I'LL Teach You Marianne

Berhak bahagia



Berhak bahagia

0Anne diam saat disinggung soal Jack oleh nyonya Riley dan nyonya Delila, ia bingung ingin menjelaskan dari mana karena sebenarnya ia dan Jack tak terikat hubungan apapun.      
0

"Kenapa diam Anne?"tanya nyonya Riley lembut.      

"Dia temanku nyonya, teman pertama yang aku miliki sejak aku menginjakkan kakiku di Inggris setelah aku bercerai dari mantan suamiku," jawab Anne jujur.     

"Hanya teman?"tanya nyonya Delila gantian bertanya.     

"I-iya hanya teman." Anne menjawab lirih hampir tanpa suara sambil tertunduk, ia bingung mau menjelaskan dari mana soal Jack pada dua wanita paruh baya yang menjadi tempatnya mengeluarkan isi hati itu.     

Kedua wanita paruh baya itu tersenyum mendengar jawaban Anne, sudah hidup lebih dari lima puluh tahun membuat kedua wanita itu memiliki segudang pengalaman yang jauh lebih banyak daripada Anne. Mereka bisa tau dari gestur dan cara berbicara Anne bahwa sebenarnya pria yang bernama Jack itu bukan hanya sekedar teman biasa bagi Anne. Oleh karena itu mereka berdua memutuskan untuk menggoda Anne supaya Anne tak mengingat kejadian pahit dimasa lalunya lagi yang menyedihkan, mereka berdua masih tak percaya kalau gadis yang mereka kenal ceria dan baik hati itu ternyata memiliki pengalaman yang sangat panjang dan menyakitkan.       

"Kalau dia adalah teman pertama yang kau dapatkan setelah pindah dari Jerman, berarti kau kenal dengan dirinya sudah lebih dari dua tahun kan," ucap nyonya Riley membuka percakapan.     

"Iya, aku mengenalnya lebih dari dua tahun nyonya," jawab Anne pelan sambil mengangkat wajahnya menatap nyonya Riley.     

"Dia masih single?"tanya nyonya Riley penasaran.     

"Waktu bertemu denganku pertama kali dua tahun lalu di Newcastle Upon Tyne dia baru saja patah hati karena kekasihnya pergi meninggalkan dirinya, kekasihnya itu meninggalkan dirinya karena memilih pemain sepak bola. Jadi kemungkinannya dia masih single dan belum menikah itu setahuku, tapi kalau dia menyembunyikan sesuatu di belakangku aku tak tau nyonya," jawab Anne kembali     

Mendengar jawaban Anne membuat nyonya Riley dan nyonya Delila saling pandang beberapa saat sambil tersenyum, mereka berdua sudah nampak seperti orang tua yang mendengarkan curahan hati sang putri saat ini.     

"Anne, apa kau mau aku beritahu rahasia kecil?"celetuk nyonya Delila bertanya pada Anne.     

"Mau Nyonya." Anne menjawab dengan antusias.     

Nyonya Delila tersenyum melihat perubahan ekspresi Anne, ia lalu berdehem perlahan sehingga membuat suasana menjadi sedikit dramatis.      

Dengan perlahan nyonya Delila meletakkan tangannya di pundak Anne, ia merangkul Anne bak anak muda yang sedang bergosip. Tak lama kemudian ia mengarahkan bibirnya ke telinga Anne yang tertutup rambut dan berbisik,"Sembilan dari sepuluh hubungan teman antara pria dan wanita selalu berakhir dengan terjalinnya hubungan asmara, apalagi dengan pertemananmu yang sudah lebih dari dua tahun ini. Apa kau yakin tak memiliki perasaan apapun padanya?"     

"Kalau aku boleh jujur sebenarnya Jack sudah mengutarakan isi hatinya padaku, hanya saja aku masih benar-benar terlalu takut untuk memulai hubungan asmara lagi Nyonya aku tak mau mengalami sakit hati yang sama. Menyandang gelar janda di usia muda membuatku merasa tak pantas untuknya, aku takut kalau orang-orang akan mengejekku dengan statusku ini kalau mereka tahu aku adalah seorang janda. Aku belum siap dengan semua itu nyonya, oleh karena itu aku menolak ajakannya untuk menikah," jawab Anne jujur.      

"Dan sebenarnya bukan hanya Jack yang mengajakku menikah, ada satu orang lagi pria baik yang melamarku. Namanya adalah Aaron, aku mengenalnya setelah aku mengenal Jack. Aaron terus-menerus mengucapkan kalimat yang sama, dia terus mengajakku menikah. Karena aku merasa tak nyaman mendengar perkataan itu darinya, akhirnya aku mengatakan statusku yang sebenarnya kepada dirinya kemarin saat kami makan siang bersama. Aku berkata jujur dengan statusku yang sebenarnya dan dia sangat marah saat tau aku janda, dia merasa aku sudah tak jujur padanya. Dan ternyata hal yang aku takutkan terjadi, masih banyak orang yang meng-underestimate seorang janda. Orang dekatku saja masih menganggap jelek seorang janda nyonya, lalu bagaimana dengan orang diluar sana yang tak suka denganku? Jujur aku belum siap menghadapi semua itu nyonya, aku belum siap menjadi bahan ejekan dari orang-orang lagi. Sejak kecil selalu di bully dan tak pernah mendapatkan ketidakadilan membuatku takut memulai hubungan dengan siapapun, dan jujur kadang terlintas dalam pikiranku untuk tak menikah seumur…"     

"Sssttt jangan bicara seperti itu, tak baik Anne." Nyonya Delila memotong perkataan Anne dengan cepat sambil meletakkan satu jarinya di depan bibir Anne.     

