I'LL Teach You Marianne

Strategi



Strategi

0Saat jam makan siang datang Anne tak pergi ke kantin, ia memakan makanan yang dikirim oleh Jack. Sekotak sushi berbagai varian isi tiga puluh potong dengan ocha hangat, Jack benar-benar tahu cara membuat Anne tetap bugar dan fit di musim dingin seperti ini. Anne yang sebenarnya malas makan gara-gara masih memikirkan perkataan Steffi sebelumnya kini sudah memakan enam potong sushi dengan topping salmon.     
0

"Benarkah? Tunjukkan padaku kalau kau benar-benar sudah memakannya," suara Jack terdengar jelas ditelinga Anne yang memakai earphone wireless saat melakukan video call dengan Jack yang meminta bukti kalau dirinya benar-benar makan.     

"Lihat sendiri," jawab Anne pelan sambil mengarahkan kamera ponselnya ke arah kotak sushi yang sudah berkurang enam potong.     

"Good girl, kau suka sushinya Anne?"tanya Jack penasaran.     

Anne menyentuh layar ponselnya lagi untuk membalik kamera supaya Jack bisa melihat wajahnya lagi. "Aku suka, rasanya enak."     

"Syukurlah kalau begitu, nanti sore aku jemput ya,"ucap Jack pelan sambil tersenyum menatap layar ponselnya yang sedang menampilkan wajah Anne.     

"Kau mau menjemputku? Pekerjaanmu sudah selesai memangnya?"tanya Anne pelan.     

Deg     

Jack langsung terdiam mendengar perkataan Anne, ia merasa ada yang salah dengan Anne. Tak biasanya Anne akan langsung menyetujui permintaannya seperti ini, pasalnya setiap kali ia menawarkan diri untuk menjemput Anne selalu menolak dengan berbagai jawaban. Namun kali ini tidak, Anne langsung mengiyakan walaupun hanya secara tersirat.     

Jack memasang earphone wireless di telinganya supaya lebih fokus mendengar perkataan Anne. "Apa yang sudah terjadi Anne? Apa singa brengsek itu mengganggumu? Apa perlu aku datang dan menghajarnya?"     

"Steffi, dia yang memprovokasiku Jack,"jawab Anne lirih.     

"Steffi si wanita tak tahu malu itu? Apa yang sudah dia lakukan Anne?!" Jack langsung berteriak dengan keras begitu mendengar perkataan Anne     

Anne yang juga memakai earphone wireless sampai langsung melepasnya dari telinga karena kerasnya suara teriakan Jack. "Jangan berteriak Jack, aku masih bisa mendengar suaramu. Telingaku sakit,"gerutu Anne kesal.     

"Maaf sayang maaf, aku hanya terlalu emosi saat mendengar nama wanita itu kau sebut. Telingamu tak apa-apa kan?"Jack langsung meminta maaf dengan panik dan penuh rasa bersalah, rasa penyesalan tergambar jelas di wajahnya.     

Dipanggil dengan sebutan sayang oleh Jack membuat Anne diam beberapa saat, meskipun ia belum begitu yakin dengan perasaannya. Akan tetapi ketika mendengar sebutan itu Anne menjadi tidak tenang, jantungnya berdebar sangat cepat. Perasaannya benar-benar sangat aneh ketika mendengar sebutan itu dari Jack, padahal selama ini Jack sudah sering sekali mengganggunya dan justru lebih banyak melakukan kontak fisik dengannya. Tapi anehnya ia justru lebih tak tenang seperti ini karena panggilan yang baru Jack ucapkan padanya.     

"Anne, kenapa kau diam? Kau sakit? Apa wanita itu sudah melukaimu? Aku datang ya, aku jemput. Biarkan aku membuat perhitungan dengan mereka, akan kubuat mereka…"     

"Jack," Anne menghela nafas panjang mencoba menenangkan dirinya. "Aku baik-baik saja, kau tak perlu kemari dan membuat perhitungan dengan mereka karena aku masih bisa menghadapinya jadi kan tak perlu turun tangan saat ini."     

"Kalau kau baik-baik saja kenapa tadi kau diam saja, kau membuatku khawatir Anne. Aku benar-benar tak bisa tenang saat melihatmu seperti itu, apalagi ketika mengetahui Steffi mulai mencari masalah denganmu. Aku tak rela wanita itu kembali melukai hatimu,"ucap Jack tanpa jeda penuh rasa khawatir.     

Kedua mata Anne menyendu memberikan tatapan mematikan pada Jack. "Aku serius, aku baik-baik saja. Apa kau tak percaya padaku?" tanyanya pelan, menyempurnakan tatapan maut untuk Jack.     

Jack membuka bibirnya secara tak sadar ketika ditatap seperti itu oleh Anne, didalam dirinya seperti ada meleleh ketika melihat Anne memberikan tatapan seperti itu. Meskipun hanya melalui video call akan tetapi Jack langsung tak bisa berkutik, ia tak bisa membayangkan bagaimana kalau sampai berhadapan secara langsung.     

"Aku baik-baik saja, jadi kau tak perlu datang kemari untuk memberikan pelajaran pada Leon dan istrinya. Karena hal itu akan membuang tenagamu sia-sia, lebih baik kau fokus di kantor dan cepat selesaikan pekerjaanmu. Lalu nanti sore kau bisa menjemputku,"ucap Anne pelan sambil tersenyum.     

