I'LL Teach You Marianne

Sebercak darah



Sebercak darah

0Anne yang sudah tidur sejak sore akhirnya terbangun saat tengah malam karena merasa lapar dan sakit perut disaat bersamaan.      
0

"Tuhan, kenapa sesakit ini akhh…"erang Anne lirih sambil menyeka peluh yang membanjiri keningnya.      

Karena rasa sakitnya tak bisa diajak kompromi akhirnya Anne memutuskan untuk tetap berada diranjang, dengan susah payah ia meraih ponselnya dari atas nakas. Ia tersentak saat melihat banyaknya panggilan masuk yang membuat ponselnya low batt.      

"Jack, Linda, Alice, Edward, Aaron, Leon...apa yang sebenarnya terjadi, kenapa mereka semua menghubungiku berkali-kali hari ini,"ucap Anne pelan saat melihat nama-nama sang penelepon yang tertera di daftar panggilan tak terjawab.      

Saat Anne akan meletakkan ponselnya lagi diatas nakas tiba-tiba Jack menelpon lagi, namun karena Anne masih membuat mode senyap pada ponselnya ia tak tahu kalau Jack menelpon. Pasalnya tak ada getaran atau suara yang dihasilkan oleh ponsel itu, sampai akhirnya secara tak sengaja Anne menyentuh layar ponselnya dan membuatnya menerima panggilan dari Jack.     

"Fuck, hei kenapa saja kau? Apa matamu buta? Atau telingamu bermasalah sampai tak mendengar ponselmu berbunyi sejak tadi pagi hah?!" Suara Jack langsung terdengar lantang dlbegitu panggilannya diterima oleh Anne.     

Anne yang sedang menenggelamkan wajahnya di bantal langsung menoleh saat mendengar suara Jack samar-samar, dengan perlahan ia meraih ponselnya yang masih ada dipinggiran ranjang karena Anne gagal meletakkannya di nakas kembali.      

"Jack, sakit,"ucap Anne lirih.     

Deg     

Kemarahan Jack langsung hilang saat mendengar rintihan Anne. "Anne, kau kenapa?"tanyanya panik.     

"Perutku sakit,"jawab Anne lirih.     

"Sakit? Dimana? Kau dimana sekarang?"tanya Jack kembali dengan suara meninggi.     

"Apartemen.."     

Begitu mendengar jawaban dari Anne, Jack langsung melompat turun dari ranjang besarnya. "Jangan matikan panggilanku, biarkan tersambung. Kau mengerti Anne?"     

"Huum, sakit Jack.."     

"Iya aku tahu, aku ke apartemenmu sekarang. Tahan sebentar, jangan matikan panggilanku Anne. Kau mengerti?"teriak Jack dengan keras.     

"I-iya,"     

Tanpa memakai jaket tebal Jack berlari menuju basement dimana mobilnya berada, karena sudah pukul satu malam tak ada siapapun yang ia temui dilantai satu. Apalagi semua lampu utama juga sudah dimatikan, beruntung rumahnya Jack memilih rumah yang memiliki banyak kaca besar. Jadi meskipun didalam rumah semua lampu dimatikan masih ada sedikit cahaya dari luar, Jack yang tak mau menyia-nyiakan waktu sedikitpun langsung masuk kedalam mobil kesayangannya dan langsung keluar dari basement. Para penjaga yang masih bermain kartu langsung sigap saat melihat mobil Jack, mereka pun membukakan pintu gerbang dan memberikan hormat padanya.      

"Sepertinya aku tak akan pulang, kalian langsung kunci lagi begitu aku keluar dan besok pagi beritahu Erick untuk langsung berangkat kekantor tanpa menungguku. Aku akan langsung pergi kekantor besok pagi,"ucap Jack dengan cepat tanpa jeda.     

"Baik Tuan, kami mengerti." Jawab sekitar delapan orang pria berbadan besar kompak.      

Setelah berkata seperti itu Jack pun memacu mobilnya menuju jalan utama komplek perumahannya menuju jalan raya untuk pergi ke apartemen Anne, sepanjang jalan Jack terus mengajak Anne bicara. Sesekali ia berteriak saat Anne tak kunjung menjawabnya, Jack yang sangat khawatir terus memaksa Anne bicara dengannya.      

Biasanya waktu yang dibutuhkan untuk pergi ke apartemen Anne adalah sekitar lima puluh lima menit, akan tetapi kali ini Jack hanya membutuhkan waktu tiga puluh menit saja. Ia benar-benar memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi meskipun jalanan agak sedikit licin karena salju, sesampainya di parkir bawah tanah apartemen Anne yang sedikit penuh Jack langsung melompat dari mobilnya dan berlari menuju lift yang kebetulan ada di basement.     

