I'LL Teach You Marianne

Bercerita



Bercerita

0Saat Anne datang, keadaan Muller Finance Internasional sedang sangat sibuk. Banyak sekali orang-orang berpakaian rapi berlalu-lalang dengan membawa berkas atau sekedar jalan sambil berbicara di telepon, para eksekutif muda yang bisa menjalin bisnis dengan Jack adalah orang-orang beruntung dan berhasil menyingkirkan para pesaingnya karena berhasil membuat kerja sama dengan seorang Jackson Patrick Muller yang dikenal sangat pemilih.     
0

Langkah Anne terhenti saat tiba di depan meja resepsionis. "Maaf, apakah saya bisa menemui Jack?"     

Kedua resepsionis yang baru saja menerima telepon itu sangat kaget saat mendengar seseorang menyebut nama bos mereka langsung dengan nama tanpa embel-embel apapun, kedua gadis itu nampak saling pandang satu sama lain beberapa saat sebelum akhirnya sadar.     

"Maaf Nona bisa perlihatkan identitas anda terlebih dahulu,"pinta seorang resepsionis berambut blonde dengan ramah.     

Tanpa diperintah dua kali Anne lalu mengeluarkan kartu tanda kependudukannya dari dalam dompet dan meletakkannya di atas meja resepsionis dengan sopan, begitu Anne meletakkan kartu identitasnya resepsionis yang lain langsung meraih dan melihatnya dengan seksama.     

Saat melihat temannya mencatat nama Anne di buku tamu, resepsionis pertama yang menyapa Anne lalu menanyakan tujuannya datang ke Muller Finance International kembali meskipun sebelumnya Anne sudah meminta ingin bertemu dengan Jack.     

"Aku ingin bertemu dengan Jack, memang aku tak ada janji dengannya tapi dia pernah mengatakan padaku jika ingin datang maka aku langsung datang saja nona. Maka dari itu aku langsung kemari,"jawab Anne pelan.     

"Tapi maaf Nona, Jack yang anda maksud ada di bagian mana?"tanya resepsionis itu kembali.     

"Aku tak tahu dia dibagian mana, tapi yang aku tahu nama belakangnya dijadikan nama dari perusahaan ini...."     

"Apa maksud anda Nona?"potong resepsionis kedua yang sedang memegang kartu kependudukan Anne dengan cepat.     

"Anne!!!"     

Mendengar namanya dipanggil Anne langsung menoleh, setelah melihat orang yang memanggilnya Anne tersenyum. Sementara pria yang memanggilnya langsung berjalan dengan cepat menuju meja resepsionis, pria yang tak lain adalah seorang Jackson Patrick Muller yang baru saja selesai meeting langsung memeluk Anne tanpa malu di hadapan semua orang termasuk rekan kerjanya yang akan diantar pulang.     

"Kenapa tak menghubungiku kalau mau datang?"bisik Jack pelan saat memeluk Anne.     

"Lepaskan aku dulu,"jawab Anne singkat.     

Jack yang menyadari tindakannya langsung melepaskan Anne dan mendaratkan kecupan di kening Anne dengan lembut. "Ok, sekarang katakan."     

Anne yang tak menyangka Jack akan melakukan hal seperti itu di hadapan semua orang nampak blushing, wajahnya memerah dan parahnya ia lupa akan bicara apa pada Jack karena isi otaknya mendadak berhamburan pasca diperlakukan seperti itu oleh Jack.     

Jack terkekeh saat melihat Anne tak fokus, ia senang sekali kalau melihat Anne seperti itu. Dengan gemas ia mendaratkan cubitan kecil di puncak hidung mancung Anne, Erick yang merasa tak enak pada partner kerja yang baru saja menandatangani kerja sama dengan Muller Finance Internasional pun berdehem. Ia berusaha menyadarkan Jack kalau saat ini banyak orang yang melihatnya dan rencana Erick berhasil, Jack langsung menoleh ke arah Erick dan nampak terkejut beberapa detik. Namun karena sudah terlatih akhirnya Jack berhasil menguasai dirinya lagi, tanpa rasa bersalah ia berjalan mendekati tamunya sambil tetap melingkarkan tangannya di pinggang Anne.     

"Maaf tuan-tuan, karena calon istri saya datang jadi saya terlalu bersemangat dan melupakan kewajiban saya mengantarkan anda semua,"ucap Jack tanpa basa basi.     

"Calon istri?"     

"Ah ya saya lupa, ini Anne calon istri saya." Dengan bangga Jack memperkenalkan Anne kepada relasi bisnisnya sebagai calon istri.      

