I'LL Teach You Marianne

Mulai terbakar



Mulai terbakar

0Leon yang baru kembali dari melihat kantor barunya terlihat sibuk dengan ponselnya dibangku belakang, sementara sang supir pribadi Alex nampak fokus mengendarai mobil mewah milik Leon kembali menuju kediaman Leon di Compton Avenue. Karena jalanan utama sangat macet Alex akhirnya mencari jalan alternatif, Leon yang sudah percaya sepenuhnya pada alex tak bicara apa-apa karena ia tau Alex adalah orang London asli yang tau seluk beluk London.      
0

Saat melewati jalan alternatif mobil yang dibawa Alex melewati komplek pertokoan yang masih ramai, Leon yang masih sibuk dengan pekerjaannya nampak menunduk sambil memainkan jari di atas ponsel pintarnya. Namun tiba-tiba ia mengangkat wajahnya dan menoleh ke arah kirinya, mulanya Leon tak peduli dengan apa yang ia lihat baru itu. Namun saat berhasil mengenali sosok yang ada di depannya seketika darahnya mendidih, terlihat jelas di depannya nampak berdiri Marianne sang mantan istri bersama pengusaha yang sudah ia kenal saat bertemu di acara kampus UAL.     

"Marianne, beraninya kau…"desis Leon lirih penuh emosi saat melihat sang mantan istri tengah berdiri bersama Aaron Connery.      

"Kenapa Tuan?"tanya Alex dengan cepat.      

"Hentikan laju mobilnya Alex, aku harus turun untuk memeriksa sesuatu,"jawab Leon dingin.     

"Kita sedang ada dijalan sempit dan ramai Tuan, kita tak bisa berhenti sembarangan. Dibelakang kita sudah banyak mobil yang juga ingin keluar dari area ini, kalau anda mau saya bisa berputar lalu masuk lagi ke tempat ini Tuan," sahut Alex sopan mencoba menjelaskan keadaan sekitar pada Leon.     

 "Ok," jawab Leon kembali tanpa mengalihkan pandangannya dari Anne yang masih berdiri di pinggir jalan bersama Aaron.      

Karena jalanan padat alhasil Alex baru bisa keluar dari komplek pertokoan itu setelah sepuluh menit, setelah berhasil keluar ia mengambil ke arah kiri untuk kembali ke pintu masuk komplek pertokoan itu lagi seperti yang diperintahkan oleh Leon sebelumnya. Leon sendiri nampak terlihat tidak tenang dibangku belakang, ia ingin sekali turun dari mobil dan menghampiri Anne. Namun mengingat jalanan yang sedang padat karena jam pulang kantor akhirnya ia hanya bisa bersabar di dalam mobil, sampai akhirnya Alex berhasil masuk kembali ke jalanan komplek pertokoan itu. Saat sudah ada di jalanan yang sama Leon nampak lebih fokus melihat jalanan, ia berusaha mencari sosok yang sudah ia lihat sebelumnya.      

Alex yang menyadari sang tuan tengah mencari sesuatu nampak melambatkan laju mobilnya, setelah ia keluar dan masuk lagi ke komplek pertokoan itu kini jalan yang ia lewati sebelumnya nampak lebih sepi dari sebelumnya. Bahkan orang-orang yang berjalan di jalanan trotoar depan toko pun sudah jauh berkurang padahal hanya berjarak lima belas menit saja, Leon yang yakin tadi melihat Anne dan Aaron nampak frustasi ketika tak menemukan keberadaan mereka lagi. Pasalnya tempat dimana ia melihat kedua orang itu kini sudah kosong tak ada siapapun disana.      

"Ada berapa toko di komplek ini Alex?"tanya Leon pelan.     

"Ada sekitar seratus toko lebih tuan, kawasan ini adalah kawasan yang sangat ramai kalau weekend seperti ini. Banyak anak muda yang datang untuk makan, belanja atau sekedar jalan-jalan di area ini karena kawasan ini terkenal memiliki barang-barang bagus serta makanan enak yang harganya terjangkau Tuan," jawab Alex jujur.     

