I'LL Teach You Marianne

Rahasia besar Anne 1



Rahasia besar Anne 1

0Linda terus bertanya apa maksud perkataan Anne sebelumnya selama perjalanan menuju ke toko bunga, namun Anne hanya menutup rapat bibirnya dan terus berkonsentrasi membawa mobil menuju toko. Ia mengabaikan Linda yang tak berhenti bicara, hari ini mood Anne benar-benar kacau sejak pagi.      
0

"Baik, walau kau tak mau menjawab pertanyaanku aku tak apa-apa. Aku tak apa-apa Anne," ucap Linda ketus menyindir Anne saat sudah sampai di toko bunga.      

Anne hanya diam tak menjawab apapun perkataan Linda, ia bahkan tak membuka sabuk pengamannya dan kedua tangannya masih di setir. Saat Linda sudah selesai melepas sabuk pengaman yang terpasang di tubuhnya dan bersiap turun tiba-tiba Anne memegang tangan Linda.     

"Aku ada urusan, kau jaga toko yang baik dengan Paul ya," ucap Anne pelan sambil menatap kedua mata Linda dengan tajam.     

"O-ok, aku akan jaga toko dengan baik. Memangnya kau mau kemana?"tanya Linda tergagap, ditatap seperti itu oleh Anne membuatnya tak nyaman. Ia merasa ada yang aneh dengan Anne hari ini.     

"Mengurus hati." Anne menjawab singkat dengan penuh teka teki.     

Mendengar perkataan Anne membuat Linda terdiam, sebenarnya ia masih sangat bingung dengan maksud perkataan Anne. Namun karena Anne terlihat sangat misterius hari ini, Linda akhirnya pun memutuskan untuk memberikan waktu pada Anne untuk sendiri. Dengan senyum tersungging Linda menyentuh wajah Anne yang sejak tadi tak tersenyum.     

"Pergilah, tenangkan dirimu. Tapi ingat jangan berbuat macam-macam, setelah kau merasa baik kau harus segera kembali dan jangan lakukan hal-hal yang diluar batas Anne. Ingatlah seberat apapun masalahmu masih ada Tuhan yang akan menolongmu," ucap Linda lembut.     

"Aku tau Linda, aku hanya ingin sendiri sekarang. Kau tak usah khawatir, aku pernah melewati masa yang jauh lebih sulit dari ini," jawab Anne pelan tanpa ekspresi.      

"Baiklah, aku turun dan kau hati-hati. Aku tak akan mengganggu waktumu," sahut Linda kembali sambil meraih handle pintu mobil dan membuka pintunya agar ia bisa keluar.     

Tak lama setelah Linda turun Anne kemudian menyalakan kembali mobilnya dan memacunya pergi menuju jalan raya meninggalkan Linda yang masih berdiri di depan toko bunganya, Paul yang sejak tadi melihat Anne dan Linda dari dalam toko kemudian keluar. Ia lalu menghampiri Linda karena penasaran.      

"Kenapa nona pergi lagi?" tanya Paul bingung.     

"Anne ada urusan pribadi yang penting," jawab Linda singkat.     

"Oh begitu rupanya, ya sudah ayo masuk ke toko. Hari ini kita dapat pesanan tiga bouquet bunga ukuran sedang, aku baru membuat satu," ucap Paul pelan sambil berjalan masuk ke dalam toko kembali.     

"Tiga bouquet bunga? Wah Paul memang keren, tapi apa kau bisa merangkainya?" tanya Linda menggoda Paul.     

"Kalau tak bisa aku sudah menolak empat pesanan bouquet bunga tadi pagi Linda, jangan meremehkan aku,"jawab Paul ketus.     

"Apa? Jadi tadi pagi kau sudah membuat empat bouquet bunga juga?"tanya Linda kembali, ia tak percaya Paul sudah mengerjakan banyak pekerjaan hari ini.     

Paul yang kesal pada Linda tak menjawab pertanyaan Linda kembali, ia tak suka digoda seperti itu oleh Linda. Melihat Paul mengabaikan dirinya membuat Linda sedikit kesal, ia kemudian berteriak dan berlari menyusul Paul yang sudah sampai di dalam toko. Tak lama kemudian mereka berdua lalu tertawa bersama dan kembali sibuk dengan pekerjaan masing-masing karena ada dua pembeli lagi yang datang.     

Sementara itu Anne yang masih ada di dalam mobilnya nampak sangat gelisah, ia merasa sangat bersalah sekali pada Jack. Sudah tak terhitung berapa kali ia menghubungi Jack namun tak ada satupun teleponnya yang diangkat oleh Jack, begitu dengan puluhan pesan yang ia kirimkan. Jack sama sekali gak membalas satupun pesannya, Anne yakin Jack pasti sudah memblokir nomor ponselnya.      

