I'LL Teach You Marianne

Rahasia besar Anne : Selma



Rahasia besar Anne : Selma

0Melihat Anne menangis nyonya Delila dan nyonya Riley secara spontan memeluk Anne, dugaan mereka benar. Ada yang salah dengan gadis ceria yang mereka kenal itu, karena pengunjung laundry masih cukup banyak kedua wanita paruh baya itu lalu membawa Anne masuk ke dalam ruangan tempat mereka biasa mengobrol.      
0

"Duduklah disini, hentikan tangismu sayang. Masih banyak pengunjung, nanti kami dikira sudah melakukan tindak kekerasan pula," ucap nyonya Delila lembut mencoba untuk menenangkan Anne dengan membuat gurauan.     

"Iya sayang, nanti jika hal itu terjadi maka kami akan kehilangan pelanggan. Kau tak mau kan kami berakhir dijalan," kelakar nyonya Riley menimpali perkataan nyonya Delila.     

"Nyonya hikss anda ber-berdua bicara apa," isak Anne terbata-bata, ia tak senang mendengar perkataan kedua wanita baik yang ada di hadapannya itu.     

"Ya maka dari itu kau jangan menangis lagi sayang, duduk manis disini. Tenangkan dirimu, biarkan kami bekerja dulu. Setelah itu baru kau ceritakan apa yang sudah terjadi," ucap nyonya Delila lembut.     

"Iya Nyonya, a-aku tak akan menangis," jawab Anne lirih.     

Mendengar jawaban Anne membuat nyonya Delila dan nyonya Riley tersenyum, saat nyonya Delila menyeka air mata Anne yang masih tersisa di pipinya nyonya Riley pergi ke kulkas dan meraih sebotol air mineral dingin. Ia kemudian memberikannya pada Anne, Anne yang tak minum sejak makan tadi pagi langsung menghabiskan satu liter air mineral pemberian nyonya Riley. Melihat Anne menghabiskan sebotol air ukuran besar itu membuat dua wanita paruh baya itu tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, mereka benar-benar tak menyangka akan melihat Anne.                     

seperti itu.      

"Ya sudah kau tenangkan diri sebentar ya sayang, setelah pekerjaan kami selesai kau bisa menceritakan semuanya pada kami," ucap nyonya Delila lembut.     

"Iya Nyonya, terima kasih atas kebaikan anda berdua padaku," jawab Anne terisak.     

"Sudah-sudah, jangan bicara lagi. Aku tak mau melihatmu menangis lagi, lebih baik kau dengarkan musik ini dan duduk dengan tenang," sahut nyonya Delila kembali sambil memasangkan headset ke telinga Anne yang tersambung dengan airpod miliknya yang berisi kumpulan musik klasik dari beberapa musisi dunia.     

Mendengar alunan Simfoni No. 9 dalam tangga nada D minor membuat Anne langsung terdiam seketika, alunan Simfoni No. 9 adalah simfoni terakhir Ludwig van Beethoven, yang selesai digubah pada tahun 1824.     

Simfoni sepanjang 75 menit ini berisi bagian dari ode "An die Freude" (bahasa Inggris: Ode to Joy) karya Friedrich Schiller, sebagai teks yang dinyanyikan para solis dan paduan suara pada gerakan terakhir. Simfoni ini mungkin merupakan karya musik klasik yang paling terkenal, dan dianggap sebagai salah satu mahakarya Beethoven yang terhebat, digubah ketika dia tuli sepenuhnya.     

Melihat Anne diam membuat nyonya Riley dan nyonya Delila tersenyum, mereka berdua pun bangun dan pergi meninggalkan Anne sendiri. Mereka membiarkan Anne tenang mendengar musik klasik, karena masih banyak pelanggan kedua wanita itu pun kembali sibuk dengan pekerjaannya. Bagi mereka kepuasan pelanggan adalah nomor satu, karena itulah mereka berusaha melayani para pelanggannya dengan baik. Ini adalah salah satu bentuk usaha kedua wanita itu untuk membuat laundry mereka tetap banyak dikunjungi para pelanggan disaat banyak usaha laundry lainnya yang menjamur.      