"Kawasan ramai…"     

"Iya Tuan, seperti yang anda lihat sebelumnya. Betapa ramainya tempat ini dengan pengunjung yang silih berganti," ucap Alex penuh semangat memotong perkataan Leon mencoba menjelaskan kawasan yang sedang ia datangi saat ini.     

Leon hanya dia mendengar perkataan Alex, ia masih fokus mencari keberadaan Anne yang sudah tak terlihat lagi. Banyaknya orang di tempat itu benar-benar membuatnya tak bisa mencari sosok yang tadi ia lihat dengan jelas itu.      

"Butuh waktu berapa lama untuk bisa memasuki seluruh toko yang ada disini Alex?" tanya Leon kembali.      

"Kalau kita hanya berjalan saja melewati semua toko yang ada di sepanjang jalan ini mungkin kita membutuhkan waktu lebih dari satu setengah jam Tuan apalagi kalau keadaan sedang padat pengunjung seperti ini, namun kalau misalkan tidak ada pengunjung yang datang dan kita hanya berjalan saja dari ujung toko ke ujung toko lainnya mungkin hanya akan membutuhkan waktu sekitar empat puluh lima menit saja." Alex kembali mencoba menjelaskan pada Leon.     

"I see," jawab Leon lirih.     

"Apa anda berniat untuk turun dan berjalan-jalan di area ini Tuan?"Tanya Alex penasaran.      

"Tidak, aku hanya penasaran saja kenapa area ini sangat ramai seperti ini. Ternyata ada banyak sekali toko yang terdapat di area ini," jawab Leon berbohong.      

"Iya Tuan, kalau anda berminat saya bersedia menemani anda jalan-jalan di area ini Tuan," ucap Alex kembali menawarkan bantuan pada Leon.     

"Tidak Alex, aku sangat lelah hari ini lebih baik kita segera pulang saja," sahut Leon dengan cepat menolak tawaran dari Alex.     

Alex menganggukkan kepalanya perlahan merespon perkataan Leon, ia lalu menambah kecepatan mobilnya berusaha untuk keluar dari kawasan pertokoan itu karena jalanan sudah tidak semacet lima belas menit yang lalu. Tak lama kemudian mobil yang dikendarai Alex pun berhasil sampai di jalan raya yang masih ramai lancar, dengan hati-hati Alex memacu mobil Leon menuju Compton Avenue sesuai perintah Leon sebelumnya.      

Di dalam mobil Leon pun tak membuka mulutnya sama sekali, ia yakin sekali bahwa yang tadi ia lihat adalah Anne dan Aaron. Dalam pikirannya saat ini berputar ratusan pertanyaan yang tiba-tiba muncul pasca ia melihat Anne dan Aaron dipinggir jalan tadi, dari kaca spion Alex bisa melihat kalau Leon sedang berpikir dengan serius oleh karena itu ia tak berani membuka mulutnya. Yang ia lakukan adalah mengendarai mobil sehalus mungkin agar Leon tetap merasa nyaman duduk di dalam mobil, bekerja sebagai driver khusus tamu VIP di hotel selama hampir lima tahun membuatnya tau bagaimana cara melayani tuan barunya itu.      

Sementara itu Anne yang sudah mengajak Aaron masuk ke dalam toko nampak sedang duduk di meja bersama Linda menikmati cake yang dibawa oleh Aaron sebelumnya, sedangkan Aaron sendiri nampak sedang berkenalan dengan Paul yang tadi mengganggu dirinya saat sedang berusaha merayu Anne didepan toko.     

"Ini enak sekali Anne, selera orang kaya memang berbeda ya," ucap Linda pelan setengah berbisik dengan mulut penuh cake memuji cake yang dibawa oleh Aaron.     

"Jangan banyak bicara, kau makan saja Linda," sahut Anne ketus.     

"Iya iya, tapi serius Anne cake ini adalah cake paling enak yang aku pernah ma...hmmmmpp,"      

Linda tak dapat menyelesaikan perkataannya, karena Anne tiba-tiba memasukan satu sendok besar potongan cake kedalam mulutnya. Melihat mulut Linda kini kembali penuh dengan cake membuat Anne tertawa geli, sementara itu Linda menggunakan kedua tangannya untuk menahan cake yang ada di dalam mulutnya agar tak keluar sambil menatap tajam ke arah Anne yang sudah menyuapinya cake lagi disaat mulutnya masih penuh dengan cake.      

