I'LL Teach You Marianne

Still Virgin



Still Virgin

0Anne yang sedang tidur dibawah lilitan selimut akhirnya terbangun saat merasakan kram di perut bawahnya, dengan tertatih Anne turun dari tempat tidurnya menuju lantai satu sambil terus memegangi perutnya yang tak bisa diajak kompromi. Anne tak menyadari kalau di celana tidurnya sudah terlihat jelas noda warna merah yang berasal dari darah menstruasinya yang datang lebih awal satu minggu.      
0

"Tuhaaann, bodohnya kau Anne!!!!"      

Anne menjerit dengan keras saat menyadari kalau darah menstruasinya sudah mengotori celana tidurnya, dengan cepat ia menyambar handuk bersih yang tergantung di kamar mandi dan berlari menuju tempat tidurnya yang ada di lantai dua. Wajahnya seketika memerah saat melihat seprai warna putih kesayangannya sudah memiliki beberapa bercak noda darah, dengan menahan kesal Anne membongkar seprainya dan meletakkannya di laundry bag.      

"Kenapa aku sebodoh ini, bisa-bisanya tidur sepulas itu dan tak menyadari kalau datang bulan," gerutu Anne dalam hati merutuki kebodohannya sambil membawa laundry bag yang berisi seprai, sarung bantal dan bed cover yang berat itu turun ke lantai satu.      

Setelah meletakkan laundry bag di dekat pintu Anne kemudian memutuskan untuk mandi, ia harus segera membersihkan dirinya dari noda darah menstruasi yang mengotori tubuhnya. 30 menit kemudian Anne sudah memakai baju bersih, sudah merapikan dirinya, sudah mencuci pakaiannya yang terkena noda darah dan sudah siap berangkat ke kampus.      

Pandangannya menyipit saat melihat laundry bag miliknya yang berisi seprai dan bedcover yang sangat berat, ia kini harus pergi ke laundry koin untuk mencuci seprainya itu sendiri. Setelah menggendong tas ranselnya Anne lalu menjinjing laundry bag miliknya dan membawanya keluar dari kamarnya, saat ada di lift beberapa penghuni apartemen yang lain sempat menawarkan bantuan untuk membawakan laundry bag miliknya itu namun Anne menolak dengan halus. Ia tak mau orang-orang mencium darah menstruasinya yang tercetak di seprainya itu, walaupun sebenarnya laundry bag itu sangat berat namun Anne memilih membawanya sendiri.      

Akhirnya setelah berjuang cukup keras Anne pun sampai di mobilnya, ia lalu meletakkan laundry bag miliknya ke dalam bagasi dan mulai memanaskan mobil untuk segera bersiap pergi menuju ke laundry koin yang yang selama ini menjadi pilihannya untuk mencuci semua pakaiannya. Setelah mengendarai mobilnya selama hampir 10 menit Anne akhirnya tiba di tempat yang ia tuju, tanpa membuang waktu Anne langsung berjalan menuju kasir untuk membeli koin yang akan ia gunakan untuk membeli koin yang akan dimasukkan ke dalam mesin cuci. Laundry koin yang dikunjungi oleh Anne adalah sebuah tempat mencuci yang biasanya dikunjungi para mahasiswa atau pekerja yang tak mempunyai waktu, banyak mereka biasanya hanya akan membutuhkan waktu 30 menit sampai 45 menit untuk mencuci semua pakaiannya di tempat itu. Begitu pula dengan Anne, ia menggunakan dua mesin cuci besar yang iya sewa dengan harga 5 poundsterling yang sudah ditukar dengan koin khusus yang dimasukkan ke dalam mesin cuci besar itu.      

Karena spreinya memiliki noda darah Anne memilih untuk mencuci tanpa menggunakan deterjen terlebih dahulu, ia hanya memutar mesin cucinya yang berisi sprei dan teman-temannya menggunakan air biasa dalam waktu 2 menit. Setelah merasa noda darah yang berada di spreinya menghilang, Anne lalu menggunakan deterjen khusus yang sudah tersedia di tiap mesin cuci. Karena hari masih cukup pagi Anne memiliki banyak waktu untuk lebih bersantai, sembari menunggu spreinya selesai dicuci Anne pergi ke kasir untuk membeli beberapa makanan untuk pengganjal perutnya.      

"Ada angin apa nona sepagi ini sudah datang ke tempat laundry?" tanya nyonya Delila sang pemilik laundry koin yang merangkap menjadi kasir itu bertanya ramah pada Anne yang sudah ia kenal.     

"Angin puyuh nyonya, aku tak tau kalau datang bulan. Alhasil seprai yang baru aku ganti itu kemarin pagi harus di cuci," jawab Anne pelan sambil menikmati sepotong waffle yang ada dihadapannya.     

"Hahahaha ternyata karena itu, wajar itu nona. Tapi ini belum ada apa-apanya Anne, saat kau menikah nanti mungkin kau harus mencuci sepraimu setiap dua hari sekali," ucap nyonya Riley sang penjual makanan ikut bicara menggoda Anne.      

