I'LL Teach You Marianne

Vanilla Scent



Vanilla Scent

0Dengan hati-hati Alice menyeka tubuh Anne dikamar mandi, beruntung ia membawa semua peralatan mandi Anne. Jadi ia tak kesulitan sama sekali ketika membantu mandi Anne seperti saat ini.     
0

"Aku belum pernah melihat wanita secantik anda nona,"ucap Alice pelan memuji Anne dengan jujur.     

"Semua wanita cantik Alice, kau juga cantik,"jawab Anne pelan sambil tersenyum.     

"Aku serius nona, tubuh anda sangat indah. Kulit anda lembut sekali, kalau boleh saya tanya apa ibu anda dari asia?"tanya Alice penasaran.     

"Sejujurnya aku tak tau banyak tentang ibuku, ibuku meninggal saat aku masih kecil. Yang aku ingat ibuku memiliki rambut hitam lebat seperti orang asia pada umunya begitu juga dengan kulitnya dan kedua mata ibuku warnanya aneh, tak seperti kebanyakan orang. Kedua matanya memiliki campuran biru-hijau dan membuatnya terlihat sangat cantik dan mengerikan di saat yang sama, banyak tetangga kami dulu yang menyebut ibuku keturunan penyihir karena warna matanya itu,"jawab Anne pelan sambil membayangkan wajah sang ibu yang sangat cantik.     

"Benarkah? Itu namanya iri nona, orang iri pasti akan membenci orang lain yang dirasa lebih baik darinya. Entah itu dari harta, penampilan fisik atau kekuasaannya, jadi tak usah heran. Tapi aku yakin ibu anda pasti sangat cantik dulu,"ucap Alice dengan cepat.     

Mendengar perkataan Alice membuat Anne tersenyum, ia lalu meminta Alice untuk mengambilkan tasnya yang ada di dekat wastafel. Setelah tasnya ada dipangkuan Anne lalu mengeluarkan sebuah kotak kecil dari dalam tasnya yang ternyata adalah kotak tempat penyimpanan soflens, setelah membersihkan tangannya Anne lalu melepas softlens yang terpasang di kedua matanya dan menyimpannya kedalam kotak yang dipegang oleh Alice.     

"Nona kedua mata anda..."     

"Aku mewarisi warna mata ibuku atau yang disebut spektrum warna oleh orang kebanyakan,"ucap Anne pelan memotong perkataan Alice yang terkejut melihat warna kedua matanya.     

"Kenapa anda sembunyikan dengan menggunakan soflens nona? Kedua mata anda sangat indah," tanya Alice terpukau dengan sperktrum warna di kedua mata Anne.     

"Karena aku tak mau disebut penyihir, begitu menyadari kalau aku memiliki warna mata yang sama dengan ibuku aku mulai menggunakan kacamata dari kecil karena orang tuaku tak memiliki uang yang cukup banyak untuk membeli soflens. Dan setiap ada disekolah akupun selalu menunduk dan menghindari kontak mata dengan siapapun meski aku sudah memakai kacamata, hal itu semata-mata aku lakukan karena tak mau disebut penyihir seperti ibuku. Karena itulah setalah aku bisa mempunyai uang sendiri aku memilih memakai soflens yang memiliki warna seperti kebanyakan warna mata orang eropa," jawab Anne panjang lebar menjelaskan alasannya menyembunyikan warna mata biru-hijaunya pada Alice.     

"Ayolah nona, kita hidup dijaman modern sekarang. Dimana orang-orang tak akan memperdulikan warna mata seseorang, mereka justru berlomba-lomba melakukan banyak hal untuk membuat penampilannya semenarik mungkin termasuk menggunakan soflens beraneka warna. Jadi anda jangan lagi gunakan sorlens lagi nona, bukankah bahaya menggunakan soflens dalam waktu berjam-jam seperti itu?"tanya Alice kembali.     

"Tidak, soflensku aman. Aku berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter mata, jadi soflens ini aman dipakai,"jawab Anne pelan sambil menatap kotak soflensnya yang dipegang Alice.     