Para pria yang merupakan relasi bisnis Jack itu langsung mengulurkan tangannya ke arah Anne, mereka sangat bersemangat berkenalan dengan calon istri dari seorang Jackson Patrick Muller. Anne dengan ramah menerima uluran tangan dari para rekan kerja Jack, tak lama kemudian ketiga orang pria paruh baya itu pun pergi dari Muller Finance Internasional.      

"Kenapa tak bilang mau datang?"tanya Jack kembali pada Anne begitu mobil para tamunya tak terlihat lagi.      

"Aku ceritakan di ruanganmu saja,"jawab Anne singkat.      

"Ok."     

Jack pun mengajak Anne berjalan menuju lift, akan tetapi Anne menghentikan langkahnya dan berjalan menuju meja resepsionis untuk mengambil kartu identitasnya yang sempat diminta para resepsionis.      

"Mereka berdua meminta kartu identitasmu?" tanya jawab Jack dengan suara meninggi begitu melihat Anne menyimpan kartu identitasnya ke dalam tasnya kembali.     

Mendengar suara Jack yang cukup keras kedua resepsionis yang sebelumnya menahan cukup lama langsung menundukkan kepalanya mereka merasa sangat bersalah karena tidak percaya pada yang mengatakan kalau ia adalah calon istri Jack.     

Anne menghela nafas panjang melihat sikap Jack. "Mereka hanya menjalankan tugasnya kau jangan marah."     

Jack tak yang tak suka Anne mendapatkan perlakuan tak menyenangkan dari pegawainya, langsung mendekati meja kedua gadis yang sedang sangat ketakutan itu. "Ingat baik-baik, nona ini adalah calon istriku. Calon Nyonya bos kalian, jadi jangan pernah berlaku tak sopan lagi dengannya."     

"I-iya Tuan, maafkan kami."     

"Maaf Tuan, kami tak akan mengulanginya lagi."     

Kedua resepsionis itu menjawab perkataan Jack secara bersahutan tanpa mengangkat wajahnya, mereka berdua masih sangat takut untuk menatap Jack. Karena merasa kasihan kepada kedua gadis itu, Anne lalu mendekati Jack dan mengajaknya pergi. Anne tahu apa yang kedua resepsionis itu lakukan adalah bagian dari tugasnya yang memang harus dilakukan, karena itu Anne tak marah. Jack yang sebenarnya masih ingin menegur kedua resepsionis baru pengganti Alice itu akhirnya menuruti perkataan Anne, ia memilih untuk cepat naik ke ruangannya untuk menghabisi waktu bersama Anne daripada menghabiskan energi untuk memarahi kedua pegawainya itu. Di dalam lift Jack sebenarnya ingin memeluk Anne lagi, akan tetapi Anne justru berdiri di dekat Erick dan bercengkrama dengan pria berkacamata itu menghiraukan Jack yang sedang melipat kedua tangannya didada. Menatap tanpa berkedip pada Anne dan Erick yang mengacuhkannya.      

Setelah tiba di lantai tujuan Jack langsung melingkarkan tangannya kembali ke pinggang Anne dengan posesif, seolah ingin menunjukkan kepada Anne kalau ia sedang sangat marah kepadanya paska di acuhkan selama beberapa menit di dalam lift. Erick yang berjalan di belakang Jack dan Anne hanya bisa tersenyum tipis, ia lupa kalau bosnya itu saat ini sudah sangat tergila-gila pada Anne. Karena tak mau mengganggu tuannya yang sedang bahagia karena kedatangan Anne, Erick lalu kembali ke ruang kerjanya sendiri dan menahan Alice yang hampir masuk ke ruangan Jack. Alice yang tak tahu apa-apa terlihat kesal pada Erick karena merasa Erick mengganggunya, namun setelah Erick mengatakan hal yang sebenarnya akhirnya Alice pun mengerti. Ia akhirnya mengerjakan pekerjaannya yang lain dan menunda berkas yang ingin diserahkan pada Jack.      

"Kau mau minum apa?"tanya Jack pelan pada Anne setelah Anne duduk di sofa.     

"Aku disebut pelacur Jack…"     

Deg     

Jack yang ingin membuka mini kulkas yang ada di samping meja kerjanya langsung mematung mendengar perkataan Anne. "A-apa kau bilang Anne?"     

Anne menatap Jack kembali tanpa berkedip. "Aku disebut pelacur oleh Leon, karena itulah aku keluar dari perusahaannya."      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.