I'LL Teach You Marianne

Satu tujuan



Satu tujuan

0Senyum dari wajah Anne menghilang seketika saat melihat Leon lagi, moodnya yang sudah berantakan sejak pagi semakin hancur saat melihat Leon kembali.     
0

"Bukankah anda tuan..."     

"Leonardo Ganke," jawab Leon singkat memotong perkataan Linda.     

"Akh iya anda tuan Leonardo Ganke, anda salah satu tamu yang hadir dalam acara pertunjukan beberapa hari yang lalu dan orang yang mensponsori liburan ke Irlandia kemarin bukan," sahut Linda penuh semangat.     

"Iya nona itu saya, bagaimana apakah liburannya mengesankan?" tanya Leon pelan pada Linda.     

"Pasti mengesankan Tuan untuk mereka yang ikut, akan tetapi tidak untuk saya dan Anne karena kami berdua tak ikut berlibur ke sana," jawab Linda dengan nada penuh kecewa.     

"Linda sttt." Anne berbisik pelan meminta Linda untuk berhenti banyak bicara.     

"Why?"tanya Linda tanpa rasa bersalah.     

Anne menghela nafas panjang mendengar jawab Linda, dengan cepat ia meraih tangan Linda dan berjalan menjauhi Leon mundur kebelakang, ia tak mau perkataannya di dengar oleh Leon.     

"Sudah jangan banyak bicara dengan orang asing,"jawab Anne pelan.     

"Dia bukan orang asing Anne, dia salah satu orang penting yang bekerja sama dengan kampus kita Anne. Apa kau tau, perusahaan animasinya sangat terkenal di Berlin. Bayangkan saja kalau bisa masuk dan bergabung bekerja dengan perusahaan itu, kita pasti banyak uang Anne," ucap Linda tanpa jeda.     

"Ishhh kau ini susah diajak bicara, sudah tutup mulutmu dan jangan bicara lagi," sahut Anne ketus sambil menutup mulut Linda yang terus berbicara.     

Melihat apa yang dilakukan oleh Anne membuat Leon tersenyum tanpa sadar, ia benar-benar baru menyadari kalau wanita yang sudah ia hina dulu ternyata sangat sempurna. Tubuh langsingnya, kulit bersihnya dan wajah cantiknya yang natural benar-benar membuatnya terpikat, saat Leon akan melangkahkan kakinya kembali mendekati Anne tiba-tiba dari arah kantin datang Edward dengan berlari.     

"Akh syukurlah kau masih disini Anne," ucap Edward dengan tersengal-sengal.     

"Ada apa Edward?"tanya Anne bingung.     

"Laptop, kau meninggalkan laptopmu dikantin," jawab Edward dengan cepat sambil menyerahkan tas laptop pada Anne.     

"Ya Tuhan, bagaimana aku bisa lupa. Terima kasih Edward, aku bisa menangis berhari-hari kalau laptop ini hilang," pekik Anne spontan penuh syukur sambil memeluk tas yang berisi laptop kesayangannya yang berisi file penting.     

"Makanya kalau mau pergi di cek lagi Anne barang bawaanmu,"ucap Edward lembut.     

"Iya kau ini teledor Anne, coba saja tadi tak langsung pergi begitu saja dari kantin hal ini pasti tak akan terjadi bukan." Linda ikut bicara dengan nada meninggi.     

Anne hanya tersenyum lebar mendengar perkataan Linda, ia tak bisa berkata-kata karena memang apa yang dikatakan oleh Linda benar. Dia lah yang salah dalam hal ini karena tadi sudah langsung pergi begitu saja dari kantin tanpa memeriksa barang bawaannya, sementara itu Leon yang masih berdiri ditempatnya terlihat sangat marah melihat Edward berbicara dengan Anne. Ia cemburu melihat Anne tertawa dengan pria lain.     

"Sekali lagi terima kasih Edward," ucap Anne untuk yang kesekian kalinya.     

"Sudahlah Anne kau tak usah sungkan seperti itu, itu bukan hal besar. Yang penting kau jangan ulangi lagi kedepannya," sahut Edward pelan sambil tersenyum.     

Anne tersenyum mendengar perkatan Edward, baru kali ini ia bicara selama itu dengan Edward. Padahal bisanya ia berusaha menghindari pembicaraan dengan Edward, karena hari sudah semakin siang Anne ahirnya berpamitan pada Edward. Ia harus segara ke toko untuk memeriksa keadaan Paul kurir barunya, Leon yang belum berbicara dengan Anne kaget saat melihat Anne berjalan menjauh. Dengan cepat ia berusaha mengejar Anne, namun saat baru melangkahkan kakinya tiba-tiba profesor Gibert datang dan membuatnya tak bisa mendekati Anne.     

