I'LL Teach You Marianne

First touch



First touch

0Hari berlalu sangat cepat bagi Jack selama Anne tinggal di rumahnya, ini adalah hari ketiga Anne tinggal bersamanya dan Anne memutuskan untuk kembali ke apartemennya karena merasa kakinya sudah jauh lebih baik. Dokter Pierre pun mengatakan kalau kaki Anne sembuh dengan cepat karena ia mengikuti semua petunjuknya dengan baik, meskipun Jack ingin Anne tinggal lebih lama dengannya namun ia tak bisa melakukan itu karena Anne tetap bersikeras kembali ke apartemennya.      
0

"Yakin sudah bisa berjalan dengan baik Anne?"     

"Apakah tidak ada rasa sakit sedikitpun?"     

"Jangan bohongi aku Anne, aku bisa mendeteksi kebohongan meskipun kecil kelereng."     

"Kau yakin mau pulang? Lalu jika kau pulang siapa yang akan membantumu?"     

"Apa perlu aku memberikan satu pelayan padamu?"     

Berbagai pertanyaan keluar dari bibir Jack, saat ia melihat Anne sedang merapikan pakaiannya ke dalam koper pasca mendapatkan pemeriksaan terakhir dari dokter Pierre yang menyatakan kalau ia benar-benar sudah dapat menggunakan kaki kirinya kembali. Anne yang sangat senang mendengar perkataan doktor biar pun memutuskan untuk pulang ke apartemennya sendiri, tinggal di rumah Jack selama tiga hari membuatnya merasa tidak nyaman. Ia benar-benar sudah tidak mau merepotkan Jack lebih banyak lagi, karena itulah Ia memutuskan untuk pulang ke apartemennya. Linda dan Paul yang mengetahui kondisinya pada awalnya sangat panik ketika melihat perban terlilit di kaki Anne, namun saat Anne menjelaskan bahwa ia tidak apa-apa dan hanya butuh istirahat akhirnya Linda berhenti bertanya bagaimana kondisinya.      

"Aku sudah sembuh Jack, bukankah tadi kau juga mendengar sendiri bagaimana dokter Pierre jelaskan kondisi kakiku? Jadi aku harap kau berhenti khawatir padaku Jack, ingat khawatir berlebihan itu tidak baik. Aku adalah seorang wanita dewasa yang sudah berumur 23 tahun jadi tak perlu sekhawatir itu padaku, aku bisa mengurus diriku sendiri dengan baik. Bukankah kau tahu bagaimana perjalanan hidupku selama ini? Jadi kau tak usah terlalu berlebihan seperti itu Jack, ini hanya sebuah luka kecil yang kebetulan sedikit mengganggu aktivitasku."Anne mencoba menjawab secara ringkas semua pertanyaan Jack yang tadi diajukan kepadanya.      

"Masih empat bulan lagi kau berusia 23 tahun Anne, jangan mencoba memanipulasi umurmu,"sahut Jack dengan cepat.      

"Jack." Anne menyela cepat perkataan Jack, kedua matanya menatap Jack penuh sendu. "Jangan perlakukan aku sebaik ini Jack, aku tak mau terlalu banyak bergantung pada orang lain. Aku tak terbiasa mendapat perhatian seperti ini, lagipula semua pengalamanku dimasa lalu membuatku menjadi pribadi yang tak mau terlalu bergantung pada orang lain. Aku harus menjadi seorang yang mandiri untuk melanjutkan hidupku."     

"Aku bukan orang lain Anne, aku adalah pria yang…"     

Anne menggeser tempat duduknya dan menggunakan telapak tangannya untuk menutup mulut Jack, supaya Jack tak melanjutkan perkataannya lagi.     

"Give me more time, please. I need more time to make a decision, I don't want to have that painful again. You know how sick and hard it is for me to get back on my feet after all that." Anne berucap pelan sambil menatap tajam kedua mata biru langit Jack yang sangat jernih.      

"Berapa lama lagi aku harus menunggu jawaban darimu Anne? Apakah dua tahun ini belum cukup untuk membuatmu yakin padaku?" Jack bertanya tanpa jeda pada Anne yang berdiri dihadapannya.      

Anne menggelengkan kepalanya perlahan menjawab pertanyaan dari Jack yang sebenarnya tak mau ia dengar, karena Anne tau jawabannya pasti akan membuat Jack sakit. Mendapat penolakan adalah hal yang paling mengecewakan bagi seseorang, dan Anne tau itu dengan sangat baik.      

