I'LL Teach You Marianne

Komitmen



Komitmen

0Karena jam kerjanya hampir habis Anne lalu mulai merapikan barang-barangnya, ia tak mau berada lebih lama di kantor Leon. Apalagi sudah sejak tiga puluh menit yang lalu Jack menerornya, mengirim pesan memintanya untuk segera turun.      
0

Begitu waktu menunjukkan pukul empat sore Anne langsung bergegas meraih tasnya dan berjalan keluar dari ruangannya menuju ke toilet, ia ingin buang air kecil terlebih dahulu sebelum pulang sekaligus membersihkan wajahnya dari minyak. Saat Anne ada di dalam toilet dan mencari pembersih wajahnya tiba-tiba ia mendengar suara seorang perempuan yang sangat tidak asing baginya.      

"Leon benar-benar cari masalah denganku beraninya ia menonaktifkan semua kartu kreditku."Steffi mengumpat Leon, mengutuk suaminya penuh amarah. Ia benar-benar kesal pada suaminya yang membuat dirinya tak berhasil membeli cincin cantik yang berhiaskan batu safir jenis padparadscha sapphire.      

Dengan penuh emosi Steffi meraih alat make-upnya dari dalam tas, meskipun sedang marah pada Leon tapi ia tak mau terlihat jelek di depan suaminya itu. Maka dari itu kembali memastikan riasan di wajahnya tidak rusak, setelah yakin dengan penampilannya Steffi lalu menyemprotkan parfum ke tubuhnya yang aromanya sangat menyengat hidung itu.      

"Dengan penampilanku yang seperti ini aku yakin Leon akan tunduk lagi padaku, dia tak akan mungkin bisa tahan melihat keseksian tubuhku ini,"gumam Steffi penuh percaya diri.      

Tak lama kemudian langkah kaki Steffi pun menjauh dari wastafel meninggalkan Anne yang masih berada di dalam bilik toilet, saat Anne keluar dan berjalan ke arah kaca yang dipakai oleh Steffi untuk merapikan make up nya Anne masih bisa mencium aroma parfum mantan sahabatnya itu yang sangat membuat mual.      

"Kau belum berubah Steffi, pilihan parfummu masih membuat mual,"ucap Anne lirih sambil menutup hidungnya menggunakan tisu saat meninggalkan tempat itu menuju lift yang akan membawanya menuju parkir bawah tanah dimana Jack sudah menunggunya hampir tiga jam.     

Begitu keluar dari lift senyum Anne mengembang saat melihat Jack sudah bersiap menunggunya di depan lift.      

"Masuk, aku benar-benar hampir beku ada disini,"ucap Jack dingin tanpa menoleh ke arah Anne, ia terlihat sedikit kesal pada Anne yang dianggap berlama-lama di kantor leon.     

Dengan sebuah senyuman Anne masuk ke dalam mobil Jack yang pintunya sudah dibuka oleh Jack itu, begitu Anne duduk didalam mobil Jack langsung memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi meninggalkan area kantor Ganke Inc Production menuju jalan raya. Ia berniat mengajak Anne makan malam di sebuah tempat yang sudah ia pesan sebelumnya.      

"Kau belum makan kan? Kita cari tempat makan dulu ya." Dengan lembut Anne bicara memecah keheningan di dalam mobil.     

"Ini kita sedang dalam perjalanan ke tempat makan,"jawab Jack datar.     

"Benarkah? Kita ke restoran ayam goreng ya Jack, aku ingin makan…"     

"Aku sudah menentukan tempat, jadi kau tak berhak meminta untuk mengganti tempat yang aku pesan,"sahut Jack dengan cepat memotong perkataan Anne.     

Karena tak mau mencari keributan Anne akhirnya pasrah, ia membiarkan Jack membawanya pergi ke tempat yang sudah ia sebutkan sebelumnya. Anne kini memilih menyibukkan diri membalas pesan Linda yang mengabarkan kalau ia sudah sampai di rumahnya dengan selamat dua jam yang lalu, Linda juga mengirimkan foto orang tuanya yang sedang berbincang dengan Paul. Melihat foto yang dikirimkan oleh Linda membuat Anne tersenyum, ia senang karena hubungan percintaan Linda dengan Paul sepertinya akan berjalan dengan lancar tanpa ada halangan apapun.      

"Aku ikut bahagia untukmu Linda, sampaikan salamku pada keluargamu disana." Anne menulis pesan terakhirnya dengan mata berkaca-kaca penuh haru.      

Jack yang sejak tadi berkonsentrasi membawa mobil sempat melirik ke arah Anne yang terlibat menyeka air matanya secara sembunyi-sembunyi, Anne melakukan itu karena tak mau Jack marah. Pasalnya ia tahu sekali kalau Jack sangat tidak suka melihatnya menangis.     

