I'LL Teach You Marianne

Harta, Tahta, Wanita



Harta, Tahta, Wanita

0Hoop Lane Cemetery     
0

Mobil yang dikendarai Daniel akhirnya tiba di salah satu area pemakaman yang cukup tua di London, dengan hati-hati Anne melangkahkan kakinya di jalan setapak yang kini mulai di tutupi salju mengikuti langkah Aaron yang sudah berjalan terlebih dulu didepan. Beruntung ada Daniel yang bisa Anne jadikan teman, kalau tidak mungkin ia sudah lari dan keluar dari area makam itu.     

"Tenang nona, hari masih siang. Anda tak perlu takut." Daniel berbisik lirih pada Anne yang berjalan disampingnya.     

"A-aku tidak takut, aku hanya merasa tidak nyaman saja,"jawab Anne singkat, kedua matanya menatap barisan makam tua yang ada disamping kiri dan kanannya tanpa berkedip. Banyaknya nisan yang sudah mulai rusak membuat kesan menyeramkan sangat terasa, apalagi ditambah patung-patung yang mulai dipenuhi salju.     

Melihat cara Anne menatap keadaan sekitar membuat Daniel tiba-tiba terpintas sebuah ide jahil, ia ingin menggoda Anne. Saat Anne melangkahkan kakinya lebih cepat untuk mengikuti Aaron yang semakin jauh didepannya Anne akhirnya menyadari kalau ia sedang berjalan sendiri, Daniel yang tadi berjalan disampingnya tiba-tiba tak terlihat lagi. Seketika wajah Anne pun memucat, sejak kecil Anne selalu takut pada pemakaman. Karena pemakaman membuatnya harus berpisah dengan kedua orang tuanya dan sejak itu Anne tak pernah menginjakkan kakinya di pemakanan lagi sampai akhirnya hari ini ia terpaksa harus ke tempat yang paling ia takuti itu karena paksaan Aaron.     

"Daniel, kau dimana?"     

"Jangan bergurau Daniel, aku takut."     

"Daniel, aku takut. Jangan begini hiks..."     

Air mata Anne mengalir deras membasahi wajahnya, ketakutan Anne tak dibuat-buat. Ia benar-benar takut, ingatan terakhirnya saat melihat peti mati kedua orang tuanya kembali terlintas jelas dalam ingatan Anne.     

Brukk     

Anne akhirnya jatuh bersimpuh di jalan setapak yang sudah dilalui Aaron sebelumnya, kedua tangannya ia gunakan untuk menutupi wajahnya yang sudah memerah. Dari tempat persembunyiannya Daniel terkejut saat melihat Anne duduk bersimpuh di jalanan yang dipenuhi salju, tanpa pikir panjang ia pun membatalkan niatnya untuk mengejutkan Anne. Daniel langsung berjalan dengan cepat mendatangi Anne.     

"Nona...nona Anne, anda kenapa?"tanya Daniel pelan.     

Mendengar suara Daniel membuat Anne mengangkat wajahnya dan menatap Daniel yang sedang berlutut di dekatnya. "K-kau jahat Daniel, kau meninggalkan aku sendiri hikss..aku takut Daniel."Anne terisak lirih sambil menatap Daniel.     

Deg     

"A-anda menangis? Maksudnya anda benar-benar menangis nona?"Daniel bicara tergagap penuh kekagetan saat melihat wajah Anne yang sudah dibanjiri air mata.     

"Daniel kau jahat hikss..."     

Menyadari Anne benar-benar membuat Daniel panik, dengan cepat ia mencoba merayu Anne agar menyudahi tangisannya. "Aduh jangan menangis nona, aku bisa dibunuh tuan Aaron kalau dia tahu anda menangis. Ayo bangun nona, jangan duduk di salju. Dingin nona."     

"Kau jahat Daniel, kau meninggalkan aku sendirian. Aku takut,"ucap Anne lirih sambil menyeka wajahnya perlahan.     

"Maaf nona, sa-saya tadi menerima telepon sebentar makanya saya menjauh dari anda,"jawab Daniel berbohong.     

"Benarkah? Ya sudah kalau begitu ayo pulang, aku tak mau ada di makam. Tempat ini menyeramkan." Anne bicara lirih sambil mencengkram lengan Daniel dengan kuat.     

"Ini masih siang nona, lagipula ada tuan Aaron dan saya disini. Jadi anda tak perlu takut."     

Anne menundukkan wajahnya melihat ke arah kaki Daniel, ia ingin memastikan kalau Daniel yang ada disebelahnya benar-benar manusia dan bukan hantu. Setelah melihat kaki Daniel juga menapak si jalanan setapak itu Anne merasa lega.     

"Kenapa Aaron mengajakku ke tempat seperti ini?"     

Daniel tersenyum mendengar pertanyaan dari Anne, ia kemudian melepaskan cengkraman tangan Anne di lengan bajunya dengan perlahan. "Jangan begini nona, kalau tuan melihatnya saya bisa digorok,"ujarnya lirih.     

"Aku tak mau kau tinggal lagi, makanya aku memegangi bajumu,"jawab Anne dengan cepat.     