Sementara itu Anne yang sangat tergila-gila pada Beethoven murid terbaik dari Mozart itu, sejak kecil sangat mencintai piano membuat Anne otomatis menyukai komponis legenda itu. Saat ibunya masih hidup Anne sering ikut ibunya pergi ke gereja untuk mendengarkan ibunya mengiringi paduan suara menggunakan piano, karena memiliki bakat bermain piano dari sang ibu Anne tak kesulitan sama sekali ketika pertama kali menyentuh tuts piano saat ia berusia satu setengah tahun di gereja. Karena mereka adalah orang miskin yang tak memiliki alat musik apapun dirumah Anne belajar bermain piano di gereja setiap hari minggu saat gereja sudah sepi dari para jemaat yang sudah selesai beribadah, ia diajari langsung oleh sang ibu yang merupakan pengiring musik resmi di gereja tempat tinggal mereka puluhan tahun yang lalu. Karena itulah Anne sangat mahir memainkan jemarinya di atas tuts piano ketika ia sudah berumur lima tahun, namun ia berhenti menyentuh piano saat ia mendapat perlakuan tak adil pertamanya. Sejak saat itu Anne bersumpah untuk menjauhi piano di sisa umur hidupnya.      

Namun hari ini saat mendengar alunan merdu dari Simfoni 9 milik Beethoven membuat dirinya larut dalam kenyamanan yang tak pernah ia dapatkan selama bertahun-tahun ini, karena memang ia tak pernah menyentuh atau berusaha mendengar simfoni itu lagi. Tak lama kemudian Anne pun tertidur, ia tertidur pulas dalam posisi duduk dengan telinga yang masih terpasang headset yang memutar alunan musik merdu karya sang maestro kesukaannya.     

"Anne tertidur Riley," bisik nyonya Delila pelan pada nyonya Riley.     

"Biarkan saja Delila, kalau dia tertidur itu bagus untuknya. Setidaknya ia bisa tenang, aku yakin sudah terjadi hal buruk padanya sampai akhirnya ia seperti ini. Anne adalah gadis paling murni yang aku tau, dia sangat baik dan polos. Pasti ia sudah mengalami sebuah peristiwa yang membuatnya begini, aku yakin Anne masih menyimpan rahasia besar yang belum ia ceritakan pada kita,"ucap nyonya Riley pelan sambil menatap penuh iba ke arah Anne.      

"Aku rasa juga begitu, gadis ini pasti mengalami peristiwa besar yang membuatnya tak percaya lagi pada orang. Aku bisa melihat dengan jelas ke arah mata Anne yang menyembunyikan sebuah rahasia besar yang membuatnya menjadi se tertutup ini,"sahut nyonya Delila kembali.     

"Ya sudah untuk saat ini biarkan dia tidur, setelah nanti ia bangun aku harap dia akan jauh lebih baik," harap nyonya Riley dengan tulus.      

"Amin," jawab nyonya Delila lembut.     

Anne yang sedang tertidur tiba-tiba membuka matanya dengan perlahan saat merasa ada cahaya silau menerpa wajahnya, ia terbangun karena mendengar alunan musik dari tuts piano yang dimainkan oleh seseorang. Karena penasaran ia pun berjalan perlahan mendekati sumber suara, langkahnya terhenti saat melihat sesosok gadis kecil berpakaian mewah dengan rambut warna emas yang mengkilat tengah duduk di sebuah kursi di atas panggung. Gadis kecil itu sedang melakukan pentas musik solo dengan memainkan melodi indah yang sangat Anne hafal, sebuah melodi buatan ibunya sendiri yang sering ia mainkan ketika ia ada di gereja saat hanya berdua dengan Anne saja.     

Prok     

Prok     

Prok     

Tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan dari banyak orang yang duduk dibawah, mereka memuji dan mengagumi permainan gadis kecil nan cantik itu. Saat banyak yang memuji gadis itu secara perlahan gadis kecil itu justru menoleh ke arah Anne dengan senyuman jahat penuh kemenangan yang mengejek Anne.     

"Selma jangan!!!"     

Bersambung      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.