I'LL Teach You Marianne

Si tak tau malu



Si tak tau malu

0Setelah Jack pergi Anne lalu masuk ke dalam mobilnya dan meneruskan perjalanan menuju kampus dengan perasaan aneh yang yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, bahkan ketika ia diceraikan oleh Leon saja ia tak merasakan sakit seperti sekarang ini.     
0

"Apa yang salah denganku Tuhan? Kenapa aku merasa aneh seperti ini." Anne bicara sendiri sembari menyentuh dadanya yang terasa sakit sambil terus mengendarai mobilnya menuju University art of London tempatnya menimba ilmu.     

Karena hari masih pagi dan jalanan masih sepi dari mobil Anne tak membutuhkan waktu lama untuk bisa sampai di kampusnya, ia bahkan menjadi yang tercepat sampai di kampus. Karena area parkir masih kosong sangat mudah bagi Anne mencari tempat untuk memarkirkan mobilnya, dengan langkah gontai Anne berjalan menuju ruang kelasnya yang baru dibuka oleh petugas kebersihan. Namun karena tak ada satu orangpun di ruang kelasnya Anne lalu memilih duduk di taman bergabung dengan tiga orang mahasiswa yang juga sudah datang, mereka terlihat mengerjakan tugasnya bersama-sama.     

Senyumnya mengembang saat melihat pertengkaran kecil diantara ketiga mahasiswa itu, satu pria dan dua wanita. Sang mahasiwa nampak menjadi rebutan diantara dua gadis yang saling bersaing secara terang-terangan itu, melihat apa yang terjadi di depan matanya membuat Anne tiba-tiba mengingat apa yang terjadi pada dirinya. Dimana ia terjebak sebuah hubungan tak jelas antara Jack dan Aaron yang sama-sama mengajaknya menikah tanpa pacaran terlebih dahulu.     

Drrrtt     

Drrrtt     

Getaran ponsel yang ada didalam tas akhirnya membuat kesadaran Anne kembali, dengan perlahan Anne membuka tasnya untuk mencari tau siapa yang menghubunginya. Kedua mata Anne langsung menyipit saat melihat nomor Leon muncul di layar ponselnya, karena sudah lelah diteror oleh Leon sejak tadi malam Anne akhirnya mengangkat panggilan dari Leon.     

"Hallo..."     

"Marianne, oh thanks God akhirnya kau mengangkat panggilanku juga Marianne," ucap Leon dengan cepat memotong perkataan Anne dengan cepat di ujung telepon.     

"Ada apa tuan Ganke?"tanya Anne malas.     

"Aku ingin memberikan kontrak barumu yang sudah aku selesai revisi, apalah kita bisa bertemu Marianne?"tanya balik Leon penuh semangat.     

"Tidak, tidak bisa. Sepertinya aku memutuskan untuk tak menerima penawaran anda Tuan Ganke, jadi lebih baik anda berikan saja kesempatan itu pada orang lain," jawab Anne dengan cepat.     

"A-apa maksudmu Marianne? Kalau kau kecewa dengan isi kontraknya kau tak usah khawatir, aku sudah merubahnya semuanya sesuai permintaanmu. Kau sudah aku pindahkan ke kepala Fashion ilustration dan jam kerjamu pun akan menyesuaikan dengan jadwal kuliahmu Marianne, jadi kau..."     

"Stop Leon, stop jangan teruskan lagi. Aku tak mau berhubungan lagi denganmu, aku ingin hidup tenang. Jadi mulai sekarang lebih baik kau jauhi aku Leon, aku tak mau membuat Steffi istrimu cemburu dan terluka. Sudah cukup kau menyakiti aku dulu, jangan sakiti wanita lain lagi Leon," ucap Anne dengan cepat memotong perkataan Leon.     

Leon yang sedang ada di dalam mobilnya langsung diam membisu, wajahnya yang sebelumnya terlihat bersemangat langsung berubah drastis. Alex yang sedang mengendarai mobil hanya bisa diam, ia tak berani ikut bicara karena tak mau membuat masalah.     

"Kenapa kau tiba-tiba begini Marianne, tadi malam kau masih baik-baik saja," tanya Leon lirih.     

"Leon hubungan kita berakhir dengan cara yang tak baik dua tahun lalu, bahkan sejak hari pertama aku menyandang gelar sebagai istrimu kau sudah memperlakukan aku dengan sangat buruk. Lalu kenapa sekarang kau seperti ini padaku? Apa kau lupa dengan semua yang sudah kau lakukan itu dulu Leon?" tanya balik Anne dengan cepat.     

