I'LL Teach You Marianne

Terkilir karena Leon



Terkilir karena Leon

0Selama makan Anne harus menahan diri untuk tetap mengunyah makanan yang sedang ada didalam mulutnya dan menelannya walaupun sebenarnya ia ingin memuntahkan semua yang sedang ia kunyah, mendengar kata perkata yang keluar dari bibir Leon membuat Anne mual.     
0

Brakkk     

Anne yang sudah tak tahan langsung menggebrak meja dengan keras menggunakan kedua tangannya sehingga membuat Leon kaget.     

"Ada apa Marianne?"tanya Leon bingung.     

"I need a restroom right now,"jawab Anne lirih.     

"Wajahmu pucat Marianne, kau sakit? Apa perlu kita perlu ke dok…"     

"Aku butuh ke toilet Leon," sahut Anne dengan cepat memotong perkataan Leon.     

"Ok, apa perlu aku antar?"tanya Leon kembali.     

Anne yang sudah tak tahan langsung menutup mulutnya dan keluar dari ruangan VIP itu menuju toilet, sesampainya di toilet Anne langsung memuntahkan semua makanan yang baru masuk kedalam tubuhnya. Walaupun ia berusaha menelan akan tetapi tubuhnya menolak makanan itu.     

"Aku benar-benar sudah tak kuat satu ruangan dengan Leon, melihat dan mendengarnya bicara membuatku muak,"ucap Anne dalam hati sambil menatap kaca besar yang ada dihadapannya.     

Anne memulaskan sedikit lip tint untuk membuat wajahnya fresh kembali, setelah menyeka wajahnya yang basah dengan tisu Anne melangkah keluar dari toilet. Langkah Anne terhenti ketika melihat Leon sudah berdiri di depan toilet menunggunya keluar.     

"Apa kau baik-baik saja Marianne?"tanya Leon khawatir sembari berusaha meraih tangan Anne.     

Anne yang tak menyangka Leon akan mendekatinya langsung mundur dengan mengangkat kedua tangannya ke udara untuk menghindari kontak fisik dengan Leon, namun saat mundur Anne tak memperhitungkan perbedaan tinggi lantai yang ada di belakangnya. Sehingga saat kaki kirinya mundur dan tak mampu menahan berat tubuhnya Anne terkilir dan nyaris jatuh kalau tak segera bertopang pada dinding yang ada dibelakangnya.     

"Marianne…"     

"Stop Leon, jangan mendekat. Aku baik-baik saja,"jerit Anne keras sambil mengangkat tangannya ke udara melarang Leon datang mendekatinya dengan menahan nyeri luar biasa di kaki kirinya.     

"Tapi sepertinya kakimu terluka Marianne," ucap Leon khawatir, ia melihat jelas bagaimana Anne tadi hampir jatuh saat ia mundur kebelakang.     

"Kakiku tak apa-apa, aku masih bisa melangkah dengan ughh…"     

Anne tak dapat menyelesaikan perkataannya saat ia berusaha menapakkan kaki kirinya ke lantai, rasa nyeri luar biasa kembali menyerang dan membuatnya gemetaran. Leon yang khawatir kembali berusaha mendekati Anne, namun Anne yang saat ini bersandar pada dinding kembali berusaha menjauh dari jangkauan Leon dengan bergeser ke kiri ke kanan.     

"Jangan bergerak Marianne, aku rasa kakimu terkilir,"ucap Leon dengan keras.     

"Aku baik-baik saja Leon, jangan berlebihan seperti itu," jawab Anne berusaha tersenyum.     

"Kau yakin?"tanya Leon kembali.     

"Yakin 100%," jawab Anne singkat.     

"Ya sudah kalau begitu kita kembali ke meja lagi," ajak Leon pelan.     

Anne menganggukkan kepalanya perlahan merespon perkataan Leon, dengan menahan kaki yang terasa sakit Anne berusaha berjalan dengan normal. Ia terus-menerus menyakinkan dirinya bahwa kakinya baik-baik saja, sebuah cara yang selalu dipakai Anne untuk membuat dirinya tenang. Karena jarak toilet dan ruangan VIP tak terlalu jauh akhirnya mereka berdua pun sampai di ruangan khusus itu, makanan yang ada diatas meja masih sama seperti terakhir kali Anne pergi ke toilet.     

Karena tau Anne sedang tak baik-baik saja Leon lalu mengeluarkan surat kontrak dan memberikannya kembali pada Anne, serta menunjukkan tambahan poin dalam surat kontrak itu dimana tertulis pihak pertama yaitu Ganke Inc Production tak diperbolehkan asal menuntut pihak kedua yaitu university of the art London yang diwakilkan oleh Anne dan Edward. Poin tambahan lainnya adalah Anne meminta agar ada minimal enam orang mahasiswa lagi yang direkrut untuk bergabung dalam tim fashion illustrator bersamanya dan music director yang dipimpin oleh Edward, dan semua persyaratan yang diminta oleh Anne disetujui Leon tanpa pikir panjang.     

