I'LL Teach You Marianne

Tak sabar



Tak sabar

0Daniel yang tadi malam tak ikut ke bar sudah menunggu Aaron cukup lama di depan kamar tempat Aaron menginap sejak jam tujuh pagi, ia duduk di sebuah sofa yang ada dekat jendela besar sambil bermain game di ponselnya. Aaron yang tadi pagi langsung tidur saat kembali dari bar jam sembilan pagi sudah bangun, ia pun langsung membersihkan tubuhnya di kamar mandi saat membaca pesan dari Daniel yang mengatakan kalau ia sudah membawakannya baju ganti.      
0

"Kau memang pegawai teladan Daniel," ucap Aaron pelan saat keluar mengambil baju ganti yang dibawakan Daniel.     

"Basi, tak usah memujiku. Cepat mandi, aku lapar," sahut Daniel ketus.     

"Kau belum makan?" tanya Aaron tanpa rasa bersalah.     

"Menurutmu bagaimana aku bisa makan tuan, aku sudah datang dari pagi dan duduk di depan kamarmu ini sejak pagi tanpa pergi. Lalu bagaimana aku bisa makan?" tanya balik Daniel dengan suara meninggi.     

Aaron tersenyum mendengar perkataan Daniel, ketika akan masuk lagi ke dalam kamar tiba-tiba ia menghentikan langkahnya dan melihat ke arah pintu kamar Jack yang masih tertutup rapat.     

"Sejak aku datang dia belum membuka pintu sekalipun," ucap Daniel santai tanpa rasa bersalah sambil bermain game kembali, ia seolah tau apa yang ada dalam pikiran Aaron.     

"I see, biarkan saja dia. Tunggu aku mandi lalu kita turun makan bersama," jawab Aaron sambil menutup pintu kamarnya untuk bergegas mandi.     

Daniel hanya mengacungkan ibu jarinya merespon perkataan Aaron, ia kemudian melanjutkan permainannya kembali. Daniel datang ke hotel setelah membaca pesan yang dikirimkan oleh Aaron tadi malam, yang mengatakan bahwa ia akan menginap di hotel bersama Jack setelah pulang dari bar untuk minum. Oleh karena itu pagi-pagi sekali ia sudah datang ke rumah Aaron untuk mengambil baju ganti untuk sang tuan, lalu membawanya ke hotel tanpa diperintah oleh Aaron.     

Tiga puluh menit kemudian Aaron terlihat sudah selesai mandi dan berganti pakaian bersih yang dibawakan oleh Daniel, ia lalu keluar dari kamar hotelnya dengan membawa satu kantung goody bag berisi pakaian kotor yang akhirnya dibawakan oleh Daniel. Mereka berdua lalu berjalan menuju restoran untuk makan bersama tanpa menunggu Jack bangun, Aaron sudah mengirimkan pesan kepada Jack kalau ia akan kembali ke kantor terlebih dahulu karena ada meeting yang harus dihadiri olehnya.      

"Apa hari ini anda ingin pergi ke kampus nona Anne lagi Tuan?" tanya Daniel pelan membuka percakapan saat mereka sudah ada di restoran.      

"Kita langsung ke kantor Daniel, aku tak ada waktu untuk pergi ke kampusnya lagipula sekarang aku sudah tau dimana ia berada. Jadi kedepannya aku bisa datang kapan saja jika ingin menemuinya, namun kali ini kita harus segera menyelesaikan urusan di kantor Daniel," jawab Aaron sambil tersenyum, mendengar nama Anne disebut membuatnya senang.     

"Baik saya mengerti tuan," ucap Daniel singkat sambil memasukkan potongan daging ke mulutnya.      

Senyum Aaron masih tersungging saat Daniel membicarakan hal penting lainnya, ia semakin tak sabar untuk bertemu dengan Anne. Tanpa Daniel tau rupanya Aaron sudah mendapatkan alamat tempat tinggal Anne dari salah satu dosen yang ia hubungi dan Aaron sudah berniat ingin bertemu dengan Anne malam ini secara pribadi tanpa Daniel. Oleh karena itulah ia ingin secepatnya menyelesaikan semua urusannya dikantor hari ini, Aaron hanya memakan dua potong daging kalkun panggang saja untuk sarapan tapi entah mengapa ia sudah merasa kenyang.     

Setelah Daniel memasukkan potongan daging terakhirnya Aaron pun langsung bangun dari kursinya, ia lalu berjalan menuju pintu keluar hotel meninggalkan Daniel yang masih minum air untuk mendorong makanan yang baru saja ia telan. Dengan berlari-lari Daniel mengejar Aaron yang sudah sampai di depan mobil Range Rover miliknya yang sudah disiapkan oleh petugas vallet, tak lama kemudian mobil itu pun meninggalkan Hotel menuju Connery Corporation dengan kecepatan tinggi.     

Di dalam mobil Aaron mengalihkan pandangannya dari ponsel yang berisi pesan dari Tuan Tobias salah satu dosen di UAL yang sudah menentukannya alamat apartemen Anne yang ternyata tak jauh dari tempat tinggalnya, Aaron benar-benar tak sabar untuk bertemu dengan Anne. Padahal ia tak punya hubungan apapun dengan Anne, namun entah mengapa ia sangat bersemangat sekali ingin bertemu dengan gadis yang sudah membuatnya tak tenang selama beberapa bulan terakhir ini. Dari kursinya Daniel bisa melihat dengan jelas kalau Aaron sedang tersenyum sendiri sejak tadi melalui kaca spion, ia hanya bisa diam dan tak mau mengganggu kesenangan tuannya itu. Walaupun sebenarnya ia sangat penasaran sekali apa yang membuatnya tersenyum sendiri seperti itu sejak meninggalkan hotel,namun karena takut Aaron akan marah Daniel memilih mengunci rapat bibirnya dan menahan rasa penasarannya.      

