I'LL Teach You Marianne

Golden key



Golden key

0Sejak usahanya untuk menjalin kerjasama dengan pria paling kaya di Inggris gagal, Jack mengalihkan fokusnya. Jack tak mencari klien para konglomerat lagi, ia memilih mencari para pengusaha muda yang memulai bisnis. Para pebisnis muda yang sedang menjalankan usahanya dari nol, Jack beranggapan jika ia menjalin kerjasama dengan para pengusaha muda maka ia lebih mudah untuk merangkul mereka. Pasalnya para pengusaha muda itu biasanya memiliki semangat juang yang lebih tinggi ketimbang para konglomerat yang sudah ada di atas dan alasan lain Jack mencari klien para pengusaha muda adalah ia ingin agar seluruh orang tahu bahwa para pengusaha muda itu menggunakan perusahaannya untuk berkembang.      
0

Dengan cara ini Jack mendapatkan dua keuntungan sekaligus, yang pertama dia mendapatkan lebih banyak relasi dan yang kedua Ia mendapatkan branding secara gratis dari para pengusaha muda itu. Sebenarnya cara ini sudah lama diajarkan oleh mendiang ayahnya namun Jack masih menganggap cara yang dibuat ayahnya terlalu lama dan memperlambat usahanya untuk menanjak lebih cepat, akan tetapi ternyata cara yang diajarkan oleh ayahnya itu justru lebih efektif dan membuat perputaran uang di perusahaannya lebih cepat.      

"Jadwal anda selanjutnya sore nanti jam lima meeting dengan salah satu agensi model baru yang cukup terkenal di London." Alice membacakan jadwal harian Jack setelah Jack selesai makan siang bersama beberapa pengusaha muda yang baru selesai meeting bersamanya dikantor.      

Jack meletakkan cangkir tehnya diatas meja, ia lalu menatap Alice dengan tajam. "Kenapa jadwalku tak habis-habis Alice? Kau tak salah kan?"     

"Tidak Tuan, jadwal ini sudah saya buat dari kemarin dan anda juga sudah menyetujuinya juga bukan?"     

"Ishh pintar sekali kau melempar pertanyaan lagi padaku, sudah dua hari aku tak bertemu Anne. Aku sudah rindu padanya, kalian berdua menjejali ku dengan meeting bertubi-tubi. Kalian yang masih single tak akan tahu rasanya tersiksa rindu seperti ini,"cibir Jack ketus, ia kesal sekali dengan padatnya jadwal dua hari terakhir ini.     

Wajah Alice langsung menunjukkan kekesalan karena disebut tak punya pasangan oleh Jack. "Bagaimana aku bisa punya kekasih kalau anda memberikan aku pekerjaan yang banyak Tuan, diakhir pekan aku juga masih bekerja dirumah. Seharusnya anda salahkan diri anda sendiri yang membuatku sibuk dengan semua pekerjaan ini sehingga aku tak sempat berkencan, bukannya menyindirku seperti itu Tuan." Alice merespon cepat perkataan Jack dengan sebuah sindiran menohok.      

Erick yang sudah terbiasa disindir oleh Jack tertawa kecil saat Alice menjawab perkataan Jack, ia senang sekali rekan kerjanya itu berani melawan Jack.      

"Aku bosmu Alice, kau berani bicara seperti itu?"Jack bertanya dingin dengan kesal, ia sedang rindu pada Anne akan tetapi anak buahnya justru tak mengerti akan hal itu.     

"Kenapa tidak? Coba saja anda tanya ke kak Anne apakah yang ada lakukan ini salah atau tidak? Mempekerjakan anak buah secara berlebihan seperti ini,"jawab Anne pelan tanpa rasa takut.     

Jack menaikkan satu alisnya saat mendengar perkataan Alice, "Kak Anne? Apa maksudnya?"      

Dengan senyum penuh kemenangan Alice berkata, "Iya kakak Anne, kami sudah berteman baik dan sering mengobrol menggosipkan anda. Dia adalah kakakku saat ini, jadi kalau misalkan anda macam-macam saya bisa minta bantuannya."      

Setelah berkata seperti itu Alice pun pergi dari hadapan Jack, meninggalkan sang bos yang saat ini memiliki banyak pertanyaan untuknya.     

"Lihat Erick, lihat temanmu itu. Sifat pembangkangannya keluar, dia benar-benar tak takut padaku,"ucap Jack dengan keras sambil menunjuk Alice yang baru saja menutup pintu ruangannya dari luar.      

"Bukankah ketidak sopannya itu anda yang ajarkan Tuan?"tanya Erick pelan menahan tawa.     

"Aku? Sejak kapan aku mengajarkan sekertarisku hal buruk seperti Erick? Kalau ada orang yang patut disalahkan atas ketidak sopanan yaitu adalah kau Erick, kau partnernya, kau atasannya jadi seharusnya kau yang disalahkan karena kau tak mengajarinya dengan baik,"sahut Jack kesal.     

