I'LL Teach You Marianne

Gunjingan dikantor



Gunjingan dikantor

0Anne yang masih belum percaya ruang kerjanya sangat indah dan cantik terlihat sudah duduk di meja kerjanya, Leon berkali-kali mengatakan kalau apa yang Anne dapatkan ini adalah sebuah hal yang wajar karena ia adalah kepada bagian visual fashion.      
0

"Semoga kau suka dengan ruangan kerjamu nona Marianne…"     

"Anne, panggil aku Anne. Tanpa embel-embel nona ataupun dengan nama panjangku."Anne memotong dengan cepat perkataan Leon, ia merasa risih dipanggil dengan sebutan nona oleh Leon.     

"Baik-baik, aku panggil Anne. Ya sudah kalau begitu selamat bekerja dan jangan sungkan jika membutuhkan sesuatu langsung bicara saja,"jawab Leon sambil tersenyum.     

"Siap Tuan, saya mengerti."     

Leon tersenyum mendengar perkataan Anne, karena pagi ini ia ada meeting mingguan dengan para manajer yang terlibat dalam proyek besarnya ini Leon akhirnya meninggalkan Anne. Ia pergi menuju ruang kerjanya yang berada tak jauh dari ruangan Anne, saat Leon pergi beberapa orang karyawan saling berbisik. Mereka kira ruangan yang dihias dengan bagus itu adalah untuk sang sekertaris baru seperti gosip yang beredar, ternyata ruangan itu dibuat untuk seorang mahasiswa magang. Hal ini membuat kecemburuan terjadi diantara para karyawan, mereka menilai ruangan baru Anne terlalu berlebihan jika hanya untuk seorang pegawai magang.      

Anne yang baru membuat account Skype sebagai sarana komunikasi semua staf di kantor merasa hawa dingin yang kuat dari arah depan ruangannya, ia mempunyai firasat jelek akan fasilitas yang ia terima ini. Namun karena Anne memiliki tujuan lain yang lebih besar akhirnya ia berusaha menghilangkan segala pikiran jeleknya itu dan memilih untuk berkonsentrasi bekerja saja.     

Prok     

Prok     

Prok     

"Hebat ya, anak magang sudah dapat fasilitas semewah ini."     

"Iya kau benar, hanya seseorang yang punya koneksi hebat sajalah yang bisa mendapatkan fasilitas semewah ini untuk ukuran pekerja magang."     

"Kalian jangan heran, kita hidup bukan di jaman prasejarah. Bukan rahasia umum lagi kalau hal-hal semacam itu banyak terjadi saat ini, banyak gadis cantik yang rela melakukan apa saja diluar sana demi bisa mendapatkan apa yang dimau. Termasuk mendekati CEO tampan kaya raya yang sudah memiliki istri sekalipun."     

"Oh iya kau benar hahaha, ya sudah lah ayo kita bekerja. Kita harus bekerja dengan penuh semangat kawan-kawan, jalan kita masih panjang untuk bisa mendapat fasilitas semewah ini."     

Anne yang duduk di mejanya bisa mendengar dengan sangat jelas sindiran-sindiran halus dari para seniornya yang iri dengan fasilitas yang ia dapatkan, sebenarnya Anne sudah menduga akan mendapatkan masalah seperti ini. Namun ia tak menyangka akan secepat ini mendapat serangan dari mereka.      

"Huff sabar Anne, kau pasti bisa." Anne bicara sendiri mencoba memberikan semangat pada dirinya sendiri, ia laku kembali melanjutkan pekerjaannya.     

Tring     

Sebuah notifikasi masuk di Skype yang baru saja Anne buat, tanpa menunggu lama ia langsung membuka pesan masuk ini dan terkejut saat melihat nama Leonardo Ganke muncul menjadi orang pertama yang meminta pertemanan di aplikasi chat itu.     

"Hi Anne, ini aku. Semangat bekerja, aku tahu kau pasti bisa memegang posisi ini. Kau adalah mahasiswa pilihan dari profesor Gilbert aku percaya profesor Gilbert tak sembarangan merekomendasikan mahasiswanya untuk bisa bekerja di kantorku, karena itu aku sangat yakin kau bisa melakukan ini semua. Saat ini aku sedang ada meeting bersama Edward dan yang lain, aku baru saja mengirimkan sebuah file padamu. Dalam file itu ada beberapa rekomendasi contoh gambar yang bisa kau ambil untuk proyek ini, kalau pilihanmu sudah selesai tolong datang ke kantorku dan kita bicarakan secara langsung."     

Anne membaca kata demi kata yang baru saja Leon kirimkan kepadanya.     

"Aku tak tanya kau sedang apa saat ini Leon, jadi tak usah kau memberitahuku apa yang kau lakukan saat ini."Anne mendengus kesal setelah selesai membaca pesan yang dikirimkan Leon itu.      

