I'LL Teach You Marianne

Rencana Jack untuk Leon



Rencana Jack untuk Leon

0Anne terdiam beberapa saat, ia ikut larut terbawa suasana. Namun Anne akhirnya tersadar kalau saat ini sedang ada di tempat umum dengan banyak orang yang melihat ke arah mereka, tanpa bicara Anne kemudian mendorong Jack agar menjauh darinya.      
0

"Kenapa menolakku Anne?" Jack terlihat kecewa saat sudah duduk berhadapan dengan Anne kembali.      

Anne menghela nafas panjang. Perlahan dengan menggunakan kedua tangannya, Anne meraih wajah Jack dan mengarahkannya ke panggung kecil dimana masih ada beberapa pemain musik yang masih memainkan musik sejak tiga puluh menit yang lalu. Belum puas sampai situ Anne kembali menggerakkan kepala Jack untuk menoleh ke arah pintu tempat mereka masuk ke rooftop, dimana saat ini sedang berjajar empat orang pelayan yang berdiri dengan sikap sempurna menatap ke arah mereka.     

"Ishhh, aku lupa dengan keberadaan mereka,"sengit Jack kesal.      

Anne lalu melepaskan tangannya dari wajah Jack dan merapikan rambut pendeknya menggunakan jarinya untuk menghilangkan kegugupannya, Jack sendiri memilih untuk meraih gelas yang berisi wine diatas meja dan langsung menenggaknya tanpa sisa.      

"Sampai kapan kita disini Jack?"tanya Anne lembut memecah kebisuan antara dirinya dan Jack yang terjadi selama hampir sepuluh menit.      

"Sampai aku puas bersamamu,"jawabnya tanpa dosa, Jack masih kesal karena hasratnya gagal tersalurkan.      

Anne meringis, melebarkan senyumnya mendengar perkataan Jack. Melihat Jack marah membuatnya teringat akan sikap Jack dua tahun lalu saat ia masih menjadi bartender di coffee shop miliknya, Jack yang dulu juga seperti ini. Arogan, menyebalkan dan dingin, namun entah mengapa dengan sikapnya itu justru banyak wanita yang tergila-gila padanya. Karena kalau boleh jujur, Jack adalah rahasia besar dibalik kesuksesan Anne menjadi pemilik coffee shop. Pasalnya para wanita yang bekerja di sekitar coffee shop yang pada awalnya tak menyukai kopi mendadak menjadi pecandu kopi dan hal ini menjadi sebuah keberuntungan besar baginya, yang mendapat keuntungan besar dari para wanita yang mengidolakan Jack itu.      

"Kenapa sejak tadi tersenyum seperti itu? Kau mengejekku Anne?"tanya Jack ketus.     

"Mana mungkin aku mengejekmu, aku hanya sedang mengingat para fans mu di coffee shop dulu Jack. Aku masih tak menyangka orang sepertimu memiliki puluhan fans setia seperti itu,"jawab Anne pelan sambil tersenyum lebar.     

"Aku pintar, tinggi dan tampan. Hanya kau saja yang tak menyadari kalau kekasihmu ini sangat sempurna, aku curiga jangan-jangan dimatamu itu ada kabut yang menutup semua retina matamu sehingga kau tak bisa melihat kesempurnaanku ini Anne,"sahut Jack dengan cepat menyombongkan diri.     

Mendengar kesombongan yang diucapkan oleh Jack membuat Anne tertawa terbahak-bahak, ia tak menyangka Jack akan memiliki percaya diri setinggi itu. Padahal selama ini Anne mengira Jack adalah seorang pria yang dingin tanpa hati, namun ternyata Jack memiliki kenarsisan yang sangat tinggi.      

"Terus Anne, teruskan tawamu itu. Tapi jangan salahkan aku kalau aku akan membuat tawamu itu menjadi erangan kenikmatan saat…"     

"Jangan gila Jack!!!" Anne memotong perkataan Jack dengan cepat, wajahnya bersemu merah saat Jack menyinggung soal hubungan intim seperti itu.      

Jack terkekeh melihat tingkah Anne, ia senang sekali kalau sudah menggoda Anne seperti itu. Anne yang masih kesal pada Jack tiba-tiba membatu saat mendengar sebuah lagu yang sangat familiar di telinganya, salah satu lagu paling populer dari seorang maestro musik dunia Ludwig Van Beethoven yang berjudul Für Elise. Anne selalu tersihir setiap mendengar alunan merdu lagu-lagu sang maestro dunia itu, Jack yang sedang menikmati winenya belum menyadari perubahan sikap Anne. Ia baru tersadar dengan perubahan sikap Anne saat akan mengajaknya melakukan toast.      

Kedua mata Anne fokus tertuju ke arah pemain piano yang sedang memainkan lagu klasik itu, sementara itu bibirnya tertutup rapat tanpa celah. Ia terlihat seperti orang yang sedang terhipnotis saat ini, pasalnya ia tak merespon Jack yang sudah melambai-lambaikan tangannya di depan wajahnya.      

Barulah setelah lagu berakhir Anne kembali pada dunia nyata, ia langsung menoleh ke arah Jack yang sedang menatapnya tanpa berkedip.      

"Ada apa? Apa ada yang salah?"tanya Anne bingung, ia merasa tak nyaman ditatap seperti itu oleh Jack.      

