu pizza pizza ini sebentar di microwave,"ucap Rose penuh semangat saat Aaron menutup pintu.     

"Kau tinggal di kamar ini sejak lulus kuliah?"tanya Aaron pelan.     

"Yupp, aku membelinya dari seseorang wanita baik hati 2 tahun lalu,"jawab Rose setengah berteriak dari pantry.     

"Kenapa kau kuliah? Bukankah tadi kau bilang kau adalah seorang polisi, lalu kenapa kau kuliah?"tanya Aaron kembali, ia merasa ada yang janggal dengan perkataan Rose.     

Dengan membawa piring yang berisi pizza yang sudah dipanaskan, Rose berjalan dengan cepat menuju ke tempat Aaron berada. "Aku memang polisi, tapi polisi para pejabat korup."     

Aaron mengangkat satu alisnya mendengar perkataan Rose. "Polisi pejabat korup? Apa maksudmu?"     

"Aku wartawan Aaron, tugasku adalah mencari berita dari pejabat korup atau pengusaha licik yang tidak membayar pajak. Karena itu aku menyebut diriku polisi, para pejabat dan pengusaha-pengusaha nakal itu pasti akan takut berhadapan denganku dan aku juga tak tahu kenapa. Lagipula sebenarnya kalau misalkan para pejabat atau pengusaha itu tidak berbuat salah seharusnya mereka tidak takut bukan dengan para wartawan, aneh sekali. Ya sudah lah jangan bahas pekerjaanku, ayo makan pizzanya aku sudah menghangatkannya. Kau pasti suka,"jawab Rose tertawa lebar sambil meraih dua potong pizza berukuran cukup besar dan langsung memakannya dalam satu gigitan, ia terlihat sangat kelaparan.      

Melihat cara Rose makan Aaron pun tergoda, ia lalu meraih satu potong pizza dan langsung menikmatinya seperti Rose.      

"Sabar Rose, jangan tergesa-gesa. Pizzanya masih banyak,"ucap Aaron pelan, Aaron merasa sedikit risih melihat cara makan Rose.     

"Aku harus segera mengisi lambungku dengan makanan Aaron kalau tidak nanti aku bisa berguling-guling di lantai,"jawab Rose dengan mulut penuh pizza.      

"Kenapa begitu?"tanya Aaron bingung.     

"Maag, aku punya maag akut. Kalau telat makan sedikit maka perutku seperti di tusuk pisau, karena itulah aku harus secepatnya makan makanan ini Aaron."     

Deg      

"Maag...kau punya sakit maag?"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.