I'LL Teach You Marianne

Melanjutkan rencana



Melanjutkan rencana

0Aaron berdiri menatap seorang suster mengobati kaki Kimberly, rasa bersalah pun merasuk dalam dirinya saat Kimberly berteriak kesakitan ketika sang suster memberikan obat pada kakinya.      
0

"Kenapa lukanya bisa seperti ini, apakah tadi aku menabraknya dengan sangat keras?"      

Berbagai pertanyaan muncul dalam benak Aaron, ia masih mencoba mengingat detik-detik sebelum terjadinya tabrakan. Pasalnya ia tak terlalu kencang mendorong keranjangnya, jadi kemungkinan luka yang ditimbulkan akibat tabrakan itu harusnya tak separah yang saat ini ia lihat.      

"Jangan gunakan high heels untuk sementara waktu, perbanyak istirahat, dan rajinlah menggunakan obat ini. Dua atau tiga hari kedepan luka anda akan sembuh nona,"ucap seorang suster yang baru saja mengobati kaki Kimberly dengan ramah.     

"Tak perlu pakai gips sus?" Kimberly bertanya dengan nada yang sangat terlihat kecewa.     

Sang suster menggelengkan kepalanya merespon pertanyaan dari Kimberly.      

"Ini hanya luka memar, tak ada tulang retak atau patah. Jadi gips seperti itu tak dibutuhkan Nona,"jawab sang suster dengan tersenyum.     

Mendengar perkataan suster yang membantunya Kimberly terlihat tidak senang, ia merasa apa yang ia lakukan sebelumnya sia-sia. Karena harapannya adalah kakinya dirawat menggunakan gips, bukan hanya dioles obat pereda nyeri dan memar seperti ini. Aaron yang sejak tadi diam terlihat bingung ketika melihat ekspresi wajah Kimberly yang tidak suka mendengar jawaban sang suster, padahal seharusnya ia senang karena luka di kakinya tidak parah. Namun sikapnya justru kebalikannya, Kimberly nampak tidak puas dengan jawaban sang suster dan hal ini membuat Aaron bingung karena di mana-mana orang pasti akan lebih senang jika mengetahui dirinya tidak mengalami luka yang parah. Tapi hal itu tidak terjadi pada Kimberly, karena itulah Aaron sedikit merasa ada yang janggal namun ia berusaha menyembunyikan kecurigaannya itu karena ia tidak mau membuat Kimberly tersinggung. Walau bagaimanapun ia adalah orang yang menyebabkan Kimberly terluka meskipun hanya luka memar kecil saja.      

Setelah melakukan tugasnya suster ramah itu lalu pergi meninggalkan Kimberly yang masih duduk di ranjang khusus itu, meskipun hanya luka ringan saja akan tetapi rasanya sangat menggigit. Dan Kimberly menyesali tindakannya yang tidak total.     

"Apa ada keluarga yang bisa saya hubungi nona Kimberly?" Aaron bertanya pelan pada Kimberly yang sedang meraba-raba betisnya.     

"Aku tinggal bersama kakak, setelah usaha Daddy bangkrut dan perusahaan di akuisisi oleh salah satu rekan bisnisnya kami terlunta-lunta. Kami hidup mandiri mencoba mencari pekerjaan yang sesuai untuk kami, akan tetapi hiks...semua rekan kerja Daddy yang dulu sering dibantu menolak membantu kami. Sehingga sampai saat ini aku dan kakak masih berusaha mencari pekerjaan, tadi pun aku juga baru pulang dari kantor salah satu rekan Daddy sebelum bertemu anda di supermarket." Kimberly menjawab satu pertanyaan Aaron dengan panjang lebar, ia menceritakan kondisinya saat ini untuk mencari iba seorang Aaron seperti yang diajarkan kakaknya Marissa.      

Aaron menghela nafas mendengar perkataan Kimberly, rasa bersalahnya semakin besar saat mengetahui apa yang terjadi pada gadis yang baru ia tabrak itu.      

"Bolehkah aku bicara dengan kakakmu nona?"      