Karena tak mau menunda pekerjaan Anne lalu membuka email yang disebut Leon, setelah file dari Leon terbuka Anne lalu mulai bekerja. Ia memilah-milah gambar yang ada di layar laptopnya dengan serius, Anne sudah tahu film animasi yang sedang dikerjakan ini mengangkat tema tentang perjuangan hidup seorang anak yang hidup di daerah miskin di sebuah negara maju. Oleh karena itu Anne harus benar-benar cermat memilih gambar yang akan ia ambil, Anne tak boleh salah dalam pemilihan kostum. Karena jika itu terjadi maka akan merusak kualitas film itu sendiri, apalagi film ini akan dipasarkan ke seluruh dunia. Sebuah beban yang tak ringan kini berada di pundak Anne.      

"Baiklah, semua lagu yang akan kita masukkan dalam film ini akan dipilih oleh tuan Edward Cole selaku music director dalam proyek baru ini. Jadi aku harap kalian semua bekerja sama dengan baik demi kelancaran film ini, ingat aku Leonardo Ganke adalah orang yang tak suka mendengar sebuah kegagalan sekecil apapun. Jadi pastikan kalian mengerjakan ini dengan sebaik-baiknya, aku ingin film baru ini sesukses film-film lainnya yang sudah aku terbitkan di Jerman. Apa kalian semua mengerti?"tanya Leon dengan suara cukup keras saat akan menyudahi meeting yang sudah berlangsung tiga jam itu.     

"Paham Tuan,"jawab sekitar lima belas orang yang ada di ruangan meeting dengan kompak.     

Leon tersenyum mendengar jawaban semua karyawannya."Bagus, kalau begitu kita sudahi meeting ini. Dan Edward ikut ke ruanganku."     

"Baik Tuan,"jawab Edward dengan cepat.      

Setelah mengakhiri meetingnya Leon kemudian keluar dari ruangan meeting bersama Edward, segera setelah Edward dan sang bos para karyawan wanita yang ikut meeting menjerit kecil. Mereka tak menyangka music director yang baru sangat tampan, Edward Cole sudah berhasil menebarkan pesonanya di kantor meskipun ini adalah hari pertamanya bekerja.     

Saat Edward berjalan dibelakang Leon menuju ruangan Leon, beberapa karyawan nampak saling bisik. Mereka menunjuk ke arah Edward yang sedang melintas didepan mata, wajah tampan Edward sungguh sudah menghipnotis para pekerja wanita yang tadi menggosipkan Anne.     

"Aku dengar dia juga seorang pekerja magang dari university of the art London yang direkrut langsung oleh Tuan Leon, sama seperti manager visual fashion kita yang baru itu,"ucap seorang gadis berambut blonde mengomentari Edward yang baru saja masuk ke dalam ruangan Leon.     

"Benarkah? Dia juga seorang pekerja magang?"tanya seorang wanita lainnya yang memakai kacamata, ia tak percaya kalau Edward ternyata masih seorang mahasiswa yang artinya usianya masih sangat muda untuk dirinya yang sudah kepala dua.      

"Iya, itu yang aku dengar dari mana prisil HRD manager kita. Tadi saat aku mengambil minum ia sedang berbicara dengan beberapa staf lainnya dan mengatakan kalau ada dua pekerja magang yang baru di kantor kita, seorang laki-laki dan seorang perempuan dan mereka berdua sama-sama seorang mahasiswa pilihan dari kampus seni terbaik yang ada di London. Jadi tak heran sih kalau mereka sekarang direkrut oleh Tuan Leon dan mengisi posisi penting di kantor kita, karena yang aku dengar prestasi mereka di kampus sangat luar biasa,"jawab sang gadis berambut blonde kembali.     

"Akh sebagus apa prestasinya? Kalau dia tak memiliki koneksi orang dalam pasti tak akan bisa masuk kantor ini, apalagi seperti perempuan itu yang mendapatkan ruangan pribadi. Coba lihat kita? Kita adalah pekerja yang lebih lama dari dia, tapi lihat kita tak dapat fasilitas semewah itu kan,"celetuk seorang wanita yang sebelumnya menyindir Anne dengan suara yang cukup keras dan mampu terdengar ke dalam ruangan Anne yang tak ditutup pintunya.      

Anne yang sedang menggunakan earphone wireless tak mendengar keributan yang ada di depan ruangannya, ia masih fokus mengerjakan tugas pertamanya dari Leon. Bahkan pesan masuk dari Jack sejak tadi pun tak Anne pedulikan, yang ada dalam pikirannya saat ini adalah ingin menyelesaikan tugasnya supaya tak berkomunikasi lagi dengan Leon.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.