Kampus UAL     

Anne yang terjaga semalaman untuk mengerjakan tugas dari nyonya Martha nampak harus menggigit jari, pasalnya nyonya Martha mengatakan ia hanya ingin melihat kesungguhan Anne saja tanpa mau menerima tugas yang Anne buat. Alhasil paper lima rangkap yang sudah dibuat Anne sia-sia saja, dengan langkah lemas karena masih mengantuk Anne berjalan menuju ruang kelasnya dengan membawa tas berisi paper lima rangkap yang tak berguna.     

"Anne tunggu!!!" pekik Linda dengan keras dari arah belakang.     

Mendengar namanya dipanggil Anne menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah sumber suara, senyumnya mengembang saat melihat Linda berlari mendekatinya.     

"Jangan lari-lari nanti kau jatuh tak lucu Linda," ucap Anne pelan sambil tersenyum.     

"A-aku harus lari untuk mengejarmu, langkah kakimu seperti kanguru cepat sekali," jawab Linda dengan terengah-engah.     

"Minum dulu, kau ini ada-ada saja," sahut Anne menahan tawa seraya menyerahkan satu botol air mineral miliknya yang baru ia ambil dari dalam tas.     

Tanpa bicara Linda langsung meraih botol air yang diberikan oleh Anne dan langsung menenggak isinya dengan cepat sampai terbatuk-batuk sehingga membuat Anne kesal, ia lalu menepuk-nepuk punggung Linda.      

"Kau ini seperti anak kecil saja Linda, bisa-bisanya minum air putih tersedak," ucap Anne untuk yang kesekian kalinya sambil terus menepuk punggung Linda.     

"M-maaf.."     

"Dasar kau ini," sahut Anne dengan cepat memotong perkataan Linda.     

Linda hanya terkekeh melihat Anne marah-marah, ia kemudian meminum sedikit air lagi untuk meredakan tenggorokannya yang masih terasa kering.      

"Terima kasih," ucap Linda pelan sambil mengembalikan botol minum milik Anne.     

"Kau pegang saja," jawab Anne singkat sambil berjalan menuju ruang kelasnya lagi.     

"Barang bawaanmu banyak sekali Anne, apa tugasmu sudah diberikan ke nyonya Martha?" tanya Linda penasaran.     

Disinggung mengenai tugas yang diberikan oleh nyonya Martha membuat Anne langsung berhenti berjalan, ia kemudian menoleh ke arah Linda dengan tatapan penuh kekesalan.      

"Ada apa lagi?" tanya Linda bingung saat melihat ekspresi Anne yang terlihat akan marah itu.     

"Nyonya Martha tak mau menerima tugasku Linda, ia bilang hanya ingin melihat kesungguhanku saja. Bukankah itu menyebalkan, ia tak menghargai usahaku yang terjaga sampai jam empat pagi untuk paper ini Linda" jawab Anne lirih dengan mata berkaca-kaca, Anne merasa sedang dipermainkan oleh sang dosen.     

"Heiii jangan menangis, nanti ada yang melihat. Nanti dikira aku yang jahat padamu, ya sudah ayo kita ke kelas saja," ucap Linda panik saat melihat Anne hampir meneteskan air mata.     

Anne menganggukkan kepalanya perlahan sambil melangkahkan kakinya menuju ruang kelas, namun karena barang bawaannya terlalu banyak langkah Anne sedikit lambat. Karena tidak sabar melihat cara berjalan Anne yang lambat akhirnya Linda menarik tangan Anne dan mempercepat langkah kakinya menuju ruang kelas, karena jam kuliah baru akan dimulai tiga puluh menit lagi suasana kelas masih sedikit sepi. Karena sudah gak sabar Linda akhirnya memaksa Anne untuk bercerita, setelah menenangkan diri Anne akhirnya mulai menceritakan apa yang membuatnya kesal.     

"Aku mencari majalah itu hampir seharian Linda, belum lagi mengerjakannya tadi malam. Aku tidur jam empat pagi demi paper ini, tapi saat aku mau menyerahkannya tadi pagi nyonya Martha tak mau menerimanya hiks..kalau memang dari awal ia ingin menghukumku seharusnya tak begini caranya kan...aku sedih usahaku tak dihargai sama sekali. Setidaknya kalau memang ia ingin menghukumku bilang saja supaya aku tak berharap hiks hikss..aku bukan bukan butuh pujian Linda aku hanya ingin usahaku dihargai sedikit saja..apa susahnya menghargai usahaku huhuhu.."      

Tangis Anne terdengar pilu menyayat hati yang mendengar, Linda terlihat bingung mau bicara apa. Pasalnya kalau ada di posisi Anne ia juga pasti akan seputus asa ini. Perlahan Linda menepuk-nepuk pundak Anne untuk memberikan dukungan pada temannya itu, ia merasa sedikit bersalah pada Anne karenanya Anne mendapat hukuman seperti ini.     

Di jendela belakang tepat di belakang Anne dan Linda berdiri seorang pria yang masih menggunakan masker dan memakai berjaket kulit mendengar pembicaraan mereka berdua dari awal, ditangan pria itu tergantung helm warna hitam yang cukup berat.     

"Rupanya caraku salah sudah melarang nyonya Martha tak menerima tugas dari Anne," ucapnya dalam hati, liontin huruf E terlihat jelas menyembul di balik jaket kulit mahalnya.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.