I'LL Teach You Marianne

Ketulusan hati



Ketulusan hati

0Baru saja mobil yang dikendarai Daniel pergi dari St Mary's Hospital, mobil milik Jack masuk. Ia yang mengendarai mobilnya sendiri sudah tak sabar sekali dan langit melompat keluar dari mobil mewahnya itu begitu berhenti, sementara Erick yang duduk di samping kemudi wajahnya terlihat pucat sekali. Sepanjang perjalanan Jack mengendarai mobilnya seperti orang gila, Jack sangat khawatir pada Anne yang tak kunjung mengangkat teleponnya.     
0

Begitu sang tuan masuk ke dalam rumah sakit, Erick langsung keluar dari mobil untuk menghirup udara segar. Jack masih berlari mendekati meja resepsionis.     

"Selamat datang di St Mary's Hospital, ada yang bisa…"     

"Anne akh Marianne, apakah ada pasien yang bernama itu di rumah sakit ini?"Jack yang tak sabar langsung memotong perkataan seorang resepsionis cantik di St Mary's Hospital.     

"Tidak ada Tuan,"jawab resepsionis itu dengan cepat.     

Brak     

Jack memukul meja resepsionis dengan cukup keras.     

"Kau belum memeriksanya, bagaimana bisa kau kalau tahu tak ada nama itu!"pekik Jack dengan keras, emosinya terpancing mendengar perkataan resepsionis di hadapannya saat ini itu.     

"Aku tahu karena baru beberapa menit yang lalu ada dua orang pria yang datang kepadaku, mereka juga menanyakan soal Nona anney atau Marianne itu kepadaku Tuan. Kedua orang pria itu juga sama khawatirnya seperti anda,"jawab sang resepsionis ketakutan.     

"Ads dua orang pria yang mencari Anne terlebih dahulu?"tanya Jack pelan mengulang perkataan resepsionis yang ada dihadapannya itu.     

"Iya Tuan."     

Jack menatap tajam resepsionis muda di hadapannya dengan tajam. "Seperti apa ciri-ciri kedua orang itu?"     

"Tampan, rapi, memakai baju mahal seperti anda ini dan…"     

"Dan apa!!!"tanya Jack tak sabar.     

"Baik serta wangi,"jawab resepsionis itu jujur.     

Jack mengepalkan tangannya yang ada diatas meja resepsionis dengan kesal, ia benar-benar marah sekali saat ini. Tanpa bertanya lagi sepertinya ia sudah tahu siapa orang yang juga mencari Anne, Jack pun membalikkan tubuhnya dan bersiap untuk pergi. Namun ketika baru melangkahkan kakinya tiga langkah tiba-tiba ia mematung dan kembali berbalik menatap resepsionis berambut blonde itu dengan tajam.     

"Kalau tak ada pasien bernama Anne dirumah sakit ini, lalu bagaimana bisa aku mendapatkan notifikasi bahwa ada sejumlah uang keluar dari rekening atas nama Marianne dirumah sakit ini. Apa kau bisa menjelaskannya Nona?"tanya Jack pelan sambil menunjukkan ponselnya pada resepsionis itu kembali yang sedang menampilkan bukti SMS banking dari rekening bank Anne.     

Resepsionis itu menatap ponsel Jack dengan serius.     

"Ini, tapi tunggu. Anda siapanya nona Marianne ini? Kenapa transaksinya bisa terbaca oleh anda?"     

Kemarahan Jack meredup mendengar perkataan resepsionis yang berdiri di hadapannya itu. "Aku calon suami gadis bernama Marianne ini, karena itulah aku bisa tahu semua transaksi yang ia lakukan. Aku sampai datang ke tempat ini karena tak berhasil menghubunginya sejak satu jam yang lalu, maka dari itu aku langsung datang ke tempat ini begitu di ponselku masuk notifikasi ini."     

"Oh jadi anda calon suami Nona Marianne ini, baiklah saya akan bicara. Jadi sekitar dua setengah jam yang lalu ada sepasang kekasih datang, sang pria dalam kondisi berdarah-darah karena tertusuk pisau pasca terkena rampok. Sementara kekasihnya sangat panik, saya mendengar kalau gadis itu sempat berbicara di telepon dengan seseorang. Tapi yang pasti gadis itu juga menyebut nama Anne berkali-kali dengan panik, tak lama kemudian seorang gadis datang. Dia langsung menuju ke tempat ini dan bertanya tentang korban pada saya dan…"     

"Tusuk? Rampok? Siapa yang terluka?"tanya Jack tergagap.     

"Seorang pemuda bernama Paul dan gadis yang membawanya bernama Linda…"     

"Paul terluka?! Bagaimana kondisinya? Ada dimana ia saat ini?"tanya Jack dengan keras memotong perkataan resepsionis itu kembali.     

"Karena luka tusuk pada pemuda yang bernama Paul itu tidak terlalu mengkhawatirkan akhirnya ia diperbolehkan pulang setelah mendapatkan perawatan selama 30 menit, menurut suster yang berjaga bahwasanya pasien ini bersikeras untuk pulang dan tak mau dirawat di rumah sakit dan nona Marianne inilah yang membayar semua biaya pengobatan pasien bernama Paul dan Linda ini tuan,"jawab resepsionis itu kembali.     

Jack terdiam beberapa saat mencerna kalimat demi kalimat yang keluar dari bibir resepsionis yang ada di hadapannya saat ini, ia masih sangat kaget kalau ternyata Paul dan Linda mengalami musibah.     

"Polisi, apakah sudah ada polisi yang mengusut kasus ini?"tanya Jack kembali.     

Resepsionis itu menggeleng. "Belum Tuan, tak ada polisi yang datang. Sepertinya mereka belum melaporkan masalah ini ke pihak yang berwenang."     

Rahang Jack mengeras, ia terlihat marah dan kesal saat tahu masalah ini belum diurus polisi. Tak lama kemudian ia pun pergi meninggalkan meja resepsionis itu menuju mobilnya yang terparkir di depan rumah sakit, tanpa bicara Jack lalu masuk kedalam mobil. Jack duduk di kursi belakang karena Erick sudah duduk di kursi kemudi.     

"Kita ke apartemen Linda sekarang Erick,"titah Jack datar tanpa ekspresi.     

"Linda? Siapa Linda?"tanya Erick bingung, ia tak begitu familiar dengan nama Linda.     

"Teman Anne, apa kau lupa. Alamatnya sudah aku share ke ponselmu, kalau dugaanku benar saat ini Anne ada bersama mereka juga,"jawab Jack tanpa jeda, matanya berkilat penuh kemarahan.     

Menyadari ada yang salah dengan sang tuan, Erick pun tak berani bicara lagi. Ia kemudian mengendarai mobil menuju apartemen Linda yang alamatnya sudah tersambung dengan GPS mobil, setelah mobil melaju dijalan raya Jack kemudian menghubungi polisi. Ia bicara dengan sangat serius dan meminta polisi datang juga ke apartemen Linda sekarang juga, meskipun belum yakin kalau Anne beserta Linda dan Paul yang menjadi korban perampokan ada di apartemen itu tapi Jack sudah memerintahkan para polisi itu untuk pergi ke alamat yang sedang ia kunjungi juga itu. Dari kursi kemudi Erick