I'LL Teach You Marianne

Bantuan Anne untuk Alice



Bantuan Anne untuk Alice

0Saat dokter Pierre bekerja Jack terlihat melipat kedua tangannya di dada sambil terus menatap sang dokter pribadi membuka perban elastis yang membebat kaki Anne, dokter Pierre berniat untuk mengompres kaki Anne dengan air dingin supaya bengkak di kakinya sedikit berkurang.      
0

"Kenapa bisa sebengkak itu dok?"tanya Jack penasaran, ia sudah tak bisa menahan diri untuk tak bertanya.     

"Banyak faktor Tuan, salah satunya karena nona ini banyak bergerak, terbentur benda keras atau ikatan pada perban ini terlalu kuat," jawab dokter Pierre lembut sambil terus menggunting perban elastis yang masih mengikat kuat kaki Anne.      

"Aawww,"     

"Sabar nona, sakitnya akan hilang saat perban ini dilepas,"ucap dokter Pierre ramah.     

Anne menggigit bibir bawahnya merespon perkataan sang dokter yang sedang sibuk mengurus kakinya, kedua matanya memerah menunjukkan kalau saat ini ia benar-benar kesakitan. Melihat ekspresi Anne seperti membuat Jack gelisah, ia tau Anne pasti sangat kesakitan saat ini.      

Ketika dokter Pierre masih sibuk dengan Anne, tiba-tiba terdengar suara roda-roda dari koper yang ditarik semakin mendekat ke ruang keluarga dimana Jack dan Anne berada. Tak lama kemudian terlihat Erick dan Alice bersamaan, keduanya langsung mendekati Jack yang tengah berdiri tanpa suara.     

"Lama sekali, memangnya apa yang kalian lakukan!"tanya Jack sinis.     

"Ini jam delapan malam Tuan, jam dimana jalanan sedang sangat padat,"jawab Erick dengan cepat.     

"Alasan saja, ya sudah sekarang keluarkan pakaian ganti untuk…"     

Deg     

Jack yang ingin memerintahkan Alice untuk mengeluarkan pakaian tidur milik Anne, tak dapat menyelesaikan perkataannya saat menyadari ukuran koper yang dibawa Erick. Koper yang dibawa Erick seukuran koper miliknya ketika akan bepergian satu bulan.      

"Ini serius kalian membawa barang Anne sebanyak ini?"tanya Jack tak percaya.     

"Iya Tuan, ini perlengkapan nona Anne,"jawab Alice cepat sambil tersenyum, ia masih terpesona akan kecantikan Anne yang menurutnya sangat manis itu.      

Alice tak menyangka seorang wanita yang memiliki rambut pendek akan secantik itu, pasalnya selama ini menurutnya standar kecantikan seorang wanita adalah ketika ia memiliki rambut panjang.     

"Kalian pikir Anne itu mau pindah ke-kemana dengan barang sebanyak ini?"tanya Jack kembali pura-pura marah dengan menyembunyikan perasaannya yang sesungguhnya.     

"Barang-barang wanita itu banyak Tuan, jadi anda jangan heran. Ini saja isinya hanya empat pasang pakaian santai nona Anne, pakaian tidur beberapa pasang, pakaian dalam enam pasang warna senada dan perlengkapan mandinya,"jawab Alice penuh semangat tanpa rasa bersalah, ia tak menyadari kalau saat ini bicara dengan sangat keras membahas pakaian dalam Anne dihadapan tiga pria.     

Blush     

Anne yang sedang menahan sakit di kaki wajahnya langsung memerah seketika saat Alice menyebut jumlah pakaian dalamnya secara frontal seperti itu, bahkan bukan hanya Anne yang salah tingkah. Jack pun hampir tersedak saat sekretarisnya bicara seperti itu.      

"Benar tuan hanya itu saja, apa anda tak percaya? Saya bisa membukanya disini dan menunjukkan isinya kalau anda…"     

"Stop!!!!"      

Anne dan Jack berteriak dengan keras secara bersamaan, sehingga membuat semua orang yang ada di ruang tamu melihat ke arah mereka berdua secara bergantian.     

"Tak usah, aku percaya padamu Alice. Aku percaya, jadi kau tak perlu membongkar isi koper itu disini," ucap Jack tergagap dengan cepat.      

"Anda serius?"tanya Alice kembali, ia belum menyadari betapa canggungnya Jack dan Anne saat ini.     

"Iya." Jack menjawab dengan mata memerah yang menunjukkan kalau saat ini ia sedang marah pada Alice.      

Namun Alice yang belum mengenal Jack dengan baik nampak tenang saja ketika melihat ekspresi Jack seperti itu, namun lain halnya dengan Erick. Ia langsung mematung saat menyadari arti sorot mata tajam Jack pada mereka berdua, tanpa bicara ia langsung meraih tangan Alice dan langsung mengajaknya keluar dari ruang tamu meninggalkan sang tuan yang sedang mengawasi dokter mengobati kaki Anne.      

"Lepaskan Erick, aduh pergelangan tanganku sakit,"ucap Alice merengek meminta tangannya dilepaskan oleh Erick yang sedang menariknya keluar dari ruang keluarga.     

Setelah merasa aman Erick kemudian melepaskan tangan Alice ketika mereka sudah tiba di pantry.      

"Kau kan wanita Alice, tapi kenapa kau tak peka sama sekali?"tanya Erick kesal dan gemas pada sekretaris pribadi tuannya itu.     

"Tidak peka? Kenapa aku tidak peka?"tanya balik Alice bingung.     