Kimberly menganggukan kepalanya, ia lalu meraih ponselnya dan mencari nama sang kakak dan memberikannya pada Aaron. Awalnya Kimberly berpikir kalau Aaron akan menghubungi Marissa sang kakak melalui ponselnya sendiri, akan tetapi tebakannya salah. Aaron justru menggunakan ponselnya untuk menghubungi kakaknya, rencana kedua untuk mendapatkan nomor ponsel Aaron pun gagal.      

Aaron terlihat sangat serius bicara dengan Marissa ditelpon, ia juga menceritakan bagaimana kondisi Kimberly saat ini untuk menenangkan Marissa yang panik.      

"Saya akan mengirimkan lokasi pada anda nona Marissa, saya tunggu kedatangan anda." Aaron berbicara dengan sangat sopan pada Marissa Henderson di telepon saat akan menutup panggilannya.     

"Baik Tuan, tolong jangan pergi. Tunggu saya datang, Kim pasti sangat ketakutan kalau sendirian di klinik seperti itu,"pinta Marissa penuh harap, suaranya terdengar parau seperti menahan tangis.     

"Iya saya akan menunggu anda nona, kalau begitu saya akan matikan panggilan ini dan mengirimkan lokasi kliniknya pada anda,"jawab Aaron pelan memberikan kode secara halus pada Marissa agar mau menutup panggilannya.      

Setelah menutup panggilan, Aaron segera mengirimkan alamat klinik dimana ia dan Kimberly berada saat ini pada Marissa yang tak lain adalah kakak dari Kimberly. Aaron sengaja menggunakan ponsel Kimberly untuk menghubungi Marissa, ia tak mau nomor pribadinya tersebar luas. Pasalnya nomor yang sekarang ia gunakan adalah nomor yang Anne tahu, karena itu ia tak mau sampai mengganti nomor ponselnya jika sampai terlanjur beredar luas. Aaron tak mau Anne kesulitan mencarinya kalau ia sampai berganti nomor lagi.      

Saat mengembalikan ponsel Kimberly pada sang empunya tiba-tiba datang seorang suster yang meminta Aaron untuk melakukan pembayaran atas perawatan yang Kimberly terima, tanpa banyak bicara ia pun mengikuti langkah sang suster menuju kasir untuk melakukan pelunasan dan penebusan obat yang harus Kimberly bawa pulang. Ketika Aaron sedang berada di apotek untuk menebus obat Marissa masuk ke ruangan Kimberly, sebenarnya Marissa tak memerlukan waktu lama untuk bisa sampai di klinik. Pasalnya sejak awal ia sudah berada tak jauh dari Kimberly, mengawasi adiknya dari tempat persembunyiannya.      

"Apa aku bilang, seharusnya kau membiarkan aku memukul kakimu menggunakan tongkat golf yang tadi Kim. Jadi kakimu bisa memakai gips, sehingga Aaron Sean Connery itu akan semakin merasa bersalah padamu."Marissa berbicara lirih pada Kimberly saat mengetahui adiknya hanya mengalami luka memar saja, tak seperti yang mereka harapkan sebelumnya.      

"Ini saja sudah sakit sekali kak, kau tak merasakan rasanya kan? Jadi jangan asal bicara." Kimberly menyahut dengan cepat perkataannya Marissa, ia sedikit jengkel pada kakaknya yang menyepelekan luka di kakinya.     

Wajah Marissa memerah menahan emosi mendengar perkataan sang adik, ia kesal sekali karena rencana jeniusnya gagal. Padahal sebentar lagi mereka akan mendapatkan satu ikan besar, tapi karena ketakutan Kimberly akan rasa sakit semuanya gagal. Dengan penuh emosi Marissa menyentuh kaki Kimberly, ia melupakan kekesalannya dengan mencengkram kuat kaki sang adik yang terlihat merah keunguan yang sedikit bengkak itu. Begitu tangan Marissa menyentuh kakinya Kimberly berteriak keras, rasa nyeri menusuk langsung menyerangnya ketika cengkraman Marissa mendarat di area itu.      

