I'LL Teach You Marianne

Sakitnya Aaron



Sakitnya Aaron

0Anne terbangun tengah malam karena merasa ingin buang air kecil, ia meringis kesakitan saat menarik tangan kirinya yang terpasang jarum infus.      
0

"Aku sudah dirumah sakit rupanya," gumam Anne lirih sambil menatap interior mewah kamar rumah sakit tempatnya berada saat ini.     

Saat sedang memandang interior kamar tempatnya berada tiba-tiba ekor matanya menangkap sosok Aaron yang tertidur di sofa yang ada di samping pintu, rasa bersalah langsung datang dalam diri Anne saat melihat Aaron tidur di sofa demi menjaga dirinya. Kedua matanya pun langsung berkaca-kaca, dadanya terasa sesak sekali. Pasalnya ini adalah pertama kali ada orang yang seperduli ini kepada dirinya selama ia hidup di dunia, setelah nyonya Chaterine yang pernah menjadi malaikat pelindungnya di Jerman selama hampir satu tahun.     

"Maaf Aaron, maafkan aku. Aku sudah merepotkanmu," ucap Anne pelan sambil menyeka tetesan air yang keluar dari matanya.     

Anne pun bangun dari ranjang dengan perlahan, ia tak mau membangunkan Aaron yang terlihat sangat pulas. Setelah berusaha cukup lama akhirnya Anne bisa turun dari ranjangnya, ia kemudian berjalan menuju kamar mandi yang tak jauh dari ranjang. Sama seperti saat turun dari ranjang, Anne pun juga sangat hati-hati saat naik ke atas ranjang kembali ia tak mau membuat suara apapun yang bisa memicu Aaron untuk membuka matanya. Setelah kembali di atas ranjang Anne lalu memejamkan kedua matanya kembali, rasa kantuk mulai datang lagi dan tak bisa ia tahan. Sepertinya efek bius yang sudah bercampur obat yang tertancap di tangannya bekerja dengan sangat cepat, karena ingin cepat sembuh Anne lalu memilih untuk tak melawan rasa kantuknya. Ia tak mau merepotkan Aaron lagi, Anne tak mau berhutang budi pada orang lain.     

Sementara itu di kamar hotel nampak Jack masih sibuk membaca proposal yang dikirim oleh Erick dari Swiss, proposal itu juga sudah terkirim ke UAL sebenarnya namun Jack ingin membaca ulang kembali supaya ia paham kerjasama seperti apa yang sedang perusahaannya dan kampus seni itu lakukan.      

"Ok, aku rasa ini cukup. Aku yakin besok Aaron pasti akan terkejut saat melihat perusahaanku ikut serta dalam acara kampus ini," ucap Jack pelan sambil menatap program yang ditunjukkan kampus UAL, dimana saat ini terpampang jelas di depan matanya nama-nama mahasiswa yang ikut dalam pentas.      

Jack yakin sekali kalau Aaron adalah kuncinya untuk menemukan Anne, dan hal ini membuatnya sangat bersemangat sekali mengikuti segala aktifitas yang dilakukan oleh Aaron saat ini. Rasa bersalah karena apa yang sudah ia lakukan pada Anne terakhir kali, memaksa Jack harus berjuang untuk bertemu dengan Anne lagi untuk meminta maaf. Hal yang tak pernah ia lakukan seumur hidupnya, saat sedang memikirkan Anne rasa kantuknya pun datang. Memikirkan Anne di malam hari adalah hal terakhir yang ia pikirkan sebelum tidur, dan hal ini terjadi hampir selama tiga bulan ini setelah ia berpisah dengan Anne.      

"Aku ingin bertemu denganmu Anne, beri aku tanda tentang keberadaanmu," gumam Jack lirih sambil memejamkan kedua matanya.     

Keheningan pun kembali menguasai kamar hotel tempat Jack menginap, senyumnya tersungging saat tidur. Jack sudah tak sabar untuk segera datang ke kampus UAL besok pagi.      

Pagi harinya matahari bersinar dengan sangat terik, di kampus UAL para mahasiswa dan mahasiswi yang mendapatkan peran sudah berlatih sejak pagi. Sebagai mahasiswa di kampus seni acara yang akan dilangsungkan tiga hari lagi itu sudah cukup untuk mereka, apalagi ini hanya sebuah drama musikal sederhana yang semua kostum dan perlengkapan lainnya sudah tersedia. Linda yang mendapatkan peran nampak melakukan kesalahan beberapa kali, memikirkan Anne membuatnya tak fokus dalam latihan dan itu membuatnya dalam masalah. Bahkan profesor Gilbert pun sudah menegurnya dua kali karena tak fokus.     

Setelah berlatih selama hampir empat jam akhirnya mereka semua diperbolehkan istirahat untuk menikmati makan siang, Linda yang sudah menantikan waktu istirahat langsung berlari menuju kursi di mana tasnya berada. Ia langsung meraih ponselnya untuk mencari tau tentang Anne yang tak membalas pesannya dari semalam dan hal ini membuatnya sedikit khawatir. Ia takut terjadi hal buruk pada Anne.     

