I'LL Teach You Marianne

Obsesi dan nafsu



Obsesi dan nafsu

0Dua hari sudah berlalu sejak Anne bertemu dengan dua orang wanita yang membela perempuan penggoda yang kepergok istri sah dari pria yang ia goda, malam itu Anne secara tak sengaja juga melihat Jack memeluk seorang wanita. Karena itulah ia memutuskan untuk mendamaikan hatinya agar tak memikirkan Jack lagi, Anne menganggap Jack sudah memiliki teman wanita spesial. Anne juga tak mendapatkan telepon dari Aaron yang tengah sibuk menghadapi Candice sang mantan tunangan yang berupaya untuk kembali padanya. Oleh karena itu Anne bisa fokus belajar untuk persiapan ujian akhir semester, meskipun ia masih sedikit terganggu oleh Paul dan Linda yang bermesraan di hadapannya saat ia sedang belajar bersama Linda seperti hari ini.      
0

"Anne jangan marah."Linda memohon pada Anne yang tengah bersiap untuk pulang dari apartemen Linda.     

"Iya nona, jangan marah."imbuh Paul yang merasa bersalah.     

"Aku tak marah, aku hanya ingin pulang saja. Lagipula belajar kita sudah selesai Linda, jadi lebih baik aku pulang dan istirahat untuk persiapan ujian besok pagi,"jawab Anne pelan sambil tersenyum pada Paul dan Linda yang menahannya untuk pulang.     

"Kau tak marah padaku kan Anne?"tanya Linda pelan.     

"Tidak Linda ya Tuhan, harus berapa kali aku jawab!"Anne menjawab dengan keras pertanyaan Linda untuk yang kesekian.     

"Kalau anda tak marah lalu kenapa harus pulang?"tanya Paul tanpa rasa bersalah.     

"Paul ini sudah malam, aku lelah butuh istirahat. Kalian si enak tak perlu kemana-mana karena sudah tinggal disini bersama, lalu aku bagaimana? Aku harus pulang, tak mungkin kan aku menjadi nyamuk yang melihat kemesraan kalian," jawab Anne pelan mencoba sabar.      

Paul dan Linda terdiam mendengar perkataan Anne, pasalnya memang saat ini Paul tinggal di apartemen Linda pasca mereka sepakat untuk menjalin hubungan. Jadi Paul tak tinggal lagi di toko bunga, Linda mengatakan kalau ia sudah jatuh cinta pada Paul dan ingin menjalin hubungan yang lebih serius. Oleh karena itu ia meminta Paul tinggal bersamanya agar bisa saling mengenal lebih jauh satu sama lain dan Anne tak melarang apa yang teman dan pegawainya lakukan itu, baginya mereka berdua sudah cukup dewasa untuk mengambil keputusan itu. Makanya Anne membiarkan apapun yang ingin dilakukan oleh Linda dan Paul, ia tak mau membuat Linda dan Paul merasa terganggu dan tidak mau ikut campur atas hidup mereka.     

"Kalau begitu aku antar saja ya non…"     

"Bagaimana kau mengantarku Paul? Aku datang kemari dengan membawa mobil," sahut Anne dengan cepat memotong perkataan Paul sambil menunjuk mobilnya yang ada didepan mereka saat ini.     

"Ya sudah kalau begitu, tapi kau hati-hati ya Anne. Sampai apartemen kabari aku,"ucap Linda pelan.     

"Yes i know, ya sudah aku pulang ya," jawab Anne lembut sembari berjalan menuju ke tempat dimana mobilnya berada.     

Tak lama kemudian Anne pun pergi meninggalkan apartemen Linda menuju ke apartemennya, Linda dan Paul baru masuk ke dalam gedung saat Anne sudah tak terlihat lagi. Linda yang tau kalau Paul tak punya apa-apa menerima Paul dengan lapang dada, ia merasa Paul adalah pria pekerja keras dan tepat untuk dijadikan pasangan hidup. Karena itulah ia meminta Paul untuk tinggal bersamanya, ia tak tega melihat Paul tinggal di gudang yang ada di toko bunga.     

Karena jalan tak begitu padat Anne hanya membutuhkan waktu empat puluh menit saja padahal biasanya ia membutuhkan waktu hampir satu jam, setelah memarkirkan mobilnya dengan baik Anne lalu naik ke kamarnya dengan membawa tas yang cukup berat karena berisi buku-buku serta laptop yang baru saja ia pakai belajar bersama Linda.      

"Aku lelahnya,"ucap Anne pelan saat sudah berhasil masuk ke dalam apartemennya.     

Dengan hati-hati Anne meletakkan laptopnya di sofa tepat di samping tumpukan tugas-tugas yang sudah ia selesaikan kemarin, Anne memang sengaja mempercepat penyelesaian tugas-tugas itu supaya bisa fokus belajar. Karena sudah malam Anne lalu masuk ke kamar mandi untuk menyegarkan dirinya sebelum tidur, Anne memilih untuk tidur cepat walaupun hari masih cukup untuk pergi tidur.     