"Jadi mulai sekarang jangan dekati aku lagi atau berusaha menghubungi aku lagi, hiduplah dengan bahagia bersama Steffi seperti yang kalian lalui selama ini. Hubungan kita berakhir di malam kau menikahi aku Leon, jadi aku harap jangan dekati aku lagi. Apapun alasannya," imbuh Anne kembali sambil menutup panggilan telepon dari Leon.     

Di dalam mobil mahalnya Leon terlihat marah, ia bahkan menghantam kursi yang ada di depannya dengan keras sehingga membuat Alex yang duduk disamping kursi itu terkejut.     

"Fuckkkk...sejak awal kau adalah milikku Marianne, jadi kau tak bisa pergi dariku. Kau adalah istriku, istri Leonardo Ganke yang sebenarnya." Leon menjerit keras mengucapkan penggalan kalimat itu berkali-kali sambil menghantam kursi yang ada dihadapannya.     

"Alex..."     

"Ya Tuan, ada yang bisa saya bantu?" tanya Alex sang driver dengan cepat.     

"Pergi ke University art of London,"jawab Leon singkat.     

"Siap Tuan." Alex menjawab singkat perkataan sang tuan sambil merubah jalur mobilnya menuju ke kampus seni terbaik di London itu.     

Anne masih duduk di taman saat tiga mahasiswa yang sebelumnya mengerjakan tugasnya beranjak pergi, Anne yang masih merasa tak nyaman setelah melihat raut kekecewaan Jack yang tak pernah ia lihat sebelumnya selama dua tahun ia mengenalnya masih betah berada di taman dengan kesendiriannya.     

"Apakah caraku untuk membalas mereka salah Tuhan? Apakah aku memang ditakdirkan untuk tak harus membalas perlakuan orang-orang jahat itu padaku Tuhan? Apakah aku juga harus diam dan bersabar seperti saat aku mendapat ketidakadilan ketika masih kecil dulu Tuhan?"     

Berbagai pertanyaan berlalu lalang dalam pikiran Anne, perkataan Jack tadi pagi di mobil membuatnya merasa ragu akan rencana pembalasan dendamnya pada mantan suami dan sahabat baiknya itu, namun sisi dirinya yang lain merasa ia harus membalas perlakuan yang ia dapatkan selama ini. Akan tetapi apa yang terjadi baru saja membuatnya merasa ragu, satu-satunya orang yang mendukungnya ternyata sebenarnya tak menginginkan dirinya untuk tak membalas rasa sakit hatinya. Anne akhirnya pergi dari taman saat sudah banyak teman-temannya yang datang, tanpa bicara Anne berjalan menuju ruang kelasnya.     

"Anne!!! Kenapa kau tak menjemputku? Aku hampir telat saja telat Anne." Linda yang baru sampai kelas sudah protes pada Anne yang duduk di kursinya.     

"Aku tadi ada sedikit urusan yang harus aku selesaikan Linda, maaf tak mengabarimu," jawab Anne lirih tanpa melihat kedua mata Linda.     

"Urusan penting apa yang membuatmu lupa untuk tak menjemputku Anne? Jangan bilang kau pergi sarapan terlebih dahulu dengan tuan Connery itu ya?" tanya Linda pelan mencoba menggoda Anne.     

Brak!     

Terdengar keras suara meja yang di debrak dari arah meja Gabriella, Gabriella yang duduk tak jauh dari Anne dan Linda dapat mendengar semua perkataan Linda. Emosinya naik saat Linda menyinggung soal Aaron Sean Connery yang kemarin menjemput Anne dari kampus.     

"Ini kampus, tempat belajar. Kalau kalian mau bergosip jangan disini." Gabriella berbicara dengan nada meninggi menyindir Anne dan Linda.     

Anne serta beberapa mahasiswa lain yang kaget nampak tak menyukai apa yang dilakukan oleh Gabriella, terutama Linda. Ia merasa sangat terganggu dengan sikap arogan Gabriella yang dirasa sudah kelewat batas, Anne yang menyadari kalau Linda terpancing emosi langsung mencoba untuk meredakan amarah Linda.     

"No Linda,"bisik Anne lirih setengah berbisik.     

"Dia harus diberi pelajaran Anne, tak selamanya dia bisa semena-mena seperti itu,"sahut Linda ketus.     

"Please, ini masih pagi Linda. Jangan rusak harimu karenanya," pinta Anne kembali.     