"Iya, yang dikatakan Riley benar Anne. Jadi mungkin kau harus memiliki mesin cuci sendiri nantinya," imbuh nyonya Delila menimpali perkataan nyonya Riley sambil tersenyum.     

"Kenapa harus di cuci dua hari sekali nyonya?" tanya Anne bingung, ia masih belum mengerti dengan arah pembicaraan kedua wanita separuh baya yang ada dihadapannya itu.     

"Karena setiap malam aku yakin suamimu pasti tidak akan melepaskan wanita secantik dirimu untuk turun dari ranjang, jadi bersiaplah kalau nanti sepraimu memiliki banyak noda indah dari cairan cinta kalian," jawab nyonya Riley dengan cepat sambil tertawa lebar.     

Mendengar perkataan Nyonya Riley membuat Nyonya Delila tertawa terbahak-bahak, mereka berdua sangat senang sekali menggoda Anne. Mereka yang sudah cukup akrab dengan Anne memang tak sungkan membahas hal yang berbau dewasa seperti itu dengan Anne yang masih single, wajah Anne memerah mendengar perkataan nyonya Riley. Ia bahkan sampai tak jadi mengunyah waffle yang sudah ia potong.     

"Nyonya, awas ada yang dengar," ucap Anne ketus sambil menutup bibirnya menggunakan satu jarinya.     

"Tenang darling, kau adalah pelanggan pertama di tempat ini jadi aman," jawab nyonya Delila pelan berusaha menahan tawanya.      

"Tetap saja hati-hati nyonya, lagipula kenapa sepagi ini harus membahas hal seperti itu," sahut Anne ketus sambil memasukkan potongan waffle kedalam mulutnya.     

"Darling, kau ini polos sekali. Wajar sebagai sesama wanita membahas hal seperti ini, sex education itu penting darling. Apalagi untuk wanita seperti kita, suatu saat jika kau sudah menikah semua pembahasan yang sering kami bagi ini denganmu pasti akan berguna," ucap nyonya Riley pelan sambil meraih dagu Anne yang duduk dihadapannya.     

Anne terdiam mendengar perkataan nyonya Riley, ia kembali mengingat pernikahannya yang hanya seumur jagung dengan Leon dua tahun yang lalu. Mungkin kalau saat itu Anne punya mentor yang mau membagi pengalaman dalam berumah tangga mungkin pernikahannya dengan Leon tak akan berakhir seperti ini, dan mungkin juga Steffi tak akan berhasil merebut posisinya sebagai wanita yang menghangatkan tempat tidur Leon. Mengingat hal itu membuat kedua mata Anne berkaca-kaca seketika dan membuat kedua wanita paruh baya yang ada dihadapannya kaget.     

"Anne kau kenapa menangis?" tanya nyonya Riley panik.     

"Apa cara bergurau kami keterlaluan?" nyonya Delila pun ikut kaget.     

"Darling…"     

"Aku sudah pernah menikah nyonya, namun pernikahanku hancur karena wanita penggoda yang kuanggap saudara sendiri," ucap Anne terbata memotong perkataan nyonya Riley.     

Brakkk     

Nampan yang sedang dipegang nyonya Delila jatuh ke lantai saat ia mendengar perkataan Anne yang mengerikan itu, ia menatap Anne tanpa berkedip seolah ingin memastikan apakah yang ia baru saja ia dengar itu benar terucap dari bibir tipis Anne.     

"Pernikahanku hanya berumur sepuluh bulan nyonya, di bulan kedua belas aku resmi menyandang status janda huhuhuhu," tangis Anne akhirnya pecah saat ia kembali mengingat tentang peristiwa perselingkuhan Leon dan Steffi yang membuatnya mempunyai luka yang besar di dalam hatinya.     

Nyonya Riley langsung keluar dari tempatnya, ia bergegas menuju pintu laundry yang terbuka lebar. Tanpa pikir panjang ia membalik tulisan OPEN menjadi CLOSE dan mengunci pintu kaca itu dari dalam, setelah itu kembali bergegas menuju meja kasir kembali dimana Anne dan nyonya Delila berada.      

"Darling ayo turun, kita bicara di bawah saja," ucap nyonya Riley pelan mengajak Anne turun dari kursinya dan bicara di balik meja kasir yang ternyata sudah terbentang kasur lantai yang cukup nyaman untuk duduk.      

Tanpa bicara Anne mengikuti ajakan nyonya Riley, ia masuk ke dalam meja kasir dan duduk di bawah bersama nyonya Delila yang sudah menunggunya dan nyonya Riley yang duduk tepat di hadapan Anne. Kedua wanita paruh baya itu yakin kalau gadis cantik yang ada dihadapan mereka itu sedang serius dan tak mengarang cerita palsu.     

"Kalau kau mau berbagi, kami siap mendengarkannya sayang," ucap nyonya Delila lembut sambil menyeka air mata Anne yang membasahi wajahnya.     