"Kenapa kau sendirian Linda?" tanya Edward tiba-tiba duduk disebelah indah sambil membawa dua gelas berisi soda untuk dirinya dan Linda.     

"Terima kasih Edward," jawab Linda dengan cepat sembari menerima gelas pemberian Edward.     

"Kau belum menjawab pertanyaanku Linda, kenapa kau sendirian. Dimana Anne?" tanya Edward kembali to the poin.     

"Itulah yang membuatku khawatir Edward, dari tadi malam aku tak berhasil tersambung dengan Anne. Aku takut ia sakit, disiram air dingin di cuaca yang sangat panas pasti akan memberikan efek buruk," jawab Anne dengan cepat.     

Edward terdiam seketika mendengar perkataan Linda, ia setuju dengan perkataan Linda. Ia tiba-tiba ikut merasa bersalah pada Anne, walau bagaimanapun ia mendapatkan masalah seperti itu karena dirinya.      

"Kalau bukan karena kekasihmu itu mungkin sekarang Anne sedang bersama kita saat ini," celetuk Linda tiba-tiba.      

"Sarah bukan kekasihku lagi Linda, aku tak mau punya kekasih yang pemarah seperti itu. Aku tak mau citraku rusak karena gadis brutal seperti Sarah," sahut Edward dengan cepat.     

"Apa!!kau putus!!" pekik Linda tak percaya dengan perkataan Edward.     

"Sudahlah jangan dibahas lagi aku tak mau mengungkit apa yang sudah lewat, lebih baik kita pikirkan apa yang akan terjadi di depan," ucap Edward dengan cepat sambil meminum cola yang ada di tangannya.     

Linda yang masih tak percaya dengan perkataan Edward nampak meminum cola pemberian Edward dalam sekali teguk, ia tak percaya kalau seorang Edward akan memutuskan Sarah dalam waktu sesingkat itu.     

"Berikan aku nomor ponsel Anne," ucap Edward tiba-tiba.     

"A-apa!! kau mau nomor ponsel Anne? jangan bergurau Edward," jawab Linda dengan cepat.     

"Iya, kenapa memangnya apa tidak boleh?" tanya Edward bingung.     

"I-itu aku…"     

"Ayo anak-anak waktu istirahat kalian sudah selesai, kembali bersiap!!!waktu kita tak banyak," teriak profesor Gilbert dengan keras mengagetkan para mahasiswa yang masih berlatih termasuk Linda.     

Tanpa menjawab Linda langsung bangun dari kursi dan berlari menuju panggung untuk berlatih lagi meninggalkan Edward sendirian, Linda hanya menoleh sekali sambil menggelengkan kepalanya ke arah Edward sebagai tanda kalau ia menolak memberikan apa yang Edward mau. Melihat bahasa tubuh Linda membuat Edward tersenyum, ia lalu menenggak habis minumannya dan membuang gelasnya di tempat sampah lalu berjalan menuju panggung tanpa ekspresi. Sesampainya di panggung Edward menjadi aktor yang baik, ia langsung bisa menyesuaikan mood-nya dengan baik. Membawakan peran yang ia bawakan sehingga membuat banyak mahasiswi yang menonton latihan mereka berteriak kegilaan karena pesona Edward, namun lain halnya dengan Linda. Linda justru merasa takut pada Edward yang bisa setenang itu, ia yakin kalau pria itu saat ini sedang marah besar padanya karena menolak memberikan apa yang ia mau. Semua orang dikampus tau siapa Edward, menolak Edward artinya mencari mati. Oleh karena itu Linda berusaha menjauh dari Edward selama latihan walau sebenarnya sulit untuk ia lakukan.      

Di rumah sakit Capitol terlihat Anne baru selesai bersiap, ia sudah diperbolehkan pulang. Jarum infus di tangannya sudah dilepas, rasa pusing di kepalanya pun sudah menghilang. Ia benar-benar sudah sehat sekali, seolah tak pernah sakit sebelumnya.      

"Obat di rumah sakit ini benar-benar luar biasa," ucap Anne dalam hati, ia merasa sangat takjup dengan kesembuhannya yang sangat pesat ini. Padahal tadi malam kepalanya terasa seperti ditusuk-tusuk jarum, namun rasa itu sudah menghilang saat ini.      

Saat Anne masih terpesona dengan pelayanan rumah sakit Capitol tiba-tiba masuk seorang perawat ke dalam kamarnya, ia membawa nampan yang berisi obat-obatan dan vitamin yang harus dibawa pulang oleh Anne.     

"Aturan minum sudah ada di masing-masing botol ya nona," ucap sang perawat ramah.     

"Terima kasih nona, oh iya apa saya boleh bertanya?" tanya Anne pelan.     

"Silahkan, kalau saya bisa menjawab saya akan menjawabnya nona," jawab sang perawat kembali.     

"Temanku, teman priaku yang semalam datang membawaku yang tidur di sofa kemana dia? aku belum melihatnya sejak pagi," tanya Anne kembali.     

"Oh tuan Aaron Sean, beliau sedang makan pagi bersama dokter Robin. Anda tak usah khawatir nona, setelah beliau selesai pasti lama menemui anda kembali,"jawab sang suster lembut.     