"Kau kenapa Jack? Apa kau benar-benar marah padaku? Kenapa kau begini," ucap Anne pelan sambil terus mengendarai mobilnya di jalan raya tanpa tujuan.     

      

Sudah hampir satu jam Anne mengendarai mobilnya tanpa tujuan, ia benar-benar gelisah karena tak bisa menghubungi Jack. Meskipun ia tak tau kenapa hatinya sakit, Anne merasa ada yang salah dengan dirinya. Ada rasa sesak didalam dadanya saat ini yang tak ia tau penyebabnya. Sejak kecil sudah mengalami ketidakadilan membuat Anne tak peka dengan hal-hal kecil yang Jack berikan selama ini padanya, meskipun Jack kasar dan pemarah Anne tau itu ia lakukan demi kebaikannya agar tak ceroboh lagi di masa depan.      

Secara tak sengaja Anne tiba-tiba menghentikan mobilnya di depan laundry koin tempat biasa ia mencuci pakaiannya, senyumnya mengembang saat melihat nyonya Delila yang sedang sibuk melayani para pelanggan yang mencuci pakaian di tempatnya. Tanpa pikir panjang Anne lalu turun dari mobilnya, ia berjalan pelan menuju meja kasir dimana nyonya Riley sedang sibuk menghitung sisa koin yang ada di kontainer. Karena hari ini banyak pelanggan ia harus memastikan kalau koin khusus yang dimasukkan ke mesin cuci itu masih tersedia banyak, ia tak mau membuat para pelanggannya kecewa.     

"Selamat sore Nyonya," sapa Anne lembut.     

"Sore Nona, anda butuh berapa mesin cuci dan…"     

Deg     

Nyonya Riley tak dapat menyelesaikan perkataannya saat melihat sosok yang berdiri di hadapannya.      

"Anne!!!!" jerit nyonya Riley histeris.      

Nyonya Delila yang sedang merapikan keranjang pun terkejut saat mendengar sahabatnya berteriak, ia langsung menoleh ke meja kasir untuk mencari tau apa yang menyebabkan sahabatnya itu berteriak. Dan saat sudah melihat apa yang terjadi di meja kasir ia pun berteriak tak kalah keras, melihat Anne kembali setelah beberapa minggu tak melihatnya membuat dirinya rindu pada gadis baik itu.      

"Kemana saja Anne? Tak rindukah pada kami?" tanya nyonya Delila penuh semangat.     

"Iya anak cantik, memangnya kau tak rindu pada dua wanita tua ini? Jangan bilang kau sudah mendapatkan teman curhat yang lain ya sehingga melupakan kami," imbuh nyonya Riley sedih.     

"Benarkah itu? Jadi selama beberapa minggu ini kau tak datang karena sudah mendapatkan teman yang baru, wah aku sedih," sahut nyonya Delila dengan cepat.     

"Tidak Nyonya, aku tak memiliki teman curhat lain lagi selain anda berdua,"jawab Anne dengan lembut.     

"Kalau kau tak menemukan teman curhat yang baru lalu kenapa tak datang selama beberapa minggu ini?"     

"Iya benar, kenapa tak datang? Bukankah seharusnya kau datang ke laundry untuk mencuci pakaian atau perlengkapan yang lain seperti yang sudah-sudah,"      

"Kenapa anak cantik? Apa pelayanan di laundry ini kurang memuaskan?"     

"Apa deterjen dan pewangi di laundry ini tak sesuai dengan seleramu?"     

"Kalau memang seperti itu coba katakan pada kami, kau suka wangi jenis apa? Biar kami siapkan Anne,"     

Nyonya Delila dan nyonya Riley terus menerus memberondong Anne dengan banyak pertanyaan, mereka berdua benar-benar penasaran kenapa Anne tidak datang selama hampir empat minggu terakhir ini. Padahal dulu Anne selalu datang setiap minggu bahkan ia bisa datang satu minggu tiga kali.      

Melihat kedua wanita paruh baya di hadapannya terus menerus memberikan pertanyaan membuat Anne terharu, ia tak menyangka kalau dirinya ternyata dirindukan oleh dua wanita baik yang baru ia kenal beberapa bulan itu. Melihat Anne berkaca-kaca membuat nyonya Delila dan nyonya Riley terdiam, mereka berdua merasa ada yang salah dengan gadis ceria yang mereka kenal itu.     

"Apa ada yang bisa kami bantu sayang?"tanya nyonya Delila lembut.     

"Coba ceritakan pada kami, siapa tau dengan bercerita kau bisa sedikit lebih tenang," imbuh nyonya Riley pelan sambil meraba wajah Anne yang memerah.     

Air mata yang sudah Anne bendung selama hampir sepuluh jam itu akhirnya keluar, ia langsung menangis tanpa suara di hadapan kedua wanita pemilik laundry itu.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.