I'LL Teach You Marianne

Ketulusan hati



Ketulusan hati

0Karena udara semakin dingin dan salju pun mulai turun Linda dan Paul memutuskan untuk tetap berada di apartemen Anne sampai sore hari,mereka memutuskan untuk tetap berada di apartemen Anne karena banyak angkutan umum yang mulai tidak beroperasi karena perubahan cuaca yang sangat ekstrem. Anne sebenarnya memperbolehkan Linda untuk membawa mobilnya pulang ke apartemen namun Linda menolak, ia bersikeras untuk tetap ada di apartemen karena khawatir pada kondisi Anne. Apalagi saat ini ia sedang datang bulan, kalaupun pulang ke apartemennya akan percuma karena ia tak bisa bercinta dengan Paul.      
0

Plakk     

Anne melayangkan pukulan pada pundak Linda. "Jaga bicaramu Linda,"ucap Anne kesal, ia benar-benar tak menyangka Linda akan sevulgar itu.     

"Lho kenapa memangnya? Aku serius Anne. Aku sedang datang bulan, jadi kalaupun misalnya aku pulang ke apartemen percuma karena aku dan Paul tidak bisa melakukan olahraga kesukaan kami,"sahut Linda pelan tanpa rasa bersalah.      

Anne menggelengkan kepalanya perlahan melihat tingkah Linda, Linda pun masuk ke dalam kamar mandi setelah meminta pembalut pada Anne. Anne yang baru saja turun ke lantai satu tersenyum saat melihat Paul sudah merapikan tempat tidur untuknya di bawah jendela, malam ini Linda akan tidur bersamanya di lantai dua dan Paul akan tidur di lantai satu.      

"Apa semua cukup Paul?" Anne bertanya pelan pada Paul yang baru saja menata tempat tidurnya, beruntung Anne memiliki cadangan kasur lantai yang ia simpan dengan baik di lemari.      

Paul yang sedang fokus merapikan kasur lantai langsung mengangkat wajahnya dan tersenyum ke arah Anne."Semua ini lebih dari cukup nona, dulu saat masih hidup dijalan aku akan meringkuk di bawah gorong-gorong jika musim dingin seperti ini."      

"Gorong-gorong? Memangnya ada manusia yang benar-benar hidup ditempat seperti itu?"tanya Anne tak percaya, ia kira manusia yang hidup di gorong-gorong hanya ada di film saja.      

"Ada nona, bagi kami para tunawisma gorong-gorong adalah rumah terbaik. Kami bisa tidur dan beristirahat dari sengatan matahari serta dinginnya salju di sana, namun kami akan terusir dari tempat itu saat musim hujan datang. Karena biasanya gorong-gorong akan penuh dengan air nona,"jawab Paul pelan mengingat masa kelamnya yang sudah berakhir sejak tiga bulan yang lalu saat ia bekerja pada Anne ditoko bunga.     

Mendengar perkataan Paul membuat Anne benar-benar mensyukuri hidupnya, meskipun ia sangat miskin dan sering berpindah tempat tinggal dulu saat tinggal di Jerman ia tak sampai tinggal di gorong-gorong. Anne memegang dadanya tanpa sadar, ia bersyukur dalam hati dan berterima kasih pada Tuhan atas semua nikmat yang didapatkan selama ini.      

Melihat Anne terdiam membuat Paul juga ikut terdiam, ia merasa tak enak telah bicara seperti itu pada Anne."Apa anda menyesal telah mempekerjakan aku nona?"Paul bertanya lirih pada Anne dengan hati-hati.     

Anne mengibaskan tangannya dengan cepat, "Tidak, tentu saja tidak. Kau ini ada-ada saja, yang penting bagiku kau jujur dan mau bekerja keras Paul. Bekerja di toko bunga membutuhkan tenaga dan kesabaran juga, jadi aku harap kau bisa bertahan dengan itu. Dan yang paling penting untukku adalah kau tak menyakiti Linda, dia satu-satunya teman baikku Paul. Meskipun kadang-kadang ia menyebalkan tapi percayalah Linda adalah gadis yang baik, jadi aku harap kau tak pernah mengecewakannya. Karena jika kau menyakiti Linda sama saja kau menyakiti aku,"jawab Anne dengan cepat.      

"Aku mengerti nona, aku tak mungkin menyakiti Linda. Karena itulah aku menabung, dua pertiga dari gaji yang anda berikan aku simpan di bank dan aku berencana menggunakannya untuk membeli apartemen jika nanti aku dan Linda menikah,"ucap Paul malu-malu.     

"Menikah…"     

"Wooo wooo wooo siapa yang mau menikah? Kalian membahas apa? Sepertinya serius sekali sampai membahas tentang pernikahan seperti itu, memangnya yang mau menikah siapa?" tanya Linda yang baru keluar dari kamar mandi pasca berganti pembalut memotong perkataan Anne dengan cepat.     

Anne dan Paul pun langsung terdiam seketika saat Linda ikut bicara,"Siapa yang membahas tentang pernikahan? Kau salah dengar Linda, jelas-jelas kami sedang membahas soal tempat tidur Paul ini. Aku bertanya padanya apakah tempat tidurnya ini nyaman atau tidak, bukan membahas soal pernikahan. Memangnya apa yang sedang kau pikirkan Linda? Makanya hilangkan kemesuman mu itu Linda." Anne menjawab dengan cepat pertanyaan dari Linda dengan mengalihkan pembahasan ke topik yang lain.      

