I'LL Teach You Marianne

Akal licik the Henderson



Akal licik the Henderson

Jack berbicara panjang lebar dengan Susan sepanjang perjalanan menuju ke kantornya, ia memberikan pesan kepada pelayan barunya itu untuk melayani Anne dengan sebaik-baiknya. Meskipun ia tak bisa bicara dengan Anne karena Anne sedang tidur, Jack cukup puas ketika melihat Anne terbaring diatas ranjangnya.     

"Oh ya Alice, apa kau mau bekerja dengan pakaian seperti ini?"Jack bertanya pelan pada sang sekertaris ketika mobil yang membawanya sudah sampai di area parkir Muller Finance internasional.      

Dengan penuh percaya diri Alice berucap, "Aku mempunyai pakaian ganti di mejaku Tuan". Beruntung ia mendengarkan saran yang diberikan oleh Erick sebelumnya untuk selalu memiliki pakaian ganti di kantor, sehingga dalam saat-saat mendesak seperti ini ia tak mendapat masalah     

"Bagus, ini namanya sekertaris yang dapat diandalkan,"puji Jack tulus sembari memasukkan ponselnya ke dalam saku bajunya, ia sudah merasa cukup puas mengetahui kondisi Anne saat ini.     

Pujian dari Jack membuat Alice tersenyum, begitu pula dengan Erick. Erick senang karena Alice mengikuti saran yang sudah ia berikan sebelumnya, tak lama kemudian mereka pun turun dari mobil mengikuti sang Tuan. Namun baru saja akan melangkah menuju kantor langkah ketiganya terhenti saat melihat Henderson bersaudara sudah berdiri di hadapan mereka, sepertinya Henderson bersaudara itu memang sengaja berdiri di depan kantor Muller Finance Internasional menunggu datangnya Jack sang CEO.     

"Bagaimana ini Erick,"bisik Alice lirih.     

"Tunggu perintah dari Tuan,"jawab Erick singkat.     

"Ok aku mengerti,"ucap Alice pelan sambil berjalan mundur dan berdiri di sebelah Erick, kedua pegawai kepercayaan Jack terlihat tak senang dengan keberadaan Marissa dan Kimberly Henderson yang berdiri dihadapannya saat ini.     

Melihat pria yang ditunggu sudah berdiri didepan mata Marissa Henderson tersenyum, hari ini ia sengaja tak berpakaian mewah dan make up-nya pun dibuat sederhana. Ia ingin merubah image nya di depan Jack menjadi seorang gadis baik-baik, ia bahkan rela mengganti tas mahalnya dengan tas ransel sederhana yang tak begitu mahal demi mencari simpati seorang Jackson Patrick Muller sang casanova baru di London.     

"Security…."     

"Tunggu Tuan jangan panggil security, aku hanya membutuhkan waktumu sekitar dua menit saja untuk bicara. Setelah itu aku dan adikku akan pergi dengan sukarela tanpa harus diseret oleh security, seperti terakhir kalinya,"pekik Marissa dengan cepat memotong perkataan Jack seraya menunjukkan kirinya yang terbalut oleh perban, ia ingin menunjukkan lukanya pada Jack atas perlakuan para security-nya beberapa hari yang lalu pada dirinya.     

"Kalian berdua masuklah dulu,"ucap Jack pelan memerintahkan Erick dan Alice masuk ke kantor.      

"Anda yakin Tuan?"tanya Erick tak percaya.     

"Iya, aku harus menyambut kedatangan dua tamu ke ini terlebih dahulu dengan ramah,"jawab Jack lirih tanpa mengalihkan pandangannya dari Marissa dan Kimberly Henderson sudah berdiri dua meter di hadapannya.     

Tanpa diperintah dua kali Erick dan Alice akhirnya masuk ke dalam kantor terlebih dahulu sesuai dengan perintah yang diberikan oleh Jack, mereka berdua berjalan dengan santai melewati Marissa dan Kimberly Henderson tanpa bicara apa-apa.      

"Aku yakin kalian berdua pasti memiliki tujuan khusus datang sepagi ini ke kantorku, sekarang cepat katakan apa tujuan kalian datang menemuiku hari ini?"tanya Jack tanpa basa basi pada Marissa dan Kimberly begitu Erick dan Alice masuk ke dalam kantor.      

Brukk     

Alih-alih menjawab pertanyaan dari Jack, Marissa dan Kimberly justru berlutut di hadapan Jack sambil menundukkan kepala.     

"Apa yang kalian lakukan!!!"hardik Jack dengan keras, ia terkejut dan tak percaya melihat Henderson bersaudara berlutut padanya.      

"Tolong, tolong kami Tuan Muller. Hanya anda satu-satunya tempat untuk kami mintai tolong saat ini Tuan." Marissa dan Kimberly bicara bersamaan dengan kompak tanpa mengangkat wajah mereka.     

"Minta tolong, apa maksud kalian?"tanya Jack bingung.      