Disalahkan seperti itu oleh Jack membuat Erick tak bisa berkata-kata, ia benar-benar tak habis pikir dengan Jack. Karena tak mau menjadi bulan-bulanan Jack lagi Erick akhirnya memutuskan untuk keluar dari ruangan Jack.      

"Tuhanku!!" Erick menjerit kaget saat ia melihat Alice berdiri tepat di depan pintu ruangan Jack, kalau ia tak segera menahan diri mungkin saja tadi ia sudah menabrak Alice.     

"Apa yang kau lakukan Alice? Kau mau membuatku mati muda karena serangan jantung?"hardik Erick kesal sambil memegangi dadanya.     

Alice yang kini menyesali perkataannya yang tadi terucap pada Jack langsung menarik tangan Erick menjauh dari depan pintu ruangan Jack, ia mengajak atasannya itu berbicara di pantry.      

"Apa tuan Jack marah padaku? Tuan tak akan mungkin memecatku kan?" Alice yang ketakutan memberikan pertanyaan pada Erick.      

"Aku kira tadi kau benar-benar marah padanya, ternyata kau takut kalau dipecat rupanya. Kau pengecut Alice,"cibir Erick pelan, ia kecewa pada Alice yang kini ketakutan pada Jack. Padahal sebelumnya ia senang saat melihat Alice berani melawan Jack.     

"Aku marah tapi aku takut juga, mencari pekerjaan itu sulit Erick. Aku tak mungkin melepaskan pekerjaan ini, gaji yang diberikan tuan Jack tiga kali lebih banyak dari pekerjaanku sebelumnya. Jadi aku tak mau kehilangan pekerjaanku ini Erick,"jawab Alice pelan, ia yang sebelumnya hanya sebagai resepsionis sebuah mall tak memiliki gaji yang besar. Bahkan gajinya itu hanya cukup untuk membayar biaya sekolah adiknya dan ia tak memiliki tabungan pribadi, barulah saat menjadi sekretaris ia memiliki sedikit tabungan dan bisa membuat ibunya senang.      

"Kalau kau takut kehilangan pekerjaan ini makanya jaga ucapanmu Alice, beruntung saat ini suasana hati Tuan Jack tidak benar-benar buruk. Coba bayangkan seandainya ia sedang badmood, entah apa yang akan terjadi padamu saat ini." Erick bicara panjang lebar menakut-nakuti Alice sambil tertawa.     

"Erick, kenapa kau ikut menyebalkan seperti tuan Jack. Aku kesal padanya Erick, bisa-bisanya dia menyindir kita tak punya pasangan. Yang membuatku tetap single selama ini kan dia, dia yang memberikan aku banyak pekerjaan tiap hari. Tapi dia malah menyindir kita seenaknya seperti itu, lihat saja akan kuadukan tingkahnya itu pada kakak Anne."Alice bertekad penuh untuk melaporkan apa yang Jack lakukan padanya pada Anne yang sudah menjadi teman baiknya itu.     

Erick menghentikan tawanya. "Kau akrab dengan nona Anne? Sejak kapan?"     

"Kami para wanita bisa cepat akrab dari bayangan kalian para pria, apalagi jika aku membantu kakak Anne mandi beberapa kali saat ia terluka beberapa waktu lalu. Hmm lihat saja akan kuadukan tuan Jack pada kak Anne, biar kak Anne yang membalaskan kekesalanku ini,"jawab Alice berapi-api.      

Erick menggelengkan kepalanya perlahan melihat sikap Alice, ia kemudian merangkulnya tangannya di pundak Alice. "Jangan cari masalah Alice, kau tahu kan bagaimana sikap Tuan dua hari tak bertemu nona Anne? Jadi lebih baik jangan cari masalah lagi,"ucapnya pelan memberi masukan pada Alice. "Kita bisa gunakan keuntungan ini lain waktu, jangan sekarang Alice."     

"Keuntungan?"     

"Ya keuntungan, pertemananmu dengan nona Anne akan membuat Tuan mati kutu. Aku yakin ia pasti tak mau membuat nona Anne marah, maka dari itu kita bisa memanfaatkan kesempatan emas ini suatu saat. Tidak sekarang, kau mengerti kan maksudku?"tanya Erick dengan cepat pada Alice.     

Alice menelan ludahnya perlahan, "Aku tak mengerti Erick,"jawabnya jujur.      

Mendengar perkataan Alice membuat Erick langsung menepuk keningnya perlahan, ia tak menyangka Alice akan sebodoh ini. Ia tak menyadari keberuntungan besar dari pertemanannya dengan Anne, wanita yang dicintai Jack tuan mereka.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.