"Kau paham dengan lagu-lagu klasik seperti itu Anne?"tanya balik Jack tanpa merubah posisi duduknya yang saat ini masih bersandar pada sofa dengan melipat kedua tangannya di dada.     

"Mu-musik klasik?"     

"Ya, musik klasik. Meskipun aku bukan seorang penyuka musik klasik, aku tahu kalau lagu yang baru saja dimainkan oleh pemain piano itu adalah salah satu lagu klasik yang cukup populer. Aku memang tak tahu apa judulnya, tapi aku pernah mendengar beberapa orang pemusik memainkan lagu itu. Jadi aku cukup familiar dengan lagu itu, apa kau penyuka musik-musik seperti itu Anne."Jack kembali memberikan pertanyaan pada Anne.      

Anne tersenyum mendengar pertanyaan dari Jack, perlahan ia bangun dari sofa dan berjalan keluar dari tempat mereka makan malam untuk menikmati salju yang turun dari langit. Melihat Anne keluar dari tempat mereka makan Jack lalu menyusulnya dengan membawa jaket Anne yang tertinggal di sofa, saat sudah berada di belakang Anne dan bersiap untuk memakaikan jaket ke tubuhnya tiba-tiba Anne membalikkan tubuhnya dan menatap Jack dengan intens.     

"Kalau aku bilang aku adalah pemain piano apa kau percaya Jack?"tanya Anne pelan dengan sebuah tatapan yang tak dapat di deskripsikan.      

Alih-alih menjawab pertanyaan dari Anne yang sangat serius itu Jack justru tertawa terbahak-bahak, ia tertawa lebar sampai membuat Anne menutup satu telinganya menggunakan tangan.      

"Please Anne jangan melucu seperti itu, gurauanmu ini sangat tidak lucu,"ucapnya pelan dengan susah payah di sela-sela usahanya menghentikan tawa.     

"Aku serius Jack, aku sedang tidak…"     

"Ok baiklah, sekarang lebih baik kita masuk kedalam. Aku tak mau kau sakit."Jack langsung memotong perkataan Anne yang dianggapnya tak masuk akal itu, ia ingin menyudahi omong kosong yang tak jelas dari Anne. Pasalnya selama dua tahun ini ia mengenal Anne, belum pernah ia melihat Anne menyentuh ataupun memainkan sebuah melodi menggunakan piano.     

Anne yang ingin mulai terbuka dengan sedikit demi sedikit menceritakan masa lalunya tersenyum, ia menyadari kalau tak akan ada satupun orang yang mempercayai dirinya. Oleh karena itu kini ia memilih untuk menyimpan rapat rahasia besarnya itu seorang diri, meskipun ia ingin sekali menunjukkan pada dunia bahwa ia adalah seorang pianis.     

Karena hari semakin malam dan dingin, Jack akhirnya mengajak untuk pulang. Jack tak mau membuat Anne tidur terlalu malam karena besok masih harus bekerja di kantor Leon, pria yang sangat ia benci. Saat dalam perjalanan pulang menuju apartemen Anne, Jack tak melepaskan cengkraman tangannya pada tangan Anne. Meskipun Anne berkali-kali berteriak padanya untuk fokus pada jalan raya.     

"Aku masih belum puas menghabiskan waktu denganmu Anne, seharusnya libur semester ini kita gunakan untuk berlibur bersama. Bukannya malah bekerja Anne, kalau bukan karena si singa brengsek itu saat ini kita sudah tak ada disini Anne,"ucap Jack kesal, ia menyalahkan Leon atas kesibukan Anne di waktu libur kuliahnya.     

"Tanpa pergi berlibur kan kita bisa tetap bersama seperti ini Jack,"jawab Anne lembut, ia berusaha menenangkan Jack yang uring-uringan.     

Jack menyunggingkan senyum sinisnya. "Beda Anne, aku ingin menikmati liburan full time bersamamu. Bukan seperti ini."     

"Sudah-sudah jangan bahas hal ini lagi, tak bagus untuk kesehatan jiwa kalau kau marah-marah seperti itu,"sahut Anne kembali.     

Jack menjulurkan lidahnya merespon perkataan Anne, ia kesal sekali rasanya saat ini. Mengingat Leon menghancurkan rencana liburannya dengan Anne membuatnya lupa dengan apa yang Aaron lakukan tadi siang padanya di kantor Matthew Moretz.      

"Pokoknya misalnya singa brengsek itu macam-macam padamu, kau harus langsung menghubungi aku Anne. Aku akan dengan senang hati mengebirinya dan mengirimnya lagi ke Maasai Mara National Reserve yang ada di Narok County, Kenya, supaya bergabung dengan singa-singa lainnya disana,"ucap Jack ketus.      

Mendengar Jack menyebut salah satu kawasan reservasi hewan liar yang ada di Afrika itu membuat Anne tertawa geli, ia tak bisa membayangkan jika hal itu benar-benar terjadi pada Leon.     

"Aku serius Anne, jangan anggap ucapanku ini sebuah gurauan,"imbuhnya kembali, Jack merasa tak senang saat melihat Anne menertawakan dirinya yang sedang sangat serius itu.     

"Iya iya aku tahu, ya sudah ayo cepat pulang. Aku sudah tak tahan, aku ingin ke kamar kecil,"jawab Anne pelan sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.