I'LL Teach You Marianne

Aksi sang penggoda



Aksi sang penggoda

0Tak lama setelah Daniel memanggil polisi akhirnya keributan di depan rumah mewah Aaron pun teratasi, Candice dan asistennya Reynold pun terpaksa dibawa ke kantor polisi karena mereka berdua menolak untuk diajak bicara baik-baik. Sebenarnya Aaron tak benar-benar ingin berniat untuk memenjarakan mantan kekasihnya itu, ia hanya ingin memberikan pelajaran kepada wanita cantik bermata biru itu untuk tak seenaknya sendiri membuat keributan di rumahnya. Apalagi setelah semua yang ia lakukan kepada dirinya tiga tahun yang lalu.     
0

"Candice hanya diberi peringatan saja Tuan dan saat ini ia sudah diperbolehkan pulang oleh para polisi," ucap Daniel pelan memberikan laporan kepada Aaron atas apa yang terjadi pada Candice dan asistennya pasca dibawa pergi oleh empat orang polisi.      

"Baguslah, dengan ini aku harap dia berhenti menggangguku dan berpikir dua kali jika akan melakukan itu lagi," jawab Aaron pelan sambil membuang foto terakhir yang ada di dalam kamar terlarangnya.     

"Semoga saja Tuan," sahut Daniel singkat merespon perkataan Aaron walaupun sebenarnya ia tak yakin karena ia sangat mengenal Candice yang tak pernah menyerah.      

"Oh ya Daniel, bakar dan singkirkan semua ini dari kamar ini. Buang semua perhiasan yang pernah dipakai oleh wanita itu, aku ingin mengosongkan kamar ini secepatnya,"imbuh Aaron pelan sambil menginjak pigura foto besar berukuran 20x24 yang sudah tergeletak dilantai dengan kaca yang sudah hancur karena dibanting oleh Aaron sebelumnya.     

Daniel menelan salivanya perlahan mendengar perkataan Aaron, ia kemudian menganggukan kepalanya tanda mengerti dengan perintah yang diberikan oleh Aaron. Setelah berkata seperti itu Aaron kemudian pergi meninggalkan Daniel menuju ke kamarnya untuk beristirahat, tak lama setelah Aaron pergi Daniel nampak memandang perhiasan mahal bernilai jutaan dolar yang ada di atas ranjang.      

"Hanya orang gila yang akan membuang semua perhiasan ini, lebih baik aku amankan saja sekarang daripada nanti aku terkena masalah," ucap Daniel pada dirinya sendiri sembari merapikan perhiasan mahal yang ada di hadapannya ke dalam kotak yang lebih besar, Daniel berniat ingin menyimpan perhiasan-perhiasan cantik itu ke dalam brankas yang ada di lantai satu di ruang kerja Aaron.     

Setelah merapikan semua perhiasan mahal itu ke dalam box Daniel lalu menghubungi pelayan yang ada di lantai satu, ia meminta para pelayan itu untuk merapikan semua sisa-sisa kehancuran yang dibuat oleh Aaron. Sementara dirinya sendiri membawa kotak hitam itu pergi menuju lantai satu, para pelayan pun bekerja dengan cepat tanpa berani bicara. Mereka melakukan apa yang diperintahkan Daniel dengan baik.     

Aaron sendiri yang sudah ada di dalam kamarnya pun sudah berbaring diatas ranjang tanpa berganti pakaian, ia terlalu malas untuk sekadar berganti pakaian. Bertemu kembali dengan Candice benar-benar membuat moodnya semakin kacau, namun ia kini bukan memikirkan mantan tunangannya itu. Aaron justru memikirkan perkataan asistennya untuk bersaing secara jantan dengan Jackson Muller untuk mendapatkan Anne.     

"Ok brengsek aku akan ikuti saranmu kali ini, mungkin sudah saatnya pria Swiss itu tau siapa diriku. Aku harus membuktikan bahwa akulah yang pantas untuk Anne bukan Jackson Patrick Muller brengsek itu," ucap Aaron pelan sambil memejamkan kedua matanya, setelah semalaman gelisah saat ada di Jerman ketika menunggu kantor catatan sipil buka kini ia tenang ketika sudah mendapatkan info bahwa Anne masih single.     

Dengan sebuah senyuman yang tersungging di wajahnya Aaron bergumam,"Aku tak perduli kau sudah tak perawan Anne, yang penting kau bukan seorang janda."      

Sementara itu di kantor Muller Finance Internasional Jack nampak sedang memimpin rapat bersama para kolega yang bergabung dengan perusahaannya, dalam dua hari ini ia sudah berhasil menggaet lima perusahaan besar yang ada di London untuk bergabung dalam perusahaan pembiayaannya dan hal ini adalah sebuah pencapaian besar yang belum pernah dicapai oleh Erick atau para pegawainya yang lain.     

"Bos benar-benar mengerikan,"bisik Alice pada Erick yang duduk disebelahnya.     

"Inilah Jackson Muller yang sebenarnya dan ini baru awal, kau akan tau betapa workaholic-nya dia," jawab Erick pelan.     

"Baru awal kau bilang? Kita sudah tak pulang selama dua hari ini dan ini masih kau bilang awal? Oh Tuhan kuatkan aku," ucap Alice lirih.     

"Semangat Alice, jadi sekretaris seorang Jackson Patrick Muller adalah sebuah kehormatan untukmu. Jadi kau harus semangat," sahut Erick kembali menggoda Alice.     