"Perusahaan ayah kami dinyatakan bangkrut Tuan dan saat ini kami sedang kesulitan dana untuk mempertahankan perusahaan, oleh karena itu kami berdua sebagai anak datang kemari memohon kepada anda sebagai relasi bisnis agar anda mau membantu perusahaan kami," jawab Marissa memelas iba.     

Jack mengangkat satu alisnya dan berkata, "Bangkrut? Benarkah? Kenapa aku tak mendengar apa-apa soal ini, kalian berdua jangan berusaha membodohi aku. Aku bukanlah orang bodoh yang dapat kalian tipu dengan trik seperti ini."     

"Kalau anda tak percaya, anda bisa melihat internet untuk berita bisnis hari ini Tuan. Ayah kami sudah berikan klarifikasinya tadi malam mengenai hal ini, meskipun tadi malam ia mengatakan kalau perusahaan keluarga kami baik-baik saja dan akan bertahan. Akan tetapi nyatanya kami harus mengalami kebangkrutan pagi ini karena para pemegang saham menarik saham mereka dari perusahaan Tuan." Kimberly Henderson sang anak bungsu dari Romeo Henderson ikut bicara mencoba untuk menyakinkan Jack.     

Karena masih menyangsikan kebenaran perkataan Henderson bersaudara yang ada di hadapannya, Jack kemudian meraih ponselnya dan mencoba untuk mencari tau kebenaran mengenai berita ini. Ia harus memastikan sendiri apakah perusahaan Romeo Henderson benar-benar bangkrut atau tidak, pasalnya perusahaan keluarga Henderson adalah sebuah perusahaan yang cukup ternama dengan hasil produk mereka berupa tas wanita yang terbuat dari kulit buaya. Dan tas sejenis itu sedang digandrungi oleh hampir seluruh wanita yang ada di dunia ini, maka dari itu Jack tidak percaya dengan perkataan Marissa. Saat Jack mencari informasi di internet mengenai kebenaran perkataan Marissa dan Kimberly Henderson, ia tersentak kaget saat mengetahui bahwa perusahaan penghasil tas berbahan kulit buaya itu dinyatakan bangkrut paska para pemegang saham merasa menarik sahamnya setelah merasa tak mendapatkan keuntungan yang diharapkan. Karena tas yang diproduksi oleh perusahaan Henderson dianggap gagal bersaing dengan tas sejenis yang berasal dari Paris, oleh karena itu mereka berbondong-bondong menarik saham dari perusahaan Romeo Henderson yang mengakibatkan perusahaan itu kolep dalam waktu semalam.      

"Tolong perusahaan keluarga kami Tuan, biarkan aku berguna sebagai anak sekali ini saja."     

"Iya Tuan Muller, tolong perusahaan keluarga kami. Aku benar-benar tak tega melihat ayahku seperti itu, ia sangat depresi karena ini Tuan. Tolong kasihanilah keluarga kami, saya juga minta maaf atas sikap saya yang tak sopan pada anda sebelumnya."     

Marissa dan Kimberly memohon belas kasih pada Jack secara bersahutan, mereka berdua terlihat seperti anak yang sangat berbakti pada orang tua karena berani pertaruhkan harga dirinya demi perusahaan keluarga. Dan hal ini buat Jack sedikit tersentuh, pasalnya ia tau siapa Marissa dan Kimberly Henderson.      

"Bangunlah, jangan berlutut seperti ini. Tak nyaman dilihat orang, aku bukanlah orang arogan yang gila hormat. Masuklah ke kantorku, kita bicarakan di dalam,"ucap Jack pelan.     

Marissa yang berlutut di samping Kimberly sang adik terlihat menyentuh tangan adiknya dengan perlahan sebagai kode, Kimberly yang paham pun langsung menyunggingkan senyum. Ia senang karena rencana yang mereka buat tadi malam berhasil.      

"Kalau dalam waktu satu menit lagi kalian masih berlutut di situ, jangan salahkan aku kalau tidak akan membantu kalian,"hardik Jack dengan keras sambil menoleh ke arah Marissa dan Kimberly yang masih berlutut di tempatnya.     

Mendengar perkataan Jack langsung membuat kakak beradik itu bangun bersamaan, karena terlalu bersemangat beli hampir jatuh terjerembab namun karena Marissa sigap akhirnya gadis itu tak jadi menyentuh aspal yang keras. Melihat sikap Kimberly membuat Jack menyunggingkan senyum sinis, ia tak percaya melihat ada wanita ceroboh itu. Karena tak ingin berlama-lama Jack akhirnya langsung masuk ke dalam kantornya, dua orang security yang berjaga di pintu masuk langsung memberikan hormat kepada Jack. Namun begitu Kimberly dan Marissa lewat keduanya hanya bersikap biasa saja, pasalnya mereka tau siapa dia wanita yang sedang mengikuti tuannya itu.      

"Security sialan, pekerja rendahan. Lihat saja kalian ya, setelah aku menjadi nyonya Muller kalian berdua akan kutendang dari kantor ini." Marissa membatin, mengutuk tindakan dua security yang tak hormat pada dirinya.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.