"Anda rupanya sudah datang Tuan," sapa profesor Gilbert ramah.     

"Iya, saya baru sampai beberapa menit yang lalu," jawab Leon pelan berusaha menahan kemarahannya pada Edward yang membuatnya tak bisa bicara dengan Anne.     

"Ya sudah tuan kalau begitu mari ikut saya masuk kedalam, ada banyak hal yang harus kita urus secepatnya Tuan,"ucap profesor Gilbert kembali mengajak Leon masuk ke dalam ruang meeting dimana disana sudah ada banyak mahasiswa design grafis yang berkumpul, para calon animator berkumpul karena permintaan Leon sebelumnya.     

"Baik prof." Leon menjawab pelan mendengar ajakan profesor Gilbert masuk kedalam ruang meeting khusus pada mahasiswa itu.     

Setelah berkata seperti itu Leon pun berjalan mengikuti langkah profesor Gilbert, ia sekali menoleh ke belakang dan melihat ke arah Edward yang masih berdiri ditempatnya menatap ke arah area parkir dimana Anne sudah ada didalam mobilnya dan berusaha keluar dari area kampus.     

"Jadi namamu Edward, ok aku akan mengingat namamu Edward. Marianne adalah istriku, jangan pernah coba kau mendekatinya. Dia milikku." Leon bicara dalam hati sambil menatap tajam ke arah Edward yang sebelumnya berbicara dengan Anne.     

Suara panggilan dari profesor Gilbert yang memintanya untuk masuk ke dalam ruangan meeting membuat Leon tersadar dari lamunannya, ia lalu masuk kedalam ruangan meeting itu menyusul sang profesor. Tujuan Leon datang kali ini kekampus adalah ingin menyeleksi calon design grafisnya yang baru, karena itulah saat ini diruangan meeting sudah berkumpul banyak para alumni kampus UAL jurusan design grafis yang sudah diseleksi ketat oleh profesor Gilbert sebelumnya. Karena perusahan Leon sudah bekerja sama dengan kampus UAL ia tak kesulitan ketika mencari para pekerja baru seperti kali ini karena profesor Gilbert akan membantunya menyeleksi calon karyawannya.     

Sementara itu Edward yang melihat Anne pergi dari kejauhan nampak tersenyum, ia senang bisa bicara dengan Anne dalam durasi yang lebih lama. Anak buah Edward yang masih ada dikantin pun akhirnya mendatangi sang tuan, mereka menyusul Edward yang masih berdiri di jalan setapak yang ada disamping lapangan. Setelah anak buahnya datang semua Edward pun pergi menuju kelasnya lagi, ia masih memiliki satu mata kuliah lagi hari ini berbeda dengan kelas Anne yang hanya memiliki dua mata kuliah saja hari ini. Dari kantin yang masih ramai Gabriella terlihat tak menikmati makan siangnya, ia kesal pada Edward yang mau menyusul Anne karena ingin mengembalikan laptop. Walaupun pernah menolak Edward sebelumnya namun ia sangat kesal saat melihat Edward dengan Anne, padahal saat Edward berpacaran dengan Sarah ia tak semarah ini.     

"Apa bagusnya si Anne itu? Dia tak populer, dia tak terkenal, dia juga bukan anak orang kaya sepertiku lalu kenapa Edward sampai mendatanginya!!"ucap Gabriella ketus.     

"Kau tenang saja Ella, aku yakin Edward hanya main-main saja dengan si Anne itu," sahut Naomi pelan mencoba menenangkan Gabriella.     

Isabel yang merupakan saingan Gabriella untuk peringkat gadis paling populer dikampus nampak tersenyum saat mendengar perkataan Gabriella, ia lalu bangun dari kursinya dan mendekati Gabriella dengan membawa minumannya dinginnya. Tanpa basa basi ia langsung duduk disamping rivalnya itu.     

"Kau cemburu pada Anne?" tanya Isabel pelan.     

"Jaga ucapanmu Bela, kau kira si Anne itu pantas aku cemburui!! Kelasnya masih jauh dibawahku," jawab Gabriella ketus menyombongkan dirinya.     

"Hahahahaha kau memang paling pintar berbohong Ell, dari sorot matamu saja aku bisa tau kalau kau cemburu pada Anne karena di dekati oleh Edward pangeran kampus kita. Kau mungkin bisa membohongi orang-orang Ell, tapi tidak denganku." Isabel tertawa lebar lalu bicara lirih sambil berbisik pada Gabriella.     