"Jelas-jelas aku mendengar kalian membahas pernikahan kenapa jadi aku yang disalahkan, lagipula memangnya apa hubungannya pernikahan dengan mesum bukankah itu dua hal yang tidak ada hubungannya Anne?"tanya Linda bingung, ia merasa seperti orang bodoh saat ini.     

Mendengar perkataan Linda membuat Anne langsung memberikan kode pada Paul dengan kedipan mata, Paul yang bisa membaca kode dari Anne langsung bertindak cepat. "Iya Linda, tak ada yang membahas soal pernikahan. Aku dan nona justru membahas tentang  tempat tidurku ini, nona tak percaya aku pernah tinggal di gorong-gorong Linda,"jawab Paul pelan mencoba untuk membuat Linda tenang, setiap kali ia membahas tentang masa lalunya Linda pasti akan luluh dan tak banyak bicara.     

Dan benar saja, setelah mendengar Paul wajah Linda berubah seketika. Ia terlihat sangat sedih dengan saat Paul menyinggung soal masa lalunya, pasalnya Linda sudah diceritakan semua oleh Paul tentang kehidupannya selama hampir sepuluh tahun tinggal di jalanan pasca melarikan diri dari para penjahat yang akan menjual organ dalamnya di pasar gelap.      

"Jangan pecat Paul, kalau kau berani memecatnya aku akan marah padamu Anne,"ucap Linda ketus sambil menatap tajam ke arah Anne.      

"Pecat? Siapa yang mau memecat siapa Linda?"Anne bertanya pelan pada Linda yang terlihat sedang sangat serius itu.      

Bukannya menjawab pertanyaan Anne, Linda justru meneteskan air mata. Diingatkan soal masa lalu Paul membuatnya lemah dan tanpa sadar Linda meneteskan air matanya secara tiba-tiba di hadapan Anne. Melihat Linda menangis membuat Anne bingung, dengan cepat ia lalu meraih tubuh Linda dan memeluknya erat. Anne tau Linda sedang sensitif karena sedang datang bulan, mood seorang wanita yang sedang datang bulan benar-benar tak bisa ditebak. Karena itulah ia langsung bertindak cepat.      

"Ayo naik ke atas, biarkan Paul istirahat. Kau juga harus istirahat, aku pun juga sudah lelah,"bisik Anne lembut saat sedang merengkuh Linda.      

Linda yang benar-benar sedih hanya bisa mengangguk kepalanya sebagai tanda ia menyetujui ajakan Anne untuk segera tidur, Anne pun lalu mengajak Linda naik ke lantai dua. Anne mengedipkan satu matanya kembali ke arah Paul dan dibalas dengan sebuah anggukan kecil dari Paul, Paul sepertinya mengerti dengan isyarat dari Anne. Setelah Anne dan Linda naik ke lantai dua menuju kamar tidur, Paul lalu mematikan lampu lantai satu. Ia tak terbiasa tidur dengan lampu yang masih menyala sama seperti Linda, karena itulah mereka cocok satu sama lain.     

"Minumlah dulu, kau ini kenapa tiba-tiba menangis. Dasar cengeng,"ucap Anne pelan sembari memberikan botol minumannya pada Linda.     

Tanpa bicara Linda menerima botol minum yang diberikan oleh Anne, ia langsung menenggak setengah isi dari botol itu dalam hitungan detik seolah baru saja berlari maraton dan sangat kehausan.     

"Terima kasih Anne."     

"Its ok, ya sudah ayo tidur. Hari sudah semakin dingin Linda, aku tak mau sakit,"jawab Anne dengan cepat sambil merebahkan tubuhnya diatas ranjang empuknya.     

Melihat Anne sudah berbaring Linda pun menyusulnya, ia ikut merebahkan tubuhnya tepat disamping Anne.      

"Anne."     

Anne yang sudah menutup kedua matanya bertanya pada Linda,"Apalagi Linda? Kau butuh sesuatu?"     

"Terima kasih sudah menerima Paul, aku benar-benar sangat bersyukur bisa bertemu dengannya. Dan ini semua karenamu oleh karena itu aku ingin mengucapkan banyak terima kasih padamu Anne." Linda menjawab lirih sambil menatap Anne yang sudah memejamkan kedua matanya.      

Perlahan kedua mata Anne terbuka kembali, ia tersenyum kepada Linda yang berada tepat di depan wajahnya. "Jangan berterima kasih padaku, berterima kasih lah pada Tuhan. Karena percayalah semua ini terjadi karena campur tangan-Nya, ya sudah ayo tidur. Aku lelah Linda, besok pagi pasti akan melelahkan untuk kita. Jadi lebih baik kita tidur cepat hoam," Anne menyudahi pembicaraannya dengan menutup mulutnya dengan tangan karena menguap, Anne lalu memejamkan kedua matanya kembali.     

Melihat Anne memejamkan kedua matanya kembali membuat Linda tersenyum,"Kau memang berhati luar biasa Anne, aku bersyukur bisa menjadi temanmu. Tuhan pasti akan membalas semua kebaikanmu ini Anne, aku yakin itu." Perlahan suara Linda tak terdengar lagi, ia pun akhirnya ikut menyusul Anne berlayar di alam buaian.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.