"Aku juga tak tau Jack, yang pasti biarkan semuanya mengalir seperti jalannya. Semua yang dipaksakan tak baik Jack, aku ingin memulai semuanya dari awal tanpa ada paksaan," jawab Anne lembut.     

Jack menipiskan bibirnya mendengar perkataan Anne, dengan perlahan Jack melingkarkan tangannya di kaki Anne yang masih berdiri tepat dihadapannya dan sontak hal itu membuat Anne terkejut.      

"Aku akan menunggu saat itu datang Anne, menunggumu selama dua tahun saja aku sanggup. Jadi menunggu jawaban darimu aku siap menanti dengan sabar,"bisik Jack lirih sambil menyandarkan kepalanya di perut Anne.     

"Jack, jangan begini,"erang Anne risih, ia merasa tak nyaman Jack menempel di tubuhnya.     

Alih-alih mendengarkan perkataan Anne, Jack justru semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh Anne. Ia masih ingin menikmati aroma vanilla dari tubuh Anne, meskipun 3 hari mereka tidur dalam satu kamar yang sama namun Jack tak pernah menyentuh Anne sama sekali. Ia tak mau mencium Anne saat ia sedang tak sadar, Jack ingin melihat Anne menikmati ciumannya. Karena itulah ia hanya bisa menahan semua hasratnya itu dalam penuh siksa.     

"Saat waktunya tiba nanti, aku tak akan menahan diriku Anne. Aku akan membuatmu menjadi milikku seutuhnya,"gumam Jack lirih.     

Wajah Anne bersemu merah mendengar perkataan Jack, meskipun Jack tak bicara dengan jelas namun ia masih bisa mendengar kalimat apa yang keluar dari bibir Jack. Karena hari sudah beranjak sore dan lalu memaksa Jack untuk melepaskan pelukannya, ia ingin tidur di apartemennya malam ini. Oleh karena itu ia ingin segera menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda karena sejak tadi Jack selalu mengganggu dirinya, dengan memberikan berbagai pertanyaan yang hampir sama.      

Tiga puluh menit pun berlalu, semua pakaian Anne sudah berpindah ke dalam koper besarnya kembali dengan rapi dan tak ada satu potong pun pakaiannya yang tertinggi di dalam lemari yang ia tempati untuk menyimpan pakaiannya selama tiga hari ini. Dengan langkah gontai Jack lalu mengajak untuk turun ke lantai satu, ia membiarkan Anne berjalan lebih dahulu di depannya. Jack sengaja berjalan dibelakang Anne, ia ingin memperhatikan kondisi kaki Anne benar-benar sudah sembuh atau belum.      

Meskipun hanya tinggal tiga hari Anne sudah berhasil mengambil hati para pelayan yang ada di rumah Jack, terbukti saat ia berpamitan para pelayan itu terlihat sangat sedih. Anne yang tak mau terbawa perasaan berusaha untuk tetap tenang, ia tak mau terlihat cengeng di hadapan Jack. Jack paling tak suka melihatnya menangis karena itulah Anne berusaha sekuat tenaga menahan perasaan harunya. Setelah berpamitan Anne pun pergi meninggalkan rumah mewah Jack, ia duduk di kursi belakang bersama Jack yang sejak tadi tak mau melepaskannya. Jack terus mengeratkan pelukannya pada pinggang Anne yang ia paksa duduk disebelahnya, Anne sendiri yang tak mau memancing keributan membiarkan Jack melakukan itu padanya.     

"Hanya sebuah pelukan kecil Anne, tenang. Jangan terpancing emosi, sabar Anne." Anne terus bicara dalam hati mencoba menenangkan diri agar tak meledak.      

Belum puas dengan sebuah pelukan, secara tiba-tiba Jack memberikan kecupan di pundak Anne yang sedikit terbuka. "Aku akan sangat merindukanmu Anne, aku akan rindu melihatmu tidur pulas di bawah selimutku. Aku benar-benar tak sabar ingin menikah denganmu Anne."     

Wajah Anne pun langsung memanas seketika."Jack... please,"erang Anne lirih saat ia merasakan kecupan yang dibuat oleh Jack, seluruh bulu kuduknya meremang merasakan ciuman Jack langsung ke kulitnya.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.