"Tetap saja nona, itukan benda asing bukan asli dari tubuh manusia. Walaupun dalam pengawasan dokter sekalipun tak baik dipakai berlama-lama di tubuh kita apalagi dimata,"ucap Alice dengan suara meninggi.     

"Iya Alice, aku juga sudah mulai mengurangi penggunaannya. Setiap malam pasti aku lepas jadi kau tak usah..."     

"Nonaaaa...setiap malam memang harus dilepas, tak baik menggunakan soflens jika tidur,"pekik Alice kembali.     

Melihat Alice marah membuat Anne tertawa, ia tak menyangka akan menemukan seorang teman yang asik seperti Linda di sekitar Jack. Karena hari sudah malam Alice pun memilih untuk mempercepat gerakannya, setelah membasahi tubuh Anne dengan handuk basah Alice dengan telaten membasuh tubuh Anne menggunakan body wash kesukaan Anne yang beraroma Vanilla. Setelah hampir tiga puluh menit Anne pun sudah selesai mandi, Alice benar-benar telaten membantunya mandi. Walau agak kesulitan karena Anne duduk di kursi roda, namun Alice tak mengeluh sama sekali saat membantu Anne mandi. Karena kaki Anne sakit Alice memilihkan kimono model dress untuk Anne agar ia tak kesulitan jika ingin ke kemar mandi, walupun awalnya menolak namun Anne akhirnya memakainya. Anne tak tau bagaimana bisa Alice membawa baju tidur itu, padahal di lemarinya lebih banyak piyama tidur yang lebih lucu ketimbang baju tidur seksi yang sedang ia pakai saat ini.     

"Kau cantik dan harum sekali nona,"bisik Alice pelan menggoda Anne ketika bersiap mendorong Anne keluar dari kamar mandi.     

"Jangan mulai Alice,"sahut Anne ketus sambil berupaya menutup pahanya menggunakan jubah kimononya.     

"Aku serius, Tuan pasti sangat senang sekali dan..."     

"Alice!!!"     

"Ok, ampun. Aku akan menutup mulutku sekarang,"jawab Alice terkekeh.     

Anne yang tak berdaya hanya bisa pasrah menjadi bahan bullyan Alice yang menggodanya sejak pertama ia memakai baju tidurnya, Anne masih tak habis pikir bagaimana Alice bisa punya ide membawakan ia baju tidur model kimono ke rumah Jack. Padahal jelas-jelas baju tidur jenis kimono itu sangat identik dengan kesan seksi, meskipun baju tidur yang dipakai Anne saat ini tidak terlalu terbuka namun tetap saja ia tak nyaman jika Jack melihatnya memakai baju itu.     

Ketika pintu kamar mandinya terbuka dari dalam Jack yang sejak tadi berdiri tak tenang langsung mematung seketika saat melihat Anne, meskipun sudah mengenal Anne selama lebih dari dua tahun namun baru kali ini ia bisa melihat kaki jenjang Anne. Melihat Jack diam tanpa suara membuat Alice senang, keputusannya tadi memilih baju tidur model kimono untuk Anne tak salah.     

"Apa anda mau tetep di kursi roda atau saya bantu lagi naik ke..."     

"Biarkan aku Alice, aku yang akan membantu Anne ke ranjang,��sahut Jack pelan memotong perkataan Alice.     

"Baik Tuan, ya sudah karena tugas saya sudah selesai saya pamit undur diri Tuan. Saya tak mau mengganggu anda berdua,"ucap Alice dengan cepat sengaja memprovokasi Jack dan Anne.     

"Alice." Anne mendesis lirih, karena tak suka dengan perkataan Alice.     

"Good luck nona,"bisik Alice lirih tepat ditelinga Anne dengan cepat sambil menunduk lalu berjalan dengan cepat menuju pintu keluar meninggalkan Anne dan Jack berdua.     

Wajah Anne memerah mendengar perkatan Alice, ia merasa sangat tak tenang berdua saja dengan Jack didalam kamar dengan posisi sedang tak berdaya seperti saat ini. Begitujuga dengan Jack, ia juga terlihat gugup. Padahal selama ini ia tak pernah mengalami hal seperti ini saat sedang berdua dengan seorang wanita manapun.     