Plak     

Erick memukul kening kepalanya dengan cukup keras menggunakan telapak tangannya saat mendengar pertanyaan dari Alice. Dengan menahan marah Erick kemudian menjelaskan situasi yang terjadi beberapa menit yang lalu saat Alice mulai membahas pakaian dalam Anne dihadapan semua orang, Alice pun terlihat panik saat Erick selesai bicara. Ia benar-benar tak menyadari kalau sebelumnya sudah bicara secara frontal seperti itu dihadapan Jack.      

"Aduh Erick bagaimana ini ini? Bagaimana kalau aku dipecat? Aku tak mau kehilangan pekerjaanku ini Erick, aku sangat menyukai pekerjaanku sebagai sekretaris di perusahaan Tuan Jack. Aku tak mau dihina lagi oleh teman-temanku yang selalu menyepelekan aku selama ini Erick," tanya Alice bertubi-tubi dengan panik.     

"Aku juga tidak tau, aku tak berani bicara banyak padamu. Yang jelas saat ini lebih baik kau berdoa pada Tuhan semoga Tuan tidak marah padamu,"jawab Erick cepat.     

"Erick... tolong aku, aku benar-benar tak sengaja bicara seperti tadi,"ucap Alice memelas.     

"Tenang Alice, jangan berisik. Nanti Tuan malah semakin marah padamu, kau lihat kan kaki nona Anne separah itu," sahut Erick dengan cepat.      

Alice pun langsung menutup mulutnya dengan cepat, kedua matanya memerah menahan tangis. Ia merutuki kebodohannya karena sudah asal bicara seperti tadi, melihat Alice seperti itu membuat Erick prihatin.      

"Sudah jangan panik, lebih baik sekarang kita duduk di ruang tamu tunggu dokter Pierre menyelesaikan tugasnya. Aku yakin tuan pasti akan memaafkanmu,"ucap Erick pelan mencobanya untuk menenangkan Alice sambil menepuk-nepuk pundaknya.     

"Tu-tuan tak akan memecatku kan?"tanya Alice terbata.     

"Semoga saja, ya sudah ayo duduk dan jangan menangis. Tuan paling tak suka melihat orang menangis,"jawab Erick singkat.     

"Erick aku serius!!!"sengit Alice jengkel.     

"Kalau kau terus bicara nanti terdengar Tuan dan membuatnya makin marah padamu, jadi lebih baik sekarang kau diam dan tenang. Saat keadaan sudah memungkinkan baru kau minta maaf pada Tuan, aku yakin Tuan pasti akan memaafkanmu,"jawab Erick pelan mencoba menenangkan Alice kembali.     

Mendengar perkataan Erick membuat air mata Alice justru turun dengan deras, meskipun ia menangis tanpa suara tetap saja hal itu membuat Erick tak tenang. Tanpa bicara apa-apa Erick lalu menyeka air mata Alice dengan tisu, setelah yakin wajah Alice bersih dari air mata Erick lalu mengajak Alice duduk di ruang tamu menunggu dokter Pierre selesai mengurus Anne.      

Sepuluh menit setelah Erick dan Alice duduk di ruang tamu dokter Pierre terlihat keluar dari ruang keluarga bersama Jack, rupanya dokter dia sudah selesai mengobati kaki Anne. Dokter Pierre sudah mengompres bengkak di kaki Anne menggunakan air dingin dan mengoleskan salep anti nyeri lalu membebat kaki Anne kembali menggunakan perban elastis yang baru dan tentunya tak sekencang sebelumnya yang justru membuat kakinya semakin membengkak.      

"Untuk saat ini pastikan nona Anne tidak diperbolehkan beraktivitas menggunakan kakinya, ia harus tetap ada di kursi roda atau diatas ranjang untuk menghindari kakinya terbentur lagi seperti sebelumnya Tuan,"pesan dokter Pierre pelan ketika Jack mengantarnya sampai ke pintu depan.     

"Iya dok saya akan pastikan Anne tidak berpindah sedikitpun dari kursi roda tanpa izin dari saya,"jawab Jack dengan cepat.     

"Ya sudah kalau begitu saya permisi, kalau terjadi apa-apa jangan sungkan hubungi saya Tuan,"pamit dokter Pierre ramah.     

"Tentu saja dokter, terima kasih atas bantuannya malam ini,"ucap Jack tulus.      

Dokter Pierre hanya tersenyum mendengar perkataan Jack, tak lama kemudian ia pun pergi meninggalkan kediaman Jack menuju ke rumah sakit kembali bersama sopir pribadinya. Pasalnya malam ini ia mendapat tugas jaga malam di rumah sakit.     

Setelah dokter Pierre pergi Jack kemudian berjalan masuk kembali ke dalam rumahnya, menuju ke ruang keluarga di mana Anne sudah duduk di atas kursi roda yang dibawakan oleh dokter Pierre. Kedua mata Jack memicing saat melihat Erick dan Alice sudah berdiri di samping Anne.      

"Aku mau mandi,"ucap Anne pelan saat chat sudah sampai di ruang keluarga.     

"Tidak, kau tidak diperbolehkan untuk mandi saat ini. Bukankah kau sudah mendengar pesan dari dokter Pierre sebelumnya,"jawab Jack dengan cepat menolak permintaan Anne.     

"Aku tak bisa tidur kalau tidak mandi dan berganti pakaian Jack,"sahut Anne memelas.      

Jack terdiam mendengar perkataan Anne, ia tau kalau Anne adalah seorang gadis yang tak akan bisa tidur sebelum membersihkan tubuhnya terlebih dahulu dan ini membuatnya sangat dilema.      

"Baiklah kalau begitu ayo ke kamar mandi biar aku bantu kau untuk…"      

"No, aku dibantu Alice bukan kau!!!"jerit Anne keras sambil menyilangkan kedua tangannya di dada merespon perkataan Jack.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.