"Yang menjalani hubungan itu adalah kau dan pasanganmu kelak Anne, bukan orang lain. Jadi kau tak usah memikirkan omongan orang lain yang akan selalu mengusikmu, karena percayalah setiap orang yang membenci kita tak perlu alasan untuk membenci kita. Biarkan mereka tertawa, biarkan mereka menang. Karena kalahnya mereka adalah melihatmu baik-baik saja. Biarkan mereka menyakiti, biarkan mereka membencimu. Karena menangmu adalah ketika mereka melihatmu baik-baik saja, jadi jangan pedulikan dengan perkataan mereka Anne. Kau hanya memiliki dua tangan dan kedua tanganmu itu tak bisa kau gunakan untuk menutup mulut mereka semua, lebih baik kau gunakan tanganmu untuk menutup kedua telingamu," imbuh nyonya Delila kembali.     

Anne terdiam mendengar perkataan nyonya Delila, ia berusaha mencerna nasehat yang baru diberikan padanya itu.      

Dengan perlahan nyonya Riley merapikan rambut Anne yang berantakan, ia juga menyeka sisa air mata yang masih ada di sudut mata Anne dengan lembut.     

"Kau sudah terlalu banyak menangis Anne, ini adalah saatnya kau meraih kebahagiaan. Aku tau kalau tak mudah lepas dari bayang-bayang masa lalu, apalagi denganmu yang memiliki banyak pengalaman buruk. Akan tetapi kau harus melupakan semuanya Anne, kau harus hidup bahagia. Percayalah Tuhan sayang padamu, semua pengalaman burukmu ini aku yakin hanya ujian kecil dari Tuhan untuk menaikkan kelasmu. Hanya orang-orang terpilih saja lah yang akan mendapatkan ujian sepertimu Anne dan kau harus bersyukur karena kau yang dipilih Tuhan untuk melewati semua ini, karena tak semua orang bisa melewati apa yang sudah kau lalui ini. Jadi sekarang kau harus menyakinkan pada dirimu bahwa kau itu layak untuk bahagia, untuk masalah statusmu itu hanya sebuah status di atas kertas yang tak penting. Karena kenyataannya kau bahkan masih perawan bukan, diluar sana banyak perempuan yang masih single sudah tak perawan Anne. Jadi kau harus bersyukur akan itu, kau jauh di atas para wanita itu," ucap nyonya Riley pelan mencoba untuk memberikan semangat pada Anne.     

"Tapi sikap Aaron yang…"     

"Dan lelaki yang tulus mencintaimu tak akan memperdulikan tentang statusmu Anne, mau kau janda atau masih single. Perawan atau bukan, dia pasti akan menerimamu. Percayalah masih ada laki-laki baik seperti itu di dunia yang sudah tua ini, Tuhan masih menyisihkan pria baik seperti itu untuk gadis sebaik dan secantik dirimu Anne," sahut nyonya Delila ikut bicara memotong perkataan Anne.     

Anne kembali tak bisa berucap mendengar perkataan nyonya Delila, tumbuh besar tanpa seorang ibu yang harusnya menjadi tempatnya berbagi keluh kesah membuat Anne mudah ragu dan bimbang. Disaat ia sudah kuat menanam pohonnya selalu  akan ada angin besar yang meniupnya sehingga dirinya kembali porak-poranda, namun kali ini setelah mendengar semua nasehat dari dua wanita yang ada di hadapannya Anne merasa tenang dan nyaman. Rasa sesak di dada yang bertahun-tahun terasa memudar perlahan saat ia mulai bicara pertama kali pada kedua wanita yang yang ada di hadapannya, secara tiba-tiba Anne memeluk nyonya Delila dan nyonya Riley bersamaan sambil menangis.     

"Terima kasih atas semuanya nyonya, terima kasih sudah menguatkan aku kembali. Terima kasih sudah…"     

"Menangislah kalau kau masih ingin menangis Anne, tapi berjanjilah kalau tangismu ini adalah yang terakhir. Kau tak boleh menangis lagi dimasa depan, hanya akan ada senyuman di wajah cantikmu itu Anne. Kau berhak bahagia sayang," ucap nyonya Delila lembut memotong perkataan Anne.     

"Iya Anne, kau pantas dan berhak bahagia," imbuh nyonya Riley pelan menimpali perkataan nyonya Delila.     

Anne menganggukkan kepalanya perlahan dalam pelukan dua wanita pemilik laundry yang baik hati itu, baru kali ini Anne merasakan seringan ini. Seolah semua beban berat yang ada di pundaknya selama ini sudah hilang.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.