"A-aku keluar sebentar untuk berbicara dengan Erick dan Alice,"ucap Jack pelan.     

"Iya, eh bukan maksudnya tunggu. Bantu aku naik ke ranjang dulu, aku mau berbaring di ranjang,"jawab Anne gugup, ia memilih untuk naik ke ranjang supaya bisa menutupi bagian kakinya yang terekspos.     

Jack menganggukan kepalanya perlahan merespon perkataan Anne, ia lalu mendekati Anne dan mendorong kursi roda Anne menuju ranjang besarnya. Setelah membuka selimut yang terpasang di ranjang dengan rapi, Jack lalu beralih ke Anne. Dengan hati-hati Jack mengangkat tubuh Anne menuju ranjang, ia tak mau kaki kiri Anne kembali terbentur. Setelah Anne berbaring di ranjang Jack lalu menyelimuti tubuh Anne dengan perlahan.     

"Ok, aku keluar ya. Kau bisa tidur lebih dulu jika mengantuk," ucap Anne pelan.     

"K-kau tak akan tidur disini kan?"tanya Anne terbata.     

"Tentu saja tidak, aku tak mau membuat kakimu makin parah. Kau harus cepat sembuh,"jawab Jack asal bicara.     

"Baiklah kalau begitu, aku bisa tidur dengan nyaman,"celetuk Anne penuh syukur dengan suara yang hampir tak terdengar.     

"Apa Anne? Kau bicara apa?"tanya Jack dengan cepat.     

"Hmm tidak, aku tak bilang apa-apa. Aku hanya mengucapkan terima kasih padamu Jack,"jawab Anne berbohong.     

"Ini bukan apa-apa Anne, ya sudah tidurlah,"ucap Jack pelan.     

Anne menganggukkan kepalanya perlahan sambil tersenyum, tak lama kemudian ia mulai memejamkan kedua matanya. Anne memilih untuk tidur supaya tak rasa nyeri dikakinya berkurang, setelah Anne memejamkan kedua matanya Jack lalu keluar dari kamarnya untuk menemui Erick dan Alice yang masih menunggunya. Alice yang sedang tak tenang langsung bersiap ketika melihat Jack keluar dari kamar besarnya, begitu juga dengan Erick yang langsung memasukkan ponselnya kedalam baju.     

"Good job, kalian berdua pulanglah. Hari ini kalian sudah bekerja keras,"ucap Jack pelan ketika sudah berada didepan Alice dan Erick.     

"Pu-pulang Tuan? Lalu besok?"tanya Alice tergagap.     

"Ya besok masuk kerja lagi, memangnya kau mau bekerja lagi semalam ini?"tanya balik Jack.     

"Tidak Tuan, saya mau pulang. Besok baru kembali bekerja,"jawab Alice dengan suara keras penuh semangat.     

"Ya sudah Tuan, kami permisi. Selamat beristirahat,"ucap Erick dengan cepat, ia tak mau Jack menyadari sikap aneh Alice.     

"Terima kasih atas kerja kerasnya hari ini Erick, hati-hati dijalan." Jack menjawab pelan perkataan Erick.     

"Siap Tuan,"jawab Erick kembali, setelah berkata seperti itu Erick pun pergi meninggalkan Jack bersama Alice yang senang karena tak dipecat oleh Jack.     

Setelah Erick dan Alice pergi Jack melipat kedua lengan kemeja putihnya, ia sangat tak tenang dengan keberadaan Anne diatas ranjangnya. Karena sudah lelah Jack pun memilih berdamai dengan dirinya, ia masuk kembali ke dalam kamarnya untuk mandi air hangat seperti hari-hari biasanya. Namun begitu masuk kamar dan kembali mencium aroma vanilla dari tubuh Anne darahnya berdesir.     

"Sepertinya mandi air dingin adalah pilihan paling aman saat ini,"ucap Jack lirih.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.