"Kalau kau masih menangis maka jangan salahkan aku kalau akan memaksamu pergi ke kantor catatan sipil sesaat lagi untuk menikah,"ucap Jack tiba-tiba mengagetkan Anne yang sedang menyeka hidungnya menggunakan tissue.     

"Jangan gila Jack!!!"pekik Anne dengan keras.     

"Makanya jangan menangis, kau ini kenapa harus sedikit-sedikit menangis. Kau wanita dewasa Anne, kau harusnya bisa menjaga emosimu dengan baik,"sahut Jack ketus.     

Karena tak ingin Jack salah paham kepada dirinya, Anne kemudian menjelaskan penyebab dirinya meneteskan air mata. Saat Anne bercerita Jack sama sekali tak berbicara, ia bahkan tak menolehkan wajahnya sedikitpun ke arah Anne. Yang ia lakukan hanyalah fokus ke arah jalanan yang saat ini sudah mulai ditimbun oleh salju yang mulai tinggi.      

"Aku ikut bahagia untuk mereka Jack, setidaknya saat ini Linda sudah mendapatkan restu dari kedua orangtuanya. Sehingga jika ada hal-hal yang diluar batas terjadi, maka orang tua Linda sudah tahu siapa orang yang harus dimintai pertanggungjawaban,"ucap Anne pelan mengakhiri ceritanya.      

"Hamil maksudmu?"     

Blush      

Wajah Anne langsung memerah saat Jack menyinggung soal kehamilan, ia langsung mengalihkan pandangannya ke jendela dan tak merespon perkataan Jack.     

Melihat sikap Anne yang berubah drastis membuat Jack tersenyum, tiba-tiba ia mempunyai sebuah ide untuk menggoda Anne. "Kalau sampai Linda hamil bukankah itu bagus ya, setidaknya dengan hamilnya Linda mereka akan segera melangsungkan pernikahan jadi mereka tak perlu tinggal bersama tanpa ikatan seperti saat ini bukan?"ucapnya pelan sambil tersenyum.     

"Ha-hamil? Kenapa juga Linda harus hamil? Linda bilang belum mau menikah Jack, cita-citanya sebagai seorang desainer baju terkenal belum tercapai. Jadi mana mungkin Linda akan menikah." Anne menyahut dengan tergagap perkataan Jack.     

Jack tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Anne, ia benar-benar tak habis pikir dengan pola pikir Anne yang tak bisa mengikuti perkembangan jaman. Setelah berhasil menguasai dirinya Jack kemudian mulai bicara panjang lebar, bahwa konsekuensi terbesar dari pasangan yang memutuskan hidup bersama adalah terjadinya kehamilan. Dan hal seperti itu merupakan hal yang sangat wajar sekali dewasa ini, saat Jack berbicara Anne mengunci rapat bibirnya. Selama ini ia tak pernah berpikir kesana, Anne selalu berpikir positif pada Linda dan Paul m meskipun tahu mereka adalah orang dewasa namun Anne yakin Linda dan Paul tak akan melakukan sex before marriage.      

"Tapi Linda ingin menjadi seorang designer, tak mungkin ia mengorbankan mimpinya hanya karena sebuah kesalahan seperti itu. Aku yakin Linda pasti bisa menjaga dirinya dengan baik Jack, aku tahu Linda seperti apa. Ya meskipun dia agak vulgar namun aku yakin Linda tak akan melakukan hubungan sex sebelum menikah, kami pernah membahas hal ini sebelumnya,"ucap Anne lirih.      

"Kau harus pakai logikamu Anne, mungkin Linda bisa menjaga dirinya selama beberapa minggu pertama saat mereka tinggal bersama. Namun saat mereka sudah tinggal bersama selama berbulan-bulan aku tak yakin akan hal itu, apalagi mereka berdua adalah sepasang kekasih yang saling mencintai yang sudah sama-sama dewasa dan tahu konsekuensi atas semua tindakannya akan seperti apa. Jadi jangan terlalu picik seperti itu Anne, terbukalah untuk hal-hal semacam ini. Kita hidup di jaman modern Anne, bukan jaman kerajaan yang mengharuskan sepasang kekasih menikah terlebih dahulu jika akan hidup bersama,"sahut Jack dengan cepat.     

"Iya tapi Linda mengatakan padaku kalau dia adalah pemegang aliran no sex before marriage Jack…"     

"Lalu bagaimana denganmu? Bukankah kau dulu sudah pernah menikah dengan Leon? Apa setelah ini kau akan tetap memegang teguh komitmen no sex before marriage walaupun kau sudah berstatus single lagi?"Jack memotong perkataan Anne dengan cepat.     

"I've never done that, so am i…"     

"What?! Are you virgin Anne?"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.