I'LL Teach You Marianne

Expansi



Expansi

0Sebagai pengusaha Jack tak mau gegabah, ia harus memastikan apakah langkahnya benar atau tidak. Menguntungkan atau tidak bagi perusahaannya, yang jelas semuanya ia pikirkan dengan matang. Begitupula saat ini, ia terlihat mempelajari berkas yang dibawa oleh Henderson bersaudara yang datang padanya meminta tolong. Sebenarnya sangat mudah bagi seorang Jack membantu perusahaan keluarga Henderson, namun ia tak mau gegabah mengambil keputusan.     
0

Saat Jack sedang sibuk membaca berkas yang ia bawa, Marissa terlihat tak berkedip menatap ke arah Jack. "Kak, seka air liurmu,"bisik Kimberly pelan mengingatkan sang kakak.     

Marissa secara reflek langsung menyentuh bibirnya saat mendengar perkataan sang adik, melihat sang kakak benar-benar melakukan apa yang ia katakan membuat Kimberly terkekeh. Ia senang sekali melihat Marissa terjebak dalam permainan yang ia buat.     

"Brengsek kau Kim,"sengit Marissa lirih.     

Kimberly menjulurkan lidahnya merespon perkataan sang kakak, ia pun kembali mengingatkan kakaknya untuk tenang agar Jack tak curiga pada mereka berdua. Meskipun sedang kesal pada sang adik, namun Marissa berusaha tenang. Yang perlu ia lakukan saat ini adalah bersabar untuk membuat Jack dekat dengannya, karena itulah ia memilih untuk menyimpan amarahnya pada sang adik saat ini dengan tetap fokus pada Jack.     

Sepuluh menit pun berlalu, Jack sudah selesai membaca berkas yang dibawa dua gadis yang kini duduk di sofa tepat dihadapannya.     

"Aku sudah membaca berkas ini dan turut berduka atas apa yang menimpa perusahaan keluargamu, namun mohon maaf aku tak bisa berbuat apa-apa." Jack langsung bicara ke inti, ia tak mau membuat Henderson bersaudara berharap banyak padanya.     

"Apa katamu? Bukankah tadi kau bilang akan membantu kami." Kimberly bereaksi keras dengan langsung bangun dari duduknya dan menatap Jack penuh emosi.     

Jack menghela nafas panjang. " Aku tadi mengatakan mencoba membantu, bukan menjanjikan ingin benar-benar membantu. Aku harus memastikan perusahaan yang ingin meminjam dana diperusahanku mampu membayar atau dengan kata lain keuangan di perusahan itu harus stabil, namun setelah aku membaca berkas milik perusahaanmu yang sudah bangkrut ini aku tak bisa mengucurkan dana untuk membantu kalian,"ucap Jack pelan mencoba menjelaskan dengan bahasa yang paling lembut supaya tak membuat dua tamunya tersinggung, Jack kini menganggap Marissa dan Kimberly Henderson sebagai tamu karena mereka datang untuk keperluan bisnis. Bukan pengganggu seperti terakhir kali mereka datang.     

Wajah marissa memerah mendengar perkataan Jack, sejak tadi ia sudah berusaha mencari cara lain jika Jack menolak permintaannya. Marissa menggunakan satu-satunya cara paling mudah dilakukan seorang wanita yaitu menangis, ya Marissa kini menangis dengan air mata yang mengalir deras membasahi kedua wajahnya yang pucat. Ia berharap dengan menangis seperti itu Jack akan tersentuh.     

Dengan menggunakan jermarinya Marissa menyeka air mata yang membasahi pipinya. "Sudahlah Kim, kalau memang Tuan Jack tak bisa membantu kita tak bisa memaksa."     

"Kakk...kau ini bagaimana? Bukankah kau tahu kalau Daddy sudah depresi karena keadaan ini, lalu kenapa kau menyerah begitu saja kak!" Kimberly berteriak dengan keras merespon perkataan sang kakak.     

"Kita tak bisa memaksa seseorang Kim, apalagi yang dikatakan Tuan Jack benar. Keuangan perusahaan kita hancur, jadi wajar kalau ia menolak. Jadi jangan bicara seperti itu Kim. Mungkin ini saatnya kita merelakan perusahaan ini pada bank yang akan melelangnya besok." Marissa bicara pelan mencoba untuk menenangkan sang adik, aktingnya sangat total kali ini karena ia benar-benar menangis.     

Kimberly yang tak diberitahu apapun mengenai rencana cadangan Marissa terbawa emosi, ia benar-benar marah pada kakaknya yang dianggap lemah dan tak mau berusaha. Padahal sebelumnya saat ada diperjalanan menuju kantor Muller Finance Internasional Marissa terlihat sangat penuh semangat, maka dari itu saat melihat kakaknya menangis seperti ini Kimberly marah sejadi-jadinya.     

"Ya sudah kalau kau tak mau menolong perusahaan kami tak masalah Tuan Muller, yang pasti aku tak akan membiarkan bank menyita perusahaan kami. Aku akan mencari orang lain untuk membantu perusahaan kami, aku menyesal datang kekantormu. Aku kira kau pria yang baik dan tulus, ternyata kau adalah orang paling kejam dan tak berperikemanusiaan." Kimberly kembali berucap kasar dengan penuh caci pada Jack yang sejak tadi tak berbicara setelah mengatakan tak bisa membantu perusahaan keluarga Henderson.     