"Begitu rupanya, baiklah nona. Terima kasih informasinya," ucap Anne sambil tersenyum.     

Sang perawat menganggukkan kepalanya perlahan merespon perkataan Anne, tak lama kemudian ia keluar dari kamar perawatan Anne untuk melanjutkan pekerjaannya yang lain meninggalkan Anne seorang diri. Walaupun Anne sudah diperbolehkan pulang, namun ia masih harus bertemu dengan dokter Robin yang merawatnya tadi malam. Jadi dia masih harus menunggu di dalam kamar perawatan meskipun sudah tidak memakai infus lagi.      

Sebenarnya yang dikatakan oleh perawat pada Anne sebelumnya adalah sebuah kebohongan yang dibuat sang perawat atas perintah Aaron, pasalnya saat ini Aaron sebenarnya sedang menerima perawatan dari dokter Robin karena ia mendadak sakit perut. Tidak makan selama satu hari penuh membuat penyakit maagnya kembali kambuh, padahal sakitnya itu sudah lama sekali tidak pernah menyerangnya. Namun tadi pagi saat terbangun ia kembali didera rasa sakit yang luar biasa di lambung, oleh karena itu saat ini ia sudah mendapatkan perawatan intensif di ruangan dokter Robin dan ia sudah memerintahkan para perawat untuk membuat alasan lain ketika Anne bertanya tentang kondisinya ia tak mau kalau Anne tau.     

"Anda kenapa mencari masalah sendiri Tuan, bukankah saya sudah mengatakan bahwa maag yang anda derita ini bukanlah sebuah penyakit enteng untuk anda abaikan. Kalau sudah sakit seperti ini anda sendiri yang merasakan akibatnya bukan," ucap dokter Robin pelan sambil menyuntikkan beberapa obat ke dalam infus yang masih tersambung di tangan kanan Aaron.      

"Aku juga tidak tahu kalau makan sakit seperti ini dokter, tak ada orang yang mau sakit termasuk aku," jawab Aaron dengan cepat.      

"Saya tau anda mengkhawatirkan dan menyukai nona itu, tapi anda juga harus memikirkan diri anda terlebih dahulu Tuan. Kalau anda sakit seperti ini lalu siapa yang akan merawat nona itu," celetuk dokter Robin menggoda Aaron.     

"Anda ini menyebalkan sekali dokter, oh ya bagaimana dengan Anne. Apakah dia sudah bisa pulang hari ini?" tanya Aaron pelan berusaha mengalihkan pembicaraan.      

"Dia sudah diperbolehkan pulang siang ini, namun untuk sementara waktu biarkan istirahat sebentar di rumah sakit sembari menunggu anda selesai mendapatkan infus ini. Setelah anda selesai barulah saya akan memperbolehkannya untuk pulang, anda tak usah khawatir tentang itu Tuan. Lebih baik anda istirahat supaya kondisi anda kembali pulih dan tak membuat anak itu khawatir nona itu, aku yakin nona itu pasti akan sangat khawatir ketika mengetahui anda sakit," jawab dokter Robin sambil tersenyum.     

Jantung Aaron berdetak sangat cepat mendengar perkataan dokter Robin, ia benar-benar gelisah saat dokter Robin berkata seperti itu. Dokter Robin hanya tersenyum melihat perubahan ekspresi Aaron, ia lalu kembali ke mejanya dan membiarkan Aaron istirahat.     

Tring!! Ponsel milik Anne berdering sangat keras saat baru diaktifkan.     

Anne kemudian meraih ponselnya untuk melihat siapa yang menghubunginya, wajah Anne langsung memerah saat membaca pesan yang ternyata dikirimkan profesor Gilbert itu.      

Profesor Gilbert mengabarkan kalau dirinya diminta datang ke kampus hari ini juga untuk pembagian tugas, rupanya semua wardrobe dan kostum yang akan digunakan para pemain sudah selesai dibersihkan. Dan ia diminta untuk datang untuk mendapatkan tugasnya agar tak terjadi kesalahan.     

"Aduh bagaimana aku bisa ke kampus, sedangkan aku belum diperbolehkan pulang," ucap Anne kebingungan.     

Drrttt     

Drrttt     

Ponsel Anne kembali berdering keras, namun kali ini bukan sebuah pesan melainkan sebuah panggilan video dari Linda. Dengan penuh keraguan Anne akhirnya menerima panggilan dari Linda itu.     

"Hallo Linda," sapa Anne pelan sambil melambaikan tangannya ke arah kamera.     

"Anne kau dimana?" tanya Linda dengan cepat.     

"Aku ada di…"     

"Anne kau sakit??!"pelik Linda kembali saat melihat botol infus sisa yang masih terpasang di tiang yang ada dibelakang Anne.     

Edward yang sedang berdiri di samping pianonya langsung menoleh dan berlari ke arah Linda saat mendengar perkataan terakhir Linda, iya kemudian merebut ponsel Linda.     

"Kau sakit Anne? dirumah sakit mana kau sekarang?"      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.