"Maaf Tuan, saya tak bermaksud untuk mengagetkan anda tadi," ucap Paul pelan meminta maaf pada Aaron karena sudah membuat Aaron kaget di depan toko.     

"Tak apa Paul, toh aku juga gak kenapa-kenapa," jawab Aaron ramah.     

"Saya tak tau kalau anda sedang berbicara serius dengan Nona." Paul mencoba menjelaskan kembali alasannya karena sudah mengagetkan Aaron.     

"Sudahlah tak usah dibahas lagi, tadi kami juga hanya mengobrol biasa bukan masalah serius. Jadi kau tak usah meminta maaf kepadaku seperti ini berkali-kali, oh ya kapan kau mulai bekerja disini? Sepertinya beberapa hari yang lalu aku belum melihat keberadaanmu di toko," tanya Aaron penuh selidik.     

Mendengar perkataan Aaron membuat Paul menghentikan pekerjaannya, ia lalu menceritakan bagaimana awal mula ia bisa bekerja di toko bunga milik Anne. Selama Paul bercerita Aaron nampak tersenyum dan mencuri pandang berkali-kali ke arah Anne yang sedang duduk di kursi bersama Linda, ia semakin kagum dan terpesona akan kebaikan hati Anne yang mau mempekerjakan Paul walaupun kau tak memiliki ijazah dan lain sebagainya.      

"Saya saja tak menduga kalau akan diterima bekerja di tempat ini Tuan, masalahnya waktu itu hari sudah malam dan nona Anne sudah menutup rollingdoor toko bunga ini setengah," ucap Paul pelan mengakhiri ceritanya.     

"Tapi kau justru diterima bukan walau datang paling akhir, ya sudah lah tak usah diingat lagi. Yang penting sekarang kau harus bekerja sebaik mungkin, agar tak membuat kecewa Anne yang sudah percaya padamu," bisik Aaron lirih sambil menepuk pundak Paul dua kali.     

"Iya Tuan, saya tak akan mengecewakan Nona. Saya akan bekerja sebaik mungkin di toko ini," sahut Paul penuh semangat.     

Sebuah senyuman tersungging diwajah Aaron mendengar perkataan Paul, setelah berkenalan singkat dengan kurir baru itu Aaron lalu bangun dan mendekati kursi dimana Anne dan Linda berada. Melihat Aaron akan datang tanpa diperintah Linda langsung bangun dari kursinya dan membawa piring yang baru saja diisi cake kembali oleh Anne, ia langsung berjalan mendekati Paul yang sedang membersihkan vas di depan meja kasir. Aaron tersenyum saat melihat Linda pergi, ia lalu duduk di kursi yang sebelumnya diduduki oleh Linda tepat disamping Anne.     

"Kau suka cake-nya?" Aaron bertanya dengan lembut mencoba membuka percakapan sembari meraih garpu miliknya yang ada atas piring.     

"Iya, ini enak sekali," jawab Anne jujur.      

"Syukurlah kalau kau suka, tadi aku sempat ragu mau membeli cake yang rasa apa. Sampai akhirnya pilihanku jatuh di strawberry cake ini," ucap Aaron pelan sambil memasukkan potongan cake ke dalam mulutnya.      

Anne hanya tersenyum simpul mendengar perkataan Aaron, ia lalu ikut memakan cake yang masih ada di piringnya. Dari depan meja kasir Linda dan Paul nampak berbisik-bisik satu sama lain, mereka berdua mengomentari keakraban Anne dan Aaron.     

"Mereka berdua cocok yah," bisik Linda pelan sambil memakan potongan strawberry dengan lahap.     

"Tergantung, kalau nona mau menerima Tuan itu baru dibilang cocok dan begitu juga sebaliknya," jawab Paul asal bicara.     

Plakk!     

Linda memukul punggung Paul dengan gemas karena kesal.     