"Kenapa lama sekali, apakah kalau malam lift selama ini?"gerutu Jack kesal karena lift yang ia naiki terasa sangat lambat.      

Setelah berkeluh kesah akhirnya lift pun sampai dilantai sepuluh, tanpa menunggu lama Jack lalu berjalan dengan cepat menuju kamar Anne yang password pintunya sudah ia ketahui.      

Jack menautkan alisnya saat berhasil masuk ke kamar Anne yang gelap gulita, perlahan ia meraih dinding untuk menyalakan lampu. Dan tersentak saat melihat tas Anne tergeletak begitu saja di bawah tangga, tanpa pikir panjang Jack langsung berjalan cepat menuju tangga untuk naik ke lantai dua tempat dimana kamar Anne berada. Sesampainya dikamar Jack semakin kaget saat melihat Anne yang sedang meringkuk sambil memegangi perutnya.     

"Anne, kau kenapa?"tanya Jack pelan sambil berlutut.     

Anne yang sedang menenggelamkan wajahnya di bantal lalu menoleh ke arah Jack yang sudah ada disampingnya.      

"Kau datang Jack.."     

"Tentu saja aku datang!! Kau kenapa? Apa yang sudah diperkuat singa brengsek itu padamu?"hardik Jack dengan keras memotong perkataan Anne.     

"Perutku sakit, sakit sekali,"ucap Anne pelan.     

"Sakit perut? Kau belum makan? Atau…"     

"Datang bulan Jack,"jawab Anne lirih.      

Blush      

Wajah Jack langsung memerah mendengar perkataan Anne, kekhawatirannya pun langsung sirna saat mendengar penyebab Anne sakit perut.      

"Da-datang bulan? Kau sakit karena datang bulan?"tanya Jack.     

"Iya Jack, menstruasiku datang lebih cepat dan rasanya sangat sakit. Perutku seperti disayat-sayat sekarang,"jawab Anne lirih.     

"Lalu apa yang harus aku lakukan? Aku bingung Anne?"tanya Jack kembali.     

Dengan wajah memerah Anne menatap Jack dan berkata, "Bantu aku kekamar mandi, sepertinya celana dan sepraiku terkena darah."     

"Da-darah? Kau tak pakai pembalut?" Jack bertanya dengan gagap.     

"Pakai, tapi sepertinya darah yang keluar terlalu banyak,"jawab Anne lirih.      

"Ya sudah ayo bangun, kita kekamar mandi sekarang. Kau harus berganti, aku tahu kau pasti tidak nyaman sekali bukan?"     

Anne menganggukan kepalanya perlahan menjawab ucapan Jack, Anne benar-benar menekan kuat rasa malunya sampai ke dasar sekarang. Jack sedikit bersyukur dengan keadaan Anne, rasa khawatirnya hilang saat mengetahui Anne hanya sakit karena datang bulan saja.     

Wajah Jack semakin memerah saat melihat noda darah terlihat jelas di ranjang Anne, ia juga melihat noda yang sama di celana tidur Anne bagian belakang. Namun karena tak mau membuat Anne malu, Jack pura-pura tak melihat. Dengan hati-hati ia berjalan terlebih dahulu saat menuruni anak tangga menuju lantai satu, sementara Anne berpegang kuat pada pundaknya. Jack menuruni tangga satu demi satu karena tak mau membuat Anne mendapat masalah lagi.      

Jack masih telaten membimbing Anne berjalan menuju kamar mandi ketika mereka sudah sampai di lantai satu, begitu memastikan Anne nyaman di dalam kamar mandi Jack pun bersiap keluar. Namun pada saat akan keluar kamar mandi tiba-tiba Anne meraih tangannya sehingga membuat langkah Jack terhenti.      

"Ada apa?"tanya Jack kembali.     

"K-kau tak akan pulang kan? Aku masih membutuhkan bantuanmu Jack,"jawab Anne lirih dengan wajah yang sudah mirip kepiting rebus.     

Senyum Jack mengembang diwajah tampannya, dengan perlahan ia meraih wajah Anne dan membelainya penuh kasih. "Mana mungkin aku pulang disaat kau membutuhkan aku seperti ini hemm, ya sudah lebih baik sekarang kau bersihkan dirimu."     

"A-aku membutuhkan ce... hmmp aku membutuhkan…"     

"Membutuhkan apa?"tanya Jack penasaran.     

"Aku membutuhkan celana dalam yang bersih dan celana panjang Jack, tolong ambilkan dilemari pakaianku,"jawab Anne tanpa jeda dengan cepat sambil menunduk, mencoba menyembunyikan wajahnya dari Jack.      

Deg.     

"Celana dalam? Kau memintaku membuka lemari pakaianmu dan membawakan celana dalam kemari?" Jack mengulang perkataan Anne kembali dengan wajah yang semerah wajah Anne dan jantung yang berdegup kencang.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.