I'LL Teach You Marianne

Terkuak



Terkuak

0Jack memeluk erat Anne yang masih menangis, kalau biasanya ia akan marah saat melihat Anne menangis namun kali ini entah kenapa ia memilih untuk membiarkan Anne tetap menangis.      
0

"Jack, aku ingin pulang. Aku lelah."      

Jack yang sedang merengkuh Anne dengan erat kemudian mengangkat wajahnya dan menatap Anne yang sedang tertunduk di dadanya.      

"Kau mau pulang?"     

Anne menganggukan kepalanya perlahan dengan wajah yang pucat, Jack menipiskan bibirnya tanpa bicara lagi. Ia lalu mengajak Anne pergi dari taman menuju ke tempat dimana mobilnya berada, Erick yang sedang berdiri disamping mobil menganggukan kepalanya dengan sopan saat Jack dan Anne datang. Tanpa diminta ia lalu membuka pintu mobilnya mempersilahkan Jack dan Anne untuk masuk, setelah tuannya masuk Erick lalu berlari menuju sisi lain dan langsung masuk kedalam mobil untuk segera pulang ke apartemen Anne yang baru meskipun Jack tak memberikan perintah apapun. Erick tahu Anne memiliki masalah, karena itu ia memutuskan membawa tuannya ke apartemen.      

Di dalam mobil Anne sudah diam, ia tak menangis lagi. Hanya isakan tangis saja yang menunjukan kalau ia benar-benar sedang sangat sedih saat ini, Jack pun membiarkan Anne menangis. Sampai akhirnya Anne sudah diam, tak terdengar isak tangisnya lagi. Hanya beberapa kali tarikan nafas yang dalam saja yang terdengar dari Anne.     

"Tuan…"     

"Aku tahu Erick, tolong setelah kau mengantar kami pulang kau langsung cari tahu lagi apa yang terjadi di mall itu. Aku yakin ada hal buruk terjadi padanya di mall itu." Jack langsung menit perkataan Erick dengan cepat.     

"Baik, saya mengerti Tuan."      

Karena sudah mendapatkan perintah yang jelas dari sang tuan Erick kemudian menambah laju mobilnya menuju ke apartemen, ia merasa sedikit kasihan pada Anne yang terlihat sudah sangat lelap di pelukan Jack. Biasanya hanya orang-orang yang sangat sedih sajalah yang akan langsung tertidur secepat itu setelah menangis dan karena itulah ia tadi mencoba bicara pada Jack yang langsung mengerti.      

Tiga puluh menit waktu yang ditempuh oleh Erick terasa sangat lambat bagi Jack, namun ia berusaha untuk sabar karena tak mau membuat Anne bangun. Setelah tiba di area parkir bawah tanah Erick bertindak cepat, ia membantu Jack keluar dari dalam mobil. Mengeluarkan seseorang yang sedang tidur didalam mobil bukanlah hal yang mudah, namun karena Jack sangat cekatan dan terampil tak sulit baginya untuk bisa membawa Anne keluar dari mobil tanpa membuatnya terbangun.     

"Pergilah, aku akan mengurus Anne dengan baik,"ucap Jack pelan saat sudah berhasil keluar dari mobil dengan Anne yang berada dalam gendongannya.     

"Siap Tuan."      

Jack kemudian melangkahkan kakinya menuju lift bersama Anne yang sudah sangat pulas, setelah sang tuan menghilang dibalik lift Erick lalu memacu mobilnya kembali meninggalkan apartemen menuju ke mall tempat yang baru mereka tinggalkan. Di dalam lift Jack terus menatap Anne yang menempel pada dadanya, pipinya yang sebelumnya terlihat pucat kini sudah memerah lagi. Pertanda darah sudah mengalir kembali di seluruh tubuhnya.      

"Siapapun yang membuatmu seperti ini akan berurusan secara langsung denganku, kau tak usah khawatir Anne. Kau tak sendiri lagi, kau memiliki aku sekarang Anne,"ucap Jack lirih, kedua mata tajam Jack kini meredup. Menatap penuh iba pada Anne, niatnya yang ingin mendaratkan sebuah ciuman di kening Anne terpaksa batal karena lift sudah berhenti di lantai delapan.     

Jack pun memilih untuk langsung keluar dari lift karena tak mau membuat orang lain melihat apa yang ia lakukan di dalam lift pada Anne, karena jika hal itu terjadi maka akan memberikan nama jelek kepada Anne yang notabene adalah penghuni baru di gedung apartemen mewah itu dan Jack tak mau kalau nama baik Anne akan rusak meskipun sebenarnya jika hal itu terjadi dengan mudahnya ia membuat nama Anne bersih lagi. Langkah kaki Jack terhenti di kamar nomor 8018, tanpa kesulitan pintu kamar apartemen itu terbuka setelah Jack menempelkan sidik jarinya di pintu yang canggih itu.      