��Iya maaf nona, saya tak akan mengulanginya lagi. Ya sudah kalau begitu ayo kita teruskan perjalanan kita, saya khawatir Tuan akan marah jika kita tak kunjung sampai,"ucap Daniel sopan.     

"Memangnya apa yang akan kita lakukan disini? Kenapa Aaron harus mengajakku kesini Daniel? Banyak tempat yang bisa kita datangi dan lebih nyaman untuk berbicara, bukan pemakaman seperti ini,"protes Anne dengan kesal.     

"Nanti anda akan tahu nona, ya sudah ayo kita susul Tuan Aaron." Daniel merapatkan jaketnya dan mengulurkan tangannya kedepan mempersilahkan Anne untuk jalan terlebih dahulu, namun karena Anne tak mau kejadian sebelumnya terulang lagi. Ia memilih untuk berjalan dibelakang Daniel sambil mencengkram jaket Daniel dengan kuat menuju ke tempat Aaron berada yang menurut Daniel sudah tak jauh lagi dari tempat mereka berjalan saat ini.     

Dan apa yang dikatakan Daniel benar, setelah dua menit berjalan sosok Aaron terlihat sedang berdiri mematung didepan dua nisan yang cukup terawat dan terletak di komplek makam yang terlihat masih baru.     

"Inii.."     

"Makam kedua orang tua Tuan muda." Daniel berbisik lirih pada Anne.     

Anne merapatkan bibirnya mendengar perkataan Daniel. Anne makin tak mengerti kenapa ia diajak ke makam kedua orang Aaron disiang hari yang sedang turun salju seperti ini, padahal sebelumnya Aaron mengatakan ingin memberitahukan alasannya tak menyukai janda seperti yang dikatakan oleh Aaron sebelumnya.     

"Mommyku meninggal dua belas tahun yang lalu karena sakit, penyebabnya karena ia mengalami depresi. Padahal sebelumnya kehidupan keluarga kami baik-baik saja dan penuh kehangatan sampai akhirnya seorang wanita muda gila harta masuk dan menjadi duri dalam rumah tangga mommy dan daddyku, dia dengan sengaja menggoda daddy secara terang-terangan dikantor.."     

"Di kantor? Apa maksudnya Aaron?"Anne bertanya dengan cepat pada Aaron, ia tak bisa menahan diri untuk tak bertanya.     

"Iya dikantor, wanita itu adalah sekertaris baru Daddy. Dia baru bekerja satu minggu saat itu, dia berani menggoda Daddyku tanpa takut pada Mommy. Karena waktu itu aku sedang sibuk dengan sekolahku yang sedang ujian aku tak begitu memperhatikan apa yang terjadi dengan kedua orang tuaku, sampai akhirnya suatu malam aku mendengar Mommy menangis. Sejak saat itu aku berusaha mencari tahu apa yang terjadi pada Mommy dan Daddy dan ketika aku tahu apa yang menyebabkan Mommy menangis aku menjadi sangat membenci Daddyku, ternyata Daddy sudah berselingkuh dengan sekertaris pribadinya yang seorang janda itu. Mommyku memaafkan kesalah Daddy dengan lapang dada, namun siapa yang menyangka kalau ia ternyata menyimpan sakit hatinya sendiri. Jadi meskipun akhirnya Daddy menyadari kesalahannya dan meminta maaf pada Mommy namun tetap saja Mommy belum memaafkan Daddy sepenuhnya. Sehingga hal itu berakibat fatal, Mommy menjadi lebih murung dan penyendiri. Ia yang sudah terluka karena Daddy berubah total, sampai akhirnya suatu malam aku menemukan Mommy sudah tak bernyawa diatas ranjangnya dengan luka sayatan di tangannya. Mommyku memilih bunuh diri Anne, ia memilih mengakhiri hidupnya dan membawa semua luka didalam hatinya. Namun karena Daddy adalah penguasaha terkenal ia tak mungkin mempublikasikan penyebab sebenarnya istrinya meninggal, Daddy memilih menunjuk pengacara dan dokter pribadinya untuk membantunya mengumumkan penyebab palsu kematian Mommyku. Dia tak sanggup menghadapi dengan jantan buah hasil kesalahannya dan meminta bantuan orang lain untuk menghadapi semuanya, aku yang marah besar saat itu menyalahkan Daddy atas kematian Mommy hampir setiap hari ketika kau pulang kuliah. Aku mengutuk kesalahannya yang sudah berselingkuh dengan janda, sampai akhirnya tiga tahun setelah Mommy meninggal Daddy pun menyusulnya dengan penuh rasa bersalah. Keluargaku di hancurkan oleh seorang janda Anne, karena itulah aku sangat membenci janda." Aaron bicara panjang lebar menceritakan alasannya secara detail kenapa ia membenci janda pada Anne.     

"Aaron...aku..."     

"Aku mohon Anne, jangan katakan lagi kalimat itu. Kalau kau memang belum sanggup menerimaku aku tak apa Anne, aku akan baik-baik saja dan menerimanya dengan lapang dada. Aku akan terus berusaha lebih baik lagi untuk memenangkan hatimu, aku mohon jangan katakan lagi kalimat tak masuk akal seperti kemarin untuk menolakku Anne,"pinta Aaron lirih dengan cepat memotong perkataan Anne.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.