Gabriella hanya bisa diam mendengar perkataan rivalnya itu, ia tak bisa berkata-kata karena apa yang dikatakan oleh Isabel adalah benar. Ia merasa terganggu dengan keberadaan Anne yang mulai menarik perhatian para mahasiswa pria dikampus, padahal menurutnya Anne biasa saja. Dari segi pakaian dan makeup Anne tak ada apa-apanya dibanding dirinya dan Isabel sang rival namun entah mengapa ia merasa sedikit terganggu dengan keberadaannya.     

"Dekati Edward atau kau akan kehilangan dirinya selama-lamanya," bisik Isabel kembali.     

Brakk     

Tiba-tiba Gabriella mendobrak meja kantin sesaat setelah Isabel bicara, ia merasa kesal karena Isabel sudah mengguruinya.     

"Dengar ya, dia bukanlah levelku. Jadi aku tak akan mungkin takut padanya, pantang bagi seorang Gabriella mendekati laki-laki terlebih dahulu. Kau tau itu Isabel!!" pekik Gabriella penuh emosi, setelah berkata seperti itu Gabriella kemudian pergi meninggalkan kantin bersama gengnya.     

Isabel yang masih duduk dikantin nampak kesal usahanya untuk menyingkirkan rivalnya gagal, saat di Irlandia kemarin ia secara tak sengaja mendengar percakapan Gabriella dan anak buahnya yang membicarakan Aaron Sean Connery. Karena itulah ia memanas-manasi Gabriella agar mau menerima Edward, dengan itu ia berharap bisa menjadi satu-satunya wanita yang bisa mendekati Aaron.     

"Sialan, jangan harap kau bisa mendapatkan Aaron. Dia milikku,"umpat Isabel jengkel.     

"Tenanglah Bela, kau yang terbaik dikampus ini. Jadi jangan takut bersaing dengan si Gabriella itu. Kau lah yang akan mendapatkan Aaron," ucap Joy pelan sang sahabat karib isabel mencoba menenangkan Isabel.     

"Aku yakin akulah yang akan mendapatkan Aaron, hanya saja aku harus menyingkirkan lalat-lalat itu terlebih dahulu Joy. Aku tak mau mereka beterbangan disekitar priaku," jawab Isabel ketus, ia masih mengingat jelas bagaimana Gabriella membicarakan Aaron di Irlandia kemarin bersama anak buahnya.     

"Iya aku tau, maka dari itu kau harus tenang. Gunakan Anne untuk membuat Gabriella cemburu, jika hal itu terjadi maka kau akan menjadi satu-satunya wanita yang bisa mendekati Tuan Aaron itu Bell. Terus hasut si Gabriella dengan perlahan, akan tetapi kau harus sabar jangan terlalu terburu-buru." Joy kembali memberikan ide pada Isabel untuk mendekati Aaron.     

Mendengar perkataan Joy membuat Isabel tersenyum, ia suka dengan ide yang diberikan oleh sahabat karibnya itu. Kalau dulu tujuannya adalah ingin menjadi gadis nomor satu dikampus supaya bisa mendapatkan ketenaran kini tujuannya berubah, ia ingin menjadi nyonya Connery.     

Sementara itu Jack yang sedang sibuk dengan perusahaan barunya belum bisa mendatangi Anne lagi, ia masih sibuk dengan berbagai meeting yang harus dihadiri. Karena ia membutuhkan seorang sekertaris wanita akhirnya Jack merekrut Alice untuk dijadikan sekertaris yang akan mendampingi dirinya dan Erick jika sedang meeting menemui klien.     

"Jam berapa meeting ini akan selesai Erick?"tanya Jack pelan, ia sudah bosan meeting sejak pagi dan belum selesai.     

"Harusnya sebentar lagi Tuan,"jawab Erick singkat.     

"Aku rindu Anne, aku bosan disini Erick," ucap Jack singkat.     

Erick yang sudah tau kalau tuannya itu sedang jatuh cinta hanya bisa tersenyum, pasalnya saat ini ia tak bisa berbuat banyak juga karena sedang ada di ruang meeting di kantor klien. Yang bisa ia lakukan adalah mencoba untuk menenangkan sang tuan dan hanya Alice saja yang fokus pada penjelasan klien sejak tadi, ia ingin membuktikan pada Jack dan Erick bahwa ia bisa menjadi sekertaris yang bisa diandalkan.     

"Aku ingin mendengar suaramu Anne." Jack membatin sambil membayangkan wajah Anne yang sedang tersenyum     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.