Karena benar-benar kesal Kimberly kemudian berjalan mendekati Jack, tanpa bicara ia langsung merebut berkas yang saat ini sedang di pegang oleh Jack. Setelah berhasil merebut berkas perusahaan keluarganya Kimberly lalu mendekati sofa dan berkata, "Ayo pergi dari tempat ini kak, kita cari orang lain yang mau membantu perusahaan kita."     

"Kim, yang sopan. Kau tak boleh bicara seperti itu, kita sedang ada diperusahaan orang lain Kim," ucap Marissa lirih berusaha menenangkan adiknya, Marissa masih melanjutkan aktingnya dengan apik.     

"Fuck, untuk apa harus bicara sopan kak? Dia berbohong pada kita, apa yang dikatakan tadi pada kita hanya sebuah bulan dan janji manis yang sudah ia atur agar kita berharap besar padanya. Namun setelah tau kalau kita benar-benar membutuhkannya, dengan mudah ia mendepak kita kak. Jadi tak perlu kita bicara sopan pada orang seperti dia kak," Kimberly menyahut cepat, memberikan jawaban yang menyakitkan sekaligus menohok untuk melukai Jack yang ia anggap sebagai pembohong itu.     

"Kim..."     

Prok     

Prok     

Prok     

Secara tiba-tiba Jack bertepuk tangan, seolah sedang menonton sebuah pertunjukkan yang sangat membuatnya puas. Dengan perlahan Jack bangkit dari kursi kebesarannya, ia kemudian melangkahkan kaki jenjangnya mendekat ke arah Marissa dan Kimberly bersaudara. Sama seperti yang Kimberly lakukan sebelumnya, Jack juga merebut berkas yang sedang dipegang oleh Kimberly.     

"Aku belum selesai bicara nona, kenapa kau mudah sekali marah,"ucap Jack pelan menyindir Kimberly yang sudah marah membabi buta.     

Kimberly yang sudah sangat marah pada Jack semakin tak bisa menahan diri, dengan gerakan cepat ia berusaha merebut kembali berkas perusahaan keluarganya yang ada ditangan Jack. "Kembalikan, itu milik keluarga Henderson. Kau orang lain yang tak berhak menyentuh apalagi membacanya."     

"Tidak lagi, setelah aku memutuskan untuk mengakusisi perusahan ini maka perusahaan ini menjadi milikku sekarang." Jack menyahut lantang, merespon perkataan Kimberly.     

"Jangan mimpi Jack, perusahan keluarga Henderson adalah..."     

Jack menganggukan kepala. "Yes, perusahaan milik keluarga Henderson sekarang jadi milikku. Aku memang tak mau membantu kalian yang sudah bangkrut, akan tetapi aku berminat untuk membelinya. Jadi dengan kata lain, setelah aku membayar hutang perusahaan pada bank maka secara otomatis perusahaan ini menjadi milikku." Jack bicara lantang memotong perkataan Kimberly, keputusannya membeli perusahaan keluarga Henderson adalah sebuah keputusan yang ia ambil dengan cepat setelah membaca peluang bisnis yang baru dari perusahaan keluarga Henderson yang diambang kehancuran itu.     

"Apa yang kau katakan baru saja Tuan?"tanya Marissa pura-pura kaget, ia sebenarnya ingin sekali berteriak kegirangan saat ini. Namun karena ia masih memainkan perannya akhirnya Marissa terpaksa meneruskan apa yang sudah ia mulai.     

"Aku, Jackson Patrick Muller akan mengambil alih perusahaan keluarga kalian. So, sekarang kalian berdua bisa pulang dan beritahukan kabar ini pada ayah kalian Romeo Henderson. Dalam waktu cepat aku akan memerintahkan pengacara pribadiku mengurus semuanya." Jack menjawab datar pertanyaan dari Marissa tanpa keraguan.     

Grebb     

Tanpa diduga Marissa menjatuhkan tubuhnya pada tubuh Jack, ia memeluk Jack dengan erat. Mencium aroma maskulin dari tubuh Jack yang sangat jantan, mengambil kesempatan dengan cepat. Ia tak menyia-nyiakan kesempatan langka untuk melakukan ini pada seorang Jackson Patrick Muller.     

"Terima kasih Tuan, terima kasih. Setidaknya dengan ini keluarga kami tak benar-benar bangkrut dan terusir dari rumah, terima kasih bantuannya Tuan." Marissa berucap lirih sambil terus menikmati bidangnya dada Jack.     

Karena merasa tak nyaman Jack lalu meraih kedua pundak Marissa dan mendorongnya menjauh dari tubuhnya, ia tak mau kalau parfum Marissa menempel di tubuhnya. Jack tak mau jika hal itu terjadi, maka dari itu ia langsung bertindak cepat.     

Dengan tatapan tajam Jack berkata, "Jangan lakukan itu lagi, aku tak suka ada wanita yang sembarangan memelukku."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.