"Lights on."      

Dip     

Dip     

Dip     

Semua lampu di unit apartemen itu langsung hidup setelah Jack memberikan instruksi, beberapa fasilitas yang ada di apartemen itu menggunakan sensor suara. Sehingga sangat memanjakan para penghuninya, seperti Jack saat ini.      

Jack terus membawa Anne sampai ke kamar dan meletakkannya dengan perlahan di atas kasur yang terbuat dari bulu angsa yang tentu sangat empuk dan nyaman sekali, setelah Anne berbaring dengan nyaman Jack lalu ikut duduk dan meraba pipi Anne yang sudah mulai hangat.      

Dengan penuh kasih Jack berkata "Gadis bodoh, baru beberapa menit berjauhan dariku saja sudah terlibat masalah besar seperti ini." Tangan Jack meraba pipi Anne dengan lembut dan mendaratkan sebuah ciuman di keningnya, Anne menggeliat perlahan saat merasakan kasarnya bulu-bulu halus Jack menempel di wajahnya namun ia tetap memejamkan kedua matanya dengan rapat.      

****     

Erick yang sudah tiba di mall dan sedang berada di ruang pengawas cctv bersama seorang petugas, kedua matanya mengawasi pergerakan Anne mulai dari saat ia masuk ke dalam mall dan pada saat ia berjalan mengelilingi mall yang sedang cukup ramai itu.      

"Stop, tolong playback,"pinta Erick dengan cepat.     

"Baik Tuan."     

Sang petugas keamanan itu pun memutar lagi rekaman cctv yang diminta oleh Erick, Erick merasa heran dan penasaran pada apa yang sedang ia lihat saat ini. Dalam rekaman cctv terlihat jelas yang sedang berdiri di depan sebuah restoran mewah, menatap cukup lama dari balik kaca restoran tanpa melakukan apapun. Ia seperti sedang melihat orang yang ia kenal sedang berada di dalam restoran.      

"Apakah kau bisa mendapatkan rekaman nona ini dari sisi lain? Tuanku, calon suami nona ini sangat ingin tahu sekali apa yang sudah terjadi padanya."     

"Tapi tuan, restoran ini adalah…"     

Brakk     

Erick memukul meja kerja dengan keras. "Jackson Patrick Muller, CEO dari Muller Finance Internasional adalah calon suami dari nona ini. Beliau adalah orang besar dan aku yakin anda akan mendapat masalah besar jika berhadapan dengannya, jika anda tak mau melakukan apa yang saya minta."     

Wajah dua orang petugas keamanan itu langsung memucat saat mendengar perkataan Erick, meskipun mereka belum tahu dengan baik siapa pria yang dibicarakan oleh kedua orang itu namun karena Erick bicara dengan sangat keras seperti itu akhirnya mereka pun membuka cctv dari sekitar restoran yang sedang Anne lihat. Erick pun langsung konsentrasi melihat rekaman cctv yang diputar oleh petugas keamanan yang sebelumnya ia ancam.     

Deg     

Deg     

Detak jantung Erick berpacu dengan sangat cepat saat ini saat melihat beberapa orang yang terlihat jelas di layar cctv.     

"Stop dan zoom,"ucap Erick dengan cepat.     

Tanpa diperintah dua kali petugas itu pun melakukan apa yang diperintahkan oleh Erick, setelah yakin dengan apa yang ia lihat Erick kemudian mengeluarkan ponselnya dan langsung menghubungi Jack.      

"Erick." Jack langsung menyapa Erick dengan cepat.     

"Sepertinya nona Anne mengenal keluarga Higgins Tuan." Erick langsung bicara ke inti tanpa basa basi.      

Jack yang sedang duduk di ranjang langsung berdiri dengan cepat.      

"Keluarga Higgins? Apa maksudmu Erick!!!"     

Bersambung     

Note :      

Jangan lupa dengan giveaway yang Thor adakan ya kakak-kakak, vote terus I'LL Teach You Marianne. Versi bahasa Inggris.      

Hadiah pulsa / ovo/ gopay  senilai 100.000 akan ada untuk tiga orang pemenang tiap Minggu saat PS I'LL Teach You Marianne. mencapai 1000, belum juga akan ada tambahan hadiah berupa buku volume pertama dari The alchemist milik kak Vina atau yang lebih terkenal dengan nama pena Missrealitybites.     

So jangan sampai ketinggalan event ini ya kakak-kakak     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.