I'LL Teach You Marianne

Memantaskan diri



Memantaskan diri

0Dengan menahan emosi Steffi pergi meninggalkan Anne, ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tak terpancing provokasi yang dilakukan oleh Anne. Baginya saat ini yang terpenting adalah Leon, setelah melayani Leon tadi malam ia sudah berjanji untuk hanya fokus pada Leon saja.      
0

"Leon." Steffi bergumam lirih saat melihat sang suami tengah berdiri di depan ruangan profesor Gilbert, ia pun mempercepat langkah kakinya menuju tempat sang suami.      

Profesor Gilbert yang tengah berbincang dengan Leon langsung tersenyum lebar ketika melihat kehadiran Steffi, ia kemudian menganggukan kepalanya sedikit untuk memberi hormat pada Steffi. Steffi pun membalasnya dengan senyuman manis sambil melingkarkan tangannya di lengan Leon dengan mesra.     

"Sejak kapan kau datang?"tanya Leon pelan.     

"Baru saja," jawab Steffi pelan.     

"Ya sudah kalau begitu ayo kita pergi, urusanku dengan Profesor Gilbert juga sudah selesai. Kita harus segera pergi ke kantor untuk melihat pengerjaan kantor baru itu," ucap Leon kembali.     

"Kemanapun kamu pergi, aku siap menemanimu sayang," jawab Steffi kembali dengan nada manja.     

Mendengar kemesraan sepasang suami istri di hadapannya membuat profesor Gilbert tersenyum, tak lama kemudian Leon dan Steffi pun pergi meninggalkan profesor Gilbert. Saat Leon dan Steffi berjalan menuju ke tempat Alex sang driver berada secara tak sengaja Leon melihat Anne sedang berjalan menuju ruang kelasnya, rambut panjangnya yang tampak indah karena terkena angin. Melihat Anne dari jauh seperti itu membuatnya mengingat kembali apa yang baru saja terjadi di ruangan profesor Gilbert, senyum dan suara Anne masih teringat jelas dalam pikirannya. Dan itu benar-benar membuatnya sangat bersemangat hari ini, ia sudah tak sabar ingin segera sampai di kantor barunya yang sedang dirapikan. Setelah kantor selesai maka ia bisa segera bertemu Anne tiap hari.     

"Tak sia-sia aku menghabiskan banyak uang dan waktu untuk kampus itu, sebentar lagi aku akan mendapatkan Marianne," ucap Leon dalam hati ketika sudah masuk di dalam mobil, pikiran Leon penuh dengan rencana-rencana indah yang sudah ia siapkan untuk Anne. Padahal disebelahnya Steffi tengah duduk bersandar dan bermanja padanya, Steffi terlihat sangat posesif ketika memeluk Leon.      

Perkataan terakhir Anne tiba-tiba terlintas lagi dalam pikiran Steffi dan membuatnya tak bisa tenang, ia lalu semakin mengeratkan pelukannya pada lengan Leon.     

"Sakit Steffi, kau ini kenapa memelukku seerat ini?"tanya Leon pelan.     

"Tidak, aku hanya masih rindu padamu," jawab Steffi dengan cepat.     

"Setelah urusan kantor baru selesai, kita pergi berlibur ya. Ke Santorini atau ke Paris, kau yang menentukan," ucap Leon lembut.     

Mendengar kata liburan membuat Steffi langsung melepaskan pelukannya pada Leon, ia lalu menatap tajam suaminya tanpa berkedip.     

"Kau serius kan?"tanya Steffi kembali.     

"Iya, aku serius. Memangnya selama ini aku pernah bergurau atau adakah perkataanku yang tak kutepati padamu?"tanya balik Leon dengan cepat.     

Greb!     

Steffi langsung memeluk Leon kembali dengan erat, ia senang karena Leon masih memanjakan dirinya seperti dulu.      

"Aku mencintaimu Leon, sangat mencintaimu. Aku akan ikut kemanapun kau pergi," ucap Steffi pelan sambil mencium dada bidang Leon.     

"Aku juga, ya sudah sekarang duduk yang tenang. Aku harus memeriksa beberapa file penting," sahut Leon kembali.     

"Aku mau bersandar padamu, tenang saja aku tak akan mengganggu pekerjaanmu," jawab Steffi manja.     

"Ya sudah, tapi ingat jangan ganggu atau aku marah." ucap Leon pelan mengalah.      

Senyum Steffi makin mengembang saat mendengar suaminya mengijinkan dirinya tetap bersandar seperti ini, sesekali Steffi menenggelamkan wajahnya di dada bidang Leon dengan sangat bahagia. Aroma tubuh Leon membuatnya sangat tenang.      

"Kau tak kan bisa merebut suamiku Marianne, Leon adalah milikku. Mau aku berubah secantik peri sekalipun kau tak akan bisa merebut hati Leon, karena Leon sudah menetapkan pilihannya padaku. Hanya aku yang mampu membuat Leon bahagia, hanya aku yang bisa memuaskan hasrat Leon. Jadi lebih baik kau menjauh dari kami Marianne, karena sampai kapanpun gelar nyonya Ganke akan tetap menjadi milikku." Steffi bicara dalam hati sambil tersenyum dingin merespon perkataan Anne sebelumnya, ia sudah bersumpah dalam hati tak akan membiarkan siapapun merebut Leon darinya. Walaupun kematian sekalipun.      

Sementara itu di kantornya Aaron nampak uring-uringan, semua orang yang datang ke ruangan terkena kata-kata mutiara menyakitkan darinya. Biasanya saat ia seperti ini ada Daniel yang memenangkan, namun karena Daniel sedang bertugas alhasil ia tak terkontrol. Aaron masih mengingat jelas perkataan Jack tadi pagi.     