"Iya sayang, kami berdua siap mendengarnya," imbuh nyonya Riley tak kalah lembut.     

Anne menatap kedua wanita paruh baya yang berada dekat sekali dengannya itu dengan mata yang penuh air, sekali lagi ia meneteskan air matanya yang langsung membanjiri wajah polosnya yang tak tekena makeup.      

"Anne, kalau kau tak mau cerita kami tak memaksa sayang. Tapi kalau kau merasa lebih nyaman dan lega jika bercerita kami siap mendengarkan semuanya, mungkin setelah bercerita kau akan menjadi baik lagi sayang," ucap nyonya Delila pelan sambil menyeka air mata Anne menggunakan tissue.     

Setelah menarik nafas panjang dan menghembuskannya secara perlahan Anne kemudian menceritakan apa yang terjadi kepada dirinya 2 tahun yang lalu, saat ia bercerai dengan Leon karena sahabat baiknya Steffi. Anne bahkan menceritakan tentang hinaan yang dilontarkan oleh Leon kepada dirinya di saat malam pertama pernikahan mereka, bahkan adegan perselingkuhan yang dilakukan oleh Leon dan Steffi pun tak luput terlontar dari bibir tipis Anne yang tipis itu.     

Nyonya Riley dan nyonya Delila nampak menahan nafas saat mendengar cerita gadis cantik yang ada di hadapan mereka itu, mereka tak percaya kalau gadis yang yang sangat periang itu ternyata memiliki masa lalu yang sangat mengerikan sebagai seorang wanita. Mengalami kegagalan dalam rumah tangga bukanlah sebuah hal yang menyenangkan bagi setiap wanita manapun, apalagi jika kegagalan rumah tangga itu karena orang ketiga yang sangat dikenal dengan baik. Karena tak kuasa menahan diri, akhirnya Nyonya Delila memberikan pelukan hangat kepada Anne yang masih sesenggukan menceritakan nasib buruknya itu.      

"Stop sayang stop, aku tak kuat mendengarnya lagi," pinta nyonya Delila terisak.     

"Hiks hikss...aku tak tau caranya menghilangkan rasa sakit ini nyonya, mengingat kejadian mengerikan itu selalu membuatku sakit. Seolah kejadian itu baru terjadi kemarin," sahut Anne terbata-bata.     

"Jangan sayang, kau jangan menangis lagi. Kau adalah wanita kuat yang dijauhkan oleh manusia tak bermoral itu oleh Tuhan, jadi kau tak boleh menangis lagi sayang. Biarkan kedua penghianat itu hidup dalam kubangan lumpur, kau masih muda sayang, kau cantik, kau mandiri, kau pintar. Masa depanmu masih panjang, diluar sana masih banyak pria baik yang akan mengantri untuk mendapatkan cintamu," ucap nyonya Riley dengan cepat.     

"Contohlah aku sayang, Aku bodoh karena terus bertahan pada suamiku yang pemabuk dan penjudi itu sampai akhirnya aku tak memiliki apa-apa. Anak-anakku pun ikut dengannya, pada akhirnya aku menderita seorang diri di jalanan sampai akhirnya aku bertemu dengan Delila. Aku bodoh karena bertahan dalam rumah tangga yang tak sehat itu sampai akhirnya aku kehabisan waktu untuk hidup bahagia, aku tak bisa berbuat banyak saat usiaku sudah setua ini sayang. Tapi kau tidak, kau masih muda dan sangat cantik. Kau tak perlu meratapi para penghianat itu, levelmu jauh diatas mereka berdua. Jadi kau tak perlu bersedih sayang, bangkit dan buktikan kau adalah sebuah berlian. Buat orang-orang yang menyakitimu menyesal seumur hidupnya," imbuh nyonya Riley kembali penuh semangat.     

Anne terdiam mendengar perkataan nyonya Riley, ia sangat terkejut mendengar pengakuan nyonya Riley. Melihat ekspresi Anne yang bingung itu membuat nyonya Riley tersenyum, ia kemudian membelai wajah Anne dengan perlahan.      

"Yang sudah berlalu tak perlu kau sesali, ambil pelajaran dari semua kejadian itu dan gunakan untuk acuanmu di masa depan. Kau masih muda sayang, mungkin berat menjadi janda diusia semuda ini tapi percayalah lebih baik menjadi janda dari pada menjadi penggoda," ucap nyonya Delila lembut sambil merapikan rambut lebat Anne yang sedikit berantakan.     

"Iya nyonya aku mengerti, terima kasih nasehatnya. Aku sangat senang sekali mendapatkan nasehat berharga ini dari kalian berdua," jawab Anne lirih.     

"Percayalah Anne, selaput dara tak penting lagi bagi pria yang benar-benar tulus padamu. Kalau mereka mencintaimu karena hati mereka tak akan peduli dengan keperawananmu tapi kalau mereka…"     

"But im still Virgin nyonya," ucap Anne pelan memotong perkataan nyonya Riley.     

"What…"     

Bersambung      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.