Alice hanya menghela nafas panjang mendengar perkataan Erick, ia benar-benar tak menyangka kalau bos barunya itu ternyata seorang penggila kerja. Melihat ekspresi Alice membuat Erick tersenyum, namun ia kembali konsentrasi mengikuti meeting setelah Jack berdehem memberi peringatan pada dirinya dan Alice. Rupanya sejak tadi Jack memperhatikan mereka berdua dan hal ini langsung membuat Erick dan Alice kembali fokus pada penjelasan klien baru yang sedang presentasi di depan.     

Jack mengalihkan kekesalannya pada Anne dengan bekerja, ia memilih untuk fokus membesarkan Muller Finance International di London seperti tujuan awalnya ingin membuat anak perusahaannya itu sebenarnya perusahaan induknya yang ada di Jenewa Swiss. Setelah ditolak oleh Anne kemarin Jack lalu mematikan ponsel pribadinya dan menyimpannya di laci yang ada di ruang pribadinya sehingga ia tak tau kalau Anne menghubunginya sejak kemarin, Jack ingin membuktikan pada Anne bahwa ia jauh lebih hebat dari Aaron Sean Connery saingannya. Jack merasa Anne lebih memilih Aaron ketimbang dirinya, oleh karena itu ia memutuskan untuk berkonsentrasi pada pekerjaannya agar bisa menyaingi Connery Corporation perusahaan milik Aaron.     

Saat Jack sedang meeting di ruangan meeting ternyata di lobby kantornya nampak dua orang wanita cantik sedang menunggu dirinya, mereka sudah berkali-kali diusir oleh resepsionis yang berjaga namun kedua wanita itu bersikeras untuk tetap ada di sana selama mereka belum mendapat nomor ponsel Jack atau bertemu langsung dengan Jack. Kedua wanita itu adalah Kimberly dan Marissa Henderson, kakak beradik yang sudah menargetkan Jack sebagai sasaran baru mereka.     

"Aku peringatkan pada kalian untuk tak macam-macam, aku adalah sosialita paling terkenal di London. Bahkan kami juga sering ke istana Buckingham untuk mengikuti acara kerajaan, jadi kalian jangan macam-macam pada kami berdua. Biarkan kami duduk disini menunggu tuan Jackson Patrick Muller selesai meeting, setelah beliau selesai meeting maka kami akan pergi meninggalkan tempat ini setelah berbincang dengannya. Jadi kalian tak perlu bersusah susah meminta kami untuk pergi dari kantor ini,"ucap Kimberly Henderson tak tau malu dengan nada meninggi mengancam dua security yang memintanya untuk keluar dari kantor.      

"Tapi Nona sebelumnya Tuan Muller berpesan bahwa anda berdua harus keluar dari kantor ini sebelum beliau selesai meeting, jadi saya harap kalian berdua mau bekerja sama dengan kami untuk segera meninggalkan kantor karena ini adalah perintah dari Tuan Muller secara langsung," jawab sang resepsionis baru yang menggantikan Alice dengan cepat.      

Brak      

Marissa yang sejak tadi bermain ponsel terpancing emosinya mendengar perkataan sang resepsionis yang berani mengusir mereka pergi, secara tiba-tiba ia langsung mencengkram kerah blouse yang dipakai oleh sang resepsionis dengan kuat.     

"Ayahku Romeo Henderson adalah seorang pengusaha besar di London, jangan sampai aku meminta orang ayahku untuk menghancurkan keluargamu pegawai rendahan. Jadi lebih baik kau ikuti apa yang dikatakan adikku, kami akan menunggu disini sampai tuan Muller selesai meeting. Setelah itu kami pergi tanpa kalian pinta, jadi bekerjasamalah dengan baik nona resepsionis," ucap Marissa pelan mengancam pegawai baru di Muller Finance International dengan serius.     

Mendengar ancaman dari wanita yang ada di hadapannya membuat sang resepsionis baru itu menjadi takut, ia pun akhirnya menganggukan kepalanya perlahan setelah memberikan kode pada dua orang security yang ada di sampingnya untuk membiarkan kedua kakak-beradik itu tetap ada di ruang tunggu. Tak lama kemudian dua security yang meminta Marissa dan Kimberly pergi akhirnya kembali bekerja, begitu pula dengan sang resepsionis yang sudah diancam oleh Marissa. Ia terlihat menyeka air matanya menggunakan tisu setelah mendengar ancaman dari Marissa yang akan mengganggu keluarganya.      

Lima unit kemudian pintu lift pun berbunyi dan keluarlah Jack bersama para klien barunya, melihat Jack keluar sontak Marissa dan Kimberly bangun dari sofa. Mereka berdua langsung menghampiri Jack yang sedang berbincang dengan para klien barunya.      

"Tuan Muller…"     

"Wah ini bukannya Nona Marissa Henderson,"pekik salah satu klien Jack dengan keras saat melihat Marissa, sebagai seorang pria ia tak bisa menahan diri untuk tak menyapa Marissa yang cantik dan seksi.     

"Akh anda mengenali saya Tuan?"tanya Marissa centil.     

"Sure, siapa yang tak mengenali anda Nona. Perkenalkan saya adalah Ivan Vandenberg," jawab klien Jack memperkenalkan dirinya pada Marissa.     

"Saya Marissa Henderson teman dekat tuan Jackson Muller," ucap Marissa tanpa rasa malu sambil mengulurkan tangannya ke arah pria botak yang bernama Ivan dengan gaya manja menggodanya.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.