"Ok, aku akan melakukan permintaanmu tetapi kau harus janji padaku untuk tetap baik-baik saja dan jangan sungkan untuk menghubungiku jika mereka berdua membuat masalah lagi denganmu. Aku akan menyelesaikan pekerjaanku dengan cepat dan langsung pergi ke kantor singa brengsek itu untuk menjemputmu,"jawab Jack dengan cepat penuh semangat.     

Anne tersenyum mendengar perkataan Jack, tak lama kemudian Jack pun menyudahi panggilan video itu karena ia ingin menyelesaikan semua pekerjaannya supaya bisa cepat selesai.     

"Terima kasih Jack, terima kasih untuk selalu ada untukku. Aku benar-benar tenang sekarang, meskipun hanya bicara beberapa patah kata saja denganmu tapi hatiku rasanya sangat damai sangat berbeda dengan beberapa jam terakhir. Sekali lagi terima kasih Jack."Anne bicara sendiri sambil tersenyum, karena masih lapar Anne lalu kembali mengambil potongan sushi yang ada di depan matanya dan langsung memakannya dengan lahap. Jam istirahat masih ada sekitar tiga puluh menit lagi dan ia memilih untuk mengganggu Linda yang saat ini sedang masak bersama Paul di rumah keluarganya, sudah hampir satu minggu Linda ada di kampung halamannya. Dan Anne merindukan gadis ceroboh menyebalkan yang suka mengatur itu, Linda adalah satu-satunya teman yang tulus pada Anne setelah Anne dikhianati dua teman pertamanya. Selma dan Steffi, yang satu pencuri karya sang ibu dan yang satu pencuri suaminya.     

Akhirnya jam istirahat pun berlalu, satu persatu staf mulai kembali ke mejanya masing-masing disaat Anne sudah mulai bekerja sejak sepuluh menit yang lalu. Saat suasana hening karena para pekerja fokus pada pekerjaannya masing-masing tiba-tiba terdengar langkah sepatu Steffi yang sangat mengganggu, ia baru saja kembali dari makan siang bersama Leon di restoran bersama Edward dan team audio.     

Steffi sengaja menempel pada Leon menunjukkan keposesifannya pada sang suami, padahal Leon sendiri sangat tak nyaman Steffi terus menempel seperti itu padanya. Leon yang tak mau menunjukkan kemesraannya di depan para karyawan berkali-kali berusaha melepaskan tangan Steffi yang melingkar di lengannya saat berjalan dari lift menuju ruang kerjanya, namun semakin sering Leon berusaha melepaskan cengkraman tangan Steffi yang mengikatnya. Semakin kuat pula tangan Steffi bercokol di sana, sehingga Leon pun memilih mengalah dan membiarkan istrinya melakukan itu. Leon berusaha sabar, hal ini ia lakukan demi menunjukkan pada Anne kalau ia bukan Leon pemarah seperti dulu.     

"Kau pasti cemburu kan Marianne melihat kemesraan kami, aku yakin kau pasti cemburu. Nikmati saja Marianne, hari-hari nerakamu akan dimulai hari ini. Akan kupastikan kau pergi sendiri seperti waktu itu tanpa aku harus turun tangan, wanita sampah sepertimu memang harus tahu diri bahwa kau tak pantas bersanding dengan Leon. Karena hanya aku yang pantas,"ucap Steffi dalam hati saat melihat ke arah ruangan Anne dimana saat ini Anne sedang sibuk di meja kerjanya memeriksa beberapa video yang harus ia koreksi.     

Drrrtt     

Drrrtt     

Ponsel yang ada di dalam saku baju Leon bergetar sehingga mau tak mau Steffi harus melepaskan cengkramannya dari lengan Leon, karena suaminya itu ingin memeriksa ponselnya.     

"Sure, tak apa-apa Tuan. Saya yakin dilain kesempatan kita pasti bisa bekerjasama lagi dengan baik, terima kasih atas kesediaan anda menghubungi saya secara langsung Tuan. Sekali lagi terima kasih,"ucap Leon pelan, air mukanya berubah menunjukkan kekecewaan yang besar.     

Steffi yang menyadari ada yang salah dengan Leon lalu mendekati suaminya, namun saat akan melingkarkan tangannya lagi tiba-tiba Leon berjalan dengan cepat menuju ruangannya. Sehingga mau tak mau Steffi harus menyusul suaminya, masuk ke dalam ruangan pribadinya. Saat masuk kedalam ruangan sang suami Steffi dikejutkan dengan pemandangan yang ia lihat, dimana saat ini Leon sudah membuang semua kertas yang ada di atas mejanya.     

"Brengsek, beraninya dia menolakku. Ganke Inc Production tak pernah ditolak sebelumnya,"ucap Leon penuh emosi.     

"Apa yang terjadi Leon, kenapa kau tiba-tiba marah?"tanya Steffi pelan.     

"Diam kau, kau tak akan tahu apa yang…"     

Tring     

Sebuah notifikasi masuk lagi kedalam ponsel Leon dan membuat Leon menghentikan perkataannya, tanpa menunggu lama ia langsung meraih ponselnya dan terkejut saat melihat isi dari pesan itu.     

"Jackson... Jackson Patrick Muller menerima proposalku…"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.