"Sakit Linda…"     

"Biar saja, itu hukuman untukmu karena sudah bicara seperti tadi. Seharusnya kita doakan yang terbaik untuk Anne, kau ini bagaimana si Paul," sahut Linda ketus memotong perkataan Paul.      

Paul hanya tertawa saat Linda marah, dengan perlahan ia menoleh ke arah Anne dan Aaron yang sedang duduk menikmati cake.     

"Nona sangat baik, seharusnya ia mendapatkan pasangan yang baik juga. Tapi…"     

"Tapi apa?"tanya Linda dengan cepat memotong perkataan Paul.     

"Tidak, aku hanya asal bicara saja hehe." Paul menjawab dengan cepat sambil tertawa, ia tak mau asal bicara lagi karena tak mau dapat masalah.     

"Akh kau ini menyebalkan, main teka-teki saja," sengit Linda kesal.     

Melihat Linda merajuk membuat Paul tersenyum, ia tau kalau Linda marah padanya. Karena tak mau mengganggu sang bos akhirnya Paul melanjutkan pekerjaannya lagi karena hari sudah semakin malam, ia mau semuanya vas yang baru datang itu bersih. Pasalnya besok pagi ia akan bekerja sendiri lagi karena Anne dan Linda sudah masuk kuliah, mereka akan datang ke toko setelah pulang kuliah. Dan untuk itulah Paul ingin semua pekerjaannya selesai malam ini supaya besok pagi ia langsung bisa mengerjakan yang lain, karena Paul sibuk bekerja kembali Linda akhirnya bangun dari sisi Paul. Ia lalu berjalan dan duduk di meja kasir untuk menghitung hasil penjualan hari ini untuk dimasukkan ke laporan, Linda tak mau mengganggu Aaron dan Anne yang masih mengobrol.     

Sementara itu Leon yang sudah sampai di rumahnya nampak masih uring-uringan pasca ia melihat Anne bersama pria lain yang ia yakini adalah Aaron Connery, Steffi yang tak tau kalau suaminya marah-marah masih sibuk memilih pakaian tidur terbaik untuk melayani Leon malam ini di ruangan khusus tempat penyimpanan pakaian yang ada di samping kamar utama. Ia mencari lingerie terbaik yang yang biasanya ia pakai untuk memberikan kepuasan kepada Leon di atas ranjang.      

"Aku tak mungkin salah lihat, itu tadi adalah Marianne bersama Aaron Connery si pengusaha pengembang properti itu. Apa yang mereka lakukan di pinggir jalan seperti tadi? Apa mungkin mereka mempunyai sebuah hubungan khusus? Tapi kalau mereka memiliki hubungan kenapa pada saat acara di kampus itu Anne tidak ikut tampil seperti yang lainnya, padahal saat itu ada Aaron Connery yang sedang menonton pertunjukan itu dan…."     

Deg      

Leon tak dapat menyelesaikan perkataannya ketika teringat akan liburan ke Irlandia selama tiga hari yang ia berikan kepada para mahasiswa UAL itu.     

"Oh aku mengerti sekarang apa alasan Marianne tidak ikut ke Irlandia kemarin, dia pasti menghabiskan waktu selama tiga hari itu bersama si brengsek Aaron Connery. Yes aku yakin itu," ucap Leon dingin penuh emosi, ingatan tentang Aaron yang menunduk dan terlihat akan mencium Anne kembali teringat dalam ingatan Leon secara tiba-tiba.      

"Aarrggghh…fuckk!     

Prankk     

Leon memukul kaca rias yang ada di dalam kamarnya menggunakan tangan kirinya dengan keras sehingga membuat kaca rias yang yang baru ia belikan untuk Steffi itu kini sudah hancur berantakan, sementara itu darah segar nampak mengucur dari jari-jari tangan kirinya yang masih terkepal.      

Steffi yang masih ada di dalam kamar tempat penyimpanan baju langsung keluar dari tempat itu untuk mencari tau apa yang sedang terjadi, jantungnya langsung berdetak sangat kencang saat melihat apa yang terjadi pada Leon.     

"Leoonnn!!!!!" Steffi menjerit kaget saat melihat tangan Leon bercucuran darah.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.