"Baiklah, karena ini permintaanmu dia kuampuni. Tapi kalau dia cari masalah lagi jangan salahkan aku kalau aku membuatnya menangis," jawab Linda dingin sambil menatap tajam ke arah Gabriella yang juga sedang menatapnya.     

"Iya iya, ya sudah ayo makan dulu. Tadi pagi aku buat sandwich kesukaanmu," ucap Anne pelan sambil mengeluarkan kotak makannya dari dalam tas dan diletakkan di atas meja.     

Melihat Anne mengeluarkan kotak makanan emosi Linda mereda, apalagi makanan yang ada di hadapannya saat ini adalah makanan kesukaannya buatan Anne yang sudah tau selera makannya. Tanpa bicara lagi Linda lalu membersihkan tangannya dengan cairan antiseptik pembersih tangan tanpa bilas dan meraih satu potong sandwich besar buatan Anne, wangi dari sandwich yang sedang dimakan Linda menyebar ke seluruh ruangan kelas. Aroma rosemary yang berpadu dengan mentega dan parsley benar-benar membuat siapapun tergoda.     

"Anne." Panggil seorang mahasiswa yang duduk di bangku paling pojok dengan keras.     

"Ya Nicko," jawab Anne ramah.     

"Next time aku mau pesan sandwich yang sama seperti Linda, bisakah?" tanya Nicko tanpa sungkan, ia sudah tak bisa menahan godaan kenikmatan sandwich buatan Anne.     

"Tidak bisa, Anne bukan koki kalian jadi ia tak bisa menerima pesanan kalian. Lagipula kau bisa membeli sandwich lainnya diluar, makanan buatan Anne hanya aku yang bisa menikmatinya,"jawab Linda posesif dengan suara keras, ia sengaja menekan kata buatan Anne agar Gabriella bisa mendengar bahwa makanan yang sedang ia makan adalah buatan Anne. Pasalnya Gabriella pernah memuji aroma sandwich yang sedang dimakan olehnya beberapa minggu yang lalu.     

"Aku bayar Linda, aku tak minta secara gratis," sahut Nicko kembali.     

"Nah apalagi bayar, resep makanan ini mahal dan tak sembarang orang bisa menikmatinya. Lagipula Anne itu sama sepertimu seperti kita, dia juga mahasiswa yang sibuk dengan tugas kuliahnya. Aku tak mau waktu Anne akan berkurang karena menerima orderan darimu dan yang lainnya mungkin, memangnya kau mau bertanggung jawab kalau nilai Anne menurun karena jualan sandwich?" tanya Linda tanpa jeda.     

Mendengar perkataan Linda membuat Nicko mati kutu, mahasiswa lainnya pun juga diam tak ada yang berani menyanggah perkataan Linda. Karena apa yang Linda katakan adalah fakta yang tak bisa dipungkiri siapapun.     

Setelah berbicara seperti itu Linda lalu kembali menikmati sandwichnya tanpa rasa bersalah, Anne pun hanya bisa diam. Sebenarnya ia merasa tak enak pada Nicko, akan tetapi yang Linda katakan benar. Ia tak punya banyak waktu untuk menyiapkan makanan seperti itu.     

Tak lama kemudian profesor Simon pun masuk kelas, Vince yang bertugas mengumpulkan tugas pun langsung berkeliling untuk mengambil tugas dari masing-masing mahasiswa untuk dikumpulkan. Saat Vince selesai tiba-tiba pintu ruang kelas Anne diketuk dari luar oleh salah seorang pekerja kampus bagian administrasi.     

"Permisi Prof Simon mengganggu waktunya, saya datang kemari diminta untuk memanggil mahasiswi atas nama Marianne diminta untuk datang ke ruangan profesor Gilbert," ucap seorang wanita paruh baya sopan yang bernama Frea.     

"Tak apa nyonya Frea, silahkan Anne pergilah ke ruangan profesor Gilbert. Jangan buat beliau menunggu." Profesor Simon mempersilahkan Anne untuk pergi.     

"Baik Prof, permisi Prof," jawab Anne sopan sambil beranjak bangun dari kursinya dan berjalan keluar dari ruangan kelasnya menuju ruangan profesor Gilbert.     

Anne berjalan tanpa rasa curiga sama sekali, sampai akhirnya saat sudah tiba di ruangan profesor Gilbert ia dikejutkan dengan keberadaan Leon kembali.     

"Hi nona Marianne." Leon menyapa Anne tanpa rasa malu.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.