"Beraninya dia menyentuhkan tangan kotornya di tubuh Anne ku, dasar Jackson brengsek. Kenapa kau harus datang ke London, pulanglah ke negaramu brengsek."     

"Aarrggghhhh fuck, aku membencimu Jackson Muller. Sekali lagi aku melihatmu berani menyentuh Anne lagi maka akan aku patahkan tanganmu, Anne adalah milikku."     

Suara teriakan Aaron di dalam ruangannya tak terdengar jelas oleh para pegawainya yang berada diluar karena pintunya yang tertutup rapat, para karyawan itu hanya bisa mendengar umpatan demi umpatan saja yang terlontar dari bibir sang CEO walau tak terlalu jelas. Bahkan direktur keuangan yang ingin menghadapnya pun nampak ragu, ia sudah berdiri selama hampir sepuluh menit di depan pintu ruangan Aaron. Namun karena ia harus menyelesaikan semuanya tepat waktu, akhirnya sang direktur keuangan itu memberanikan dirinya. Dengan perlahan ia mengetuk pintu ruangan Aaron dan gak lama kemudian Aaron berjalan ke arah pintu dan membukakan pintu untuk direktur itu, saat Aaron membuka pintu ruangannya hawa dingin mencekam langsung menyeruak keluar dan menyebar ke seluruh meja para karyawannya sehingga membuat para karyawan itu tak ada yang berani mengangkat kepalanya. Mereka semua tertunduk fokus pada pekerjaannya masing-masing.      

Disaat Aaron menggila karena cemburu, lain halnya dengan Jack. Ia nampak sangat bahagia hari ini karena tadi malam menginap di apartemen Anne, walaupun mereka tidak melakukan apa-apa tapi ia senang karena bisa tidur satu atap dengan Anne.      

Erick dan Alice sejak tadi saling sikut satu sama lain ketika melihat Jack terus tersenyum, padahal saat ini mereka meeting penting bersama team pengacara dari Jason Dawkins yang jauh-jauh datang dari Edinburgh untuk menandatangani nota kesepakatan perjanjian kerjasama secara resmi.      

"Baiklah Tuan Muller dengan anda menandatangani dokumen ini itu artinya anda sudah resmi menjadi klien dari Tuan Jason dan mulai detik ini perusahaan kami resmi menjadi rekan dari perusahaan ini.     

Jadi kedepannya kami akan langsung menghubungi Muller Finance International jika berhubungan dengan masalah pembiayaan," ucap Robert Lynn sang pengacara pribadi Jason Dawkins yang datang seorang diri.      

"Ok saya mengerti,"jawab Jack dengan cepat sambil meraih pena yang ada diatas meja.     

Setelah berkata seperti itu baik Robert Lynn ataupun Jack saling membubuhkan tanda tangan di atas kertas perjanjian kerjasama antara perusahaan milik Jack dan perusahaan keluarga milik Jason Dawkins yang ada di Edinburgh. Sebagai perusahaan yang mengembangkan produk minuman keras khas Inggris perusahaan keluarga milik Jason Dawkins sangat berkembang pesat dan sangat terkenal karena mampu bersaing dengan produk minuman keras lainnya, oleh karena itu Jack mengincarnya sejak awal. Dan ketika ia mendapatkan kesempatan untuk membuat kerjasama dengan perusahaan itu maka ia tak menyia-nyiakan kesempatan itu, walaupun harus sedikit terlibat dalam drama antardua keluarga terlebih dahulu yang membuatnya kembali bertemu dengan Aaron.      

Setelah selesai melakukan penandatanganan perjanjian kerjasama tak lama kemudian Robert Lynn beserta asistennya meninggalkan Muller Finance International untuk kembali ke Edinburgh, Jack terlihat sangat senang ketika berhasil memegang proyek senilai jutaan dolar di tangannya dengan sangat mudah.     

"Kalau kita bisa merekrut banyak perusahaan besar dengan semudah ini dalam waktu singkat, maka perusahaan kita di London ini akan bisa sebesar Muller Finance yang ada di Swiss," ucap Jack penuh semangat.     

"Iya Tuan, anda benar," jawab Erick pelan.     

"Ok kalau begitu aku tugaskan kalian berdua untuk mencari klien baru lagi dengan cepat, aku benar-benar ingin memperbesar Muller Finance International di London. Semangat Erick, Alice," sahut Jack kembali dengan senyum mengembang, setelah berkata seperti itu Jack kemudian pergi meninggalkan Erick dan Alice yang masih berdiri di depan pintu. Ia kembali ke ruangannya dengan cepat karena ingin menyelesaikan semuanya tepat waktu.      

Setelah Jack masuk ke dalam kantornya Erick dan Alice terlihat saling pandang beberapa saat.      

"Bersiaplah Alice, seperti inilah Jackson Muller sebenarnya. Dia adalah seorang penggila kerja dan kita berdua mau tak mau harus mengikuti cara kerjanya, oleh karena itu aku salahkan padamu untuk membawa banyak stok pakaian dan kau simpan di kantor. Karena yakinlah kedepannya kita pasti akan lebih sering menginap di kantor," ucap Erick pelan dengan tersenyum kecut, setelah memberikan kata-kata semangat kepada sekretaris baru sang tuan Erick kemudian masuk ke dalam kantor meninggalkan Alice yang masih terlihat sangat syok.     

Alice kemudian masuk ke dalam kantor menyusul Erick, ketika ia mendapat panggilan dari sang tuan untuk melanjutkan pekerjaan.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.