Aaron yang sedang berjalan langsung berlari dengan cepat menuju ruangan Kimberly, saat mendengar gadis yang ia tabrak itu menjerit kesakitan.      

"Kau kenapa nona?"tanyanya dengan cepat saat berhasil masuk ruangan Kimberly.     

Marissa yang tak menyangka kalau Aaron akan datang secepat itu langsung merubah sikapnya 360°.      

"Akh ini Tuan, adik saya tadi berusaha untuk menggerakkan kakinya,"jawab Marissa berbohong.     

"Bukankah tadi suster sudah mengatakan pada anda untuk mengistirahatkan kaki anda terlebih dahulu, lalu kenapa anda berusaha untuk menggerakkannya?"tanya Aaron dengan sedikit kesal pada Kimberly, ia tidak suka melihat ada seorang perempuan yang keras kepala.      

"Maaf Tuan, aku tak mau menyulitkan anda terlalu banyak. Jadi saya berusaha untuk berjalan agar tak menjadi beban siapapun." Kimberly menjawab dengan penuh iba, mencoba mencari belas kasih dari Aaron.      

Aaron menghela nafas panjang, ia kemudian memberikan kotak obat milik Kimberly pada Marissa tanpa bicara. Dengan cepat Aaron meraih tubuh Kimberly dan meletakkannya di kursi roda yang ternyata ia beli untuk Kimberly.      

"Pakai ini untuk sementara waktu, ayo aku antar ke depan,"ucapnya pelan saat sudah membuat Kimberly duduk dengan nyaman di kursi roda.      

Marissa tersenyum mendengar perkataan Aaron, ia tak menduga Aaron akan bersikap seperti itu pada Kimberly. Ia pun mengikuti langkah Aaron dari belakang menuju ke luar klinik dimana mobilnya berada.      

"Ini kartu namaku, kalau kalian butuh sesuatu bisa hubungi aku. Saat ini aku tak bisa mengantarkan kalian pulang karena harus pergi ke suatu tempat penting." Aaron memberikan kartu namanya pada Kimberly dengan sopan ketika Kimberly sudah duduk dengan baik di dalam mobil.     

Kedua mata Kimberly berbinar-binar saat menerima kartu nama Aaron, ia tak hanya berhasil bersentuhan saja dengan Aaron saat ini akan tetapi juga berhasil mendapatkan kartu namanya walaupun sebenarnya ia sudah mengetahui Dimana kantor Aaron. Namun dengan adanya kartu nama itu setidaknya ia bisa punya alasan lain jika datang ke Connery Corporation.      

"Terimakasih Tuan Aaron, saya berhutang banyak pada anda." Kimberly bicara sangat pelan saat menerima kartu nama Aaron.     

Aaron tersenyum ramah pada Kimberly, ia pun pergi meninggalkan kakak beradik itu menuju mobilnya untuk melanjutkan niatnya pergi ke apartemen Anne.      

Setelah Aaron pergi Marissa berteriak sangat keras sambil melompat-lompat. "Yes, kita berhasil Kim. Aaron Sean Connery memberikan kartu namanya padamu, itu artinya ia mengingatmu. Dengan ini kita akan mudah menemuinya di kemudian hari."      

"Iya kak, rasanya sakit di kakiku ini sepadan. Aaron Sean Connery sudah berhasil masuk perangkap kita, tujuan kita akan tercapai sebentar lagi kak." Kimberly merespon perkataan kakaknya penuh semangat, kedua matanya berkilat penuh nafsu.      

Bersambung     

Note :      

Jangan lupa dengan giveaway yang Thor adakan ya kakak-kakak, vote terus You Are Mine, Viona! Versi bahasa Inggris.      

Hadiah pulsa / ovo/ gopay  senilai 100.000 akan ada untuk tiga orang pemenang tiap Minggu saat PS You Are Mine, Viona mencapai 1000, belum juga akan ada tambahan hadiah berupa buku volume pertama dari The alchemist milik kak Vina atau yang lebih terkenal dengan nama pena Missrealitybites.     

So jangan sampai ketinggalan event ini ya kakak-kakak      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.