"Ok karena kau sudah merubahnya maka aku mau menandatanganinya, akan tetapi kau harus ingat bahwa kuliah adalah prioritas utamaku. Jadi misalkan di kampus sedang ada tugas kau tak berhak menahanku untuk tetap ada di kantormu," ucap Anne pelan sambil menatap Leon tanpa berkedip.     

"Aku setuju, kuliah adalah hal yang paling utama. Kau tak usah khawatir soal itu,"jawab Leon dengan cepat, ia sudah tak sabar melihat anne menandatangani surat kontrak yang ia buat.     

"Dan satu hal lagi adalah setelah aku menandatangani surat kontrak ini maka aku akan memegang surat kontraknya yang asli dan kau yang akan memegang salinannya jadi.."     

"Mana bisa begitu Marianne!!! Dimana-mana aku sebagai perekrut pegawai yang akan memegang surat kontrak yang asli dan kau hanya akan memegang salinan kontrak,"sahut Leon dengan cepat memotong perkataan Anne.     

Tanpa bicara Anne meletakkan penanya diatas meja,"Kalau begitu aku tak mau menandatangani surat kontrak ini."     

Deg     

Kedua mata Leon membulat sempurna seperti akan marah, namun ia terlihat menahan dirinya untuk tak lepas kontrol didepan Anne. Setelah menarik nafas panjang sebuah senyum kembali tersungging di wajah Leon.     

"Baiklah aku setuju,"ucap Leon singkat.     

Begitu mendengar perkataan Leon yang menyetujui permintaannya, Anne lalu mulai menggoreskan tanda tangan diatas surat kontrak yang ada di depan matanya. Saat Anne sedang menandatangani lembar demi lembar surat kontrak itu Leon tak mengalihkan pandangannya sekalipun dari Anne, ia benar-benar sudah tak sabar untuk melumat bibir tipis Anne yang sejak tadi ia perhatikan.     

"Ok i'm done, salinan kontraknya akan kuberikan padamu besok karena ini semua akan menjadi milikku," ucap Anne pelan saat sudah selesai menandatangani lembar kontrak terakhir.     

"Baiklah, apa di tempatmu aku mengambil salinan kontraknya?"tanya Leon tanpa sungkan.     

"Tentu saja tidak!!! Aku akan menghubungimu untuk bertemu lagi," jawab Anne dengan keras, ia tak suka mendengar perkataan Leon yang senonoh seperti itu.     

"Hahaha baiklah Marianne aku mengerti kau tak perlu berteriak seperti itu, jangan marah Marianne. Kau justru terlihat semakin menggemaskan saat marah seperti itu," ucap Leon pelan     

"Sudahlah Leon, aku tak mau bicara omong kosong denganmu. Karena tujuan utama kita sudah selesai maka lebih baik kita segera tinggalkan tempat ini, aku yakin masih banyak orang yang akan memakai tempat ini," sahut Anne ketus sambil memasukkan surat kontrak yang sudah ia tandatangani ke dalam tasnya.     

"Kau sudah mau pergi?"tanya Leon kaget.     

Senyum tajam Anne tersungging saat ia merespon pertanyaan dari Leon, walaupun sebenarnya Leon masih ingin berlama-lama dengan Anne namun ia akhirnya menyetujui permintaan Anne. Ia tak mau membuat Anne marah padanya, karena itu ia mengiyakan permintaan Anne untuk meninggalkan restoran. Anne berjalan dibelakang Leon dengan menahan sakit luar biasa di kaki kirinya, ia berjalan dengan perlahan saat menapakkan kaki kirinya. Anne memilih kesakitan seperti itu ketimbang dibantu Leon berjalan.     

"Baiklah kalau begitu kita berpisah disini atau…"     

"Pulanglah, istrimu menunggu di rumah. Aku tak mau dia marah padaku, aku tak mau ia merasakan apa yang aku rasakan dulu," sahut Anne dengan cepat menyindir Leon.     

"Marianne aku…"     

"Pulanglah Leon, aku bisa pulang sendiri," ucap Anne dengan cepat memotong perkataan Leon kembali.     

Leon akhirnya pergi meninggalkan restoran dimana Anne masih duduk di sebuah tempat yang dipergunakan untuk menunggu taksi, Anne sengaja mengatakan kalau dirinya naik taksi karena tak mau Leon mengetahui mobilnya.     

"Taksi kemana nona?"tanya seorang petugas valet ramah pada Anne.     

"Sebenarnya aku membawa mobil aku hanya ingin duduk sebentar di sini,"jawab Anne ramah.     

"Oh begitu, ya sudah kalau begitu saya permisi,"pamit sang petugas valet.     

Setelah sang petugas valet pergi Anne lalu berjalan menuju mobilnya dengan susah payah, kedua matanya bahkan sampai berkaca-kaca karena menahan sakit. Anne lalu mengendarai mobilnya menuju rumah sakit, ia yakin kalau kakinya pasti terluka. Beruntung mobil Anne adalah jenis matic sehingga ia tak banyak bermain kaki ketika mengendarai mobilnya.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.