Sementara itu di kantor barunya Leon nampak sedang sibuk berbicara dengan profesor Gilbert melalui panggilan video, ia masih menginginkan agar Anne dapat bekerja di perusahaannya. Maka dari itu ia terus mendesak profesor Gilbert untuk dapat membuat Anne mau menandatangani kontrak perjanjian kerja sama itu.     

"Kita tak bisa mendesaknya seperti ini Tuan, karena ini melanggar hukum. Saya tak mau nanti anda justru terkena masalah karena sudah memaksanya menyetujui kontrak yang anda tawarkan itu Tuan," ucap profesor Gilbert pelan mencoba sabar menghadapi Leon.     

"Baiklah kalau begitu saya percaya pada anda prof, semoga saja nanti setelah ujian selesai ia akan berubah pikiran," sahut Leon kembali akhirnya mengalah.     

"Iya Tuan, biarkan ia konsentrasi terlebih dahulu pada ujiannya. Nanti setelah ujian berakhir baru kita tawarkan lagi kesempatan ini padanya, semoga saja ia berubah pikiran dan mau menerima pekerjaan yang anda berikan," imbuh profesor Gilbert kembali mencoba menenangkan Leon.      

"Baiklah kalau begitu, saya akan menunggu sampai selesai ujian," jawab Leon akhirnya mengalah.      

Mendengar perkataan Leon membuat profesor Gilbert tersenyum, tak lama kemudian sang profesor mengakhiri panggilan video dari Leon karena harus menyiapkan materi untuk ujian besok pagi. Leon pun langsung membuang gelas yang ada diatas mejanya setelah sambungannya terputus dengan profesor Gilbert, ia merasa sangat kesal karena usahanya untuk membuat Anne dekat kembali padanya belum membuahkan hasil.     

"Kau akan jatuh dalam pelukanku lagi Marianne, lihat saja. Aku Leonardo Ganke tak pernah gagal mendapatkan apa yang aku mau, jadi kau pasti akan menjadi milikku lagi,"ucap Leon penuh emosi sambil mengepalkan kedua tangannya sambil menatap layar laptop yang terdapat wajah cantik Anne.     

Leon rupanya berhasil mendapatkan foto-foto cantik Anne yang diambil oleh paparazi yang ia bayar untuk menyamar sebagai petugas kebersihan di kampus UAL, Leon benar-benar sudah sangat terobsesi dengan Anne.      

"Kenapa aku tak tau kalau kau secantik ini Marianne, kenapa kau dulu tak berpenampilan seperti ini. Kenapa kau dulu harus memakai kacamata tebal, rambut yang selalu kau ikat ekor kuda, kenapa kau tak secantik ini dulu Marianne, kenapa kau sembunyikan kecantikanmu dulu dariku? Kenapa Marianne aarrgghh...fuck!!!"     

"Kau harus jadi milikku Marianne, harus. Kau adalah istriku, kita dijodohkan oleh nenek Marianne jadi kau harus kembali padaku. Kembali keranjangku, melayani aku."      

Leon terus bicara sendiri sambil terus menatap Anne, hari ini ia sangat kesal pasca mengetahui kalau Anne ternyata sudah memblokir nomor ponselnya. Usahanya untuk membuntuti Anne dan mencari tempat tinggalnya pun selalu gagal karena Anne selalu menghilang saat ia sedang buntuti, karena itulah ia menggila malam ini dan mencoba menekan profesor Gilbert agar memaksa Anne menandatangani kontrak untuk bekerja di kantornya yang kini sudah mulai penuh dengan karyawan baru.      

Sementara itu Steffi yang tak tau kalau Leon berusaha mendekati Anne kembali tengah berupaya mempercantik dirinya, ia sedang berada di klinik kecantikan untuk melakukan perawatan seluruh tubuhnya. Mulai dari wajah sampai daerah intimnya, ia ingin membuat Leon senang dengan kesempurnaan tubuhnya.      

"Payudara anda sangat indah nyonya,"puji seorang terapis yang sedang melulur tubuh Steffi.     

"Terima kasih, suamiku sangat menyukai tubuhku ini. Maka dari itu aku harus menjaganya dengan baik," jawab Steffi sambil tersenyum.     

"Iya nyonya, anda harus menjaga diri anda. Mempercantik penampilan agar suami tak tergoda wanita lain, karena percayalah nyonya diluar sana banyak sekali wanita penggoda yang berkeliaran mengincar pria kaya,"sahut sang terapis kembali.     

Deg     

Senyum di wajah Steffi menghilang seketika, ia langsung menahan tangan sang terapis yang sedang memakaikan lulur di tubuhnya. Perlahan ia lalu bangun dari ranjang khusus itu dan berdiri di depan kaca besar yang ada di ruangan itu, dengan penuh percaya diri Steffi berkata,"Tak akan ada wanita lain yang bisa menandingi keindahan tubuhku, apalagi wanita penggoda murahan miskin yang berkeliaran diluar sana. Suamiku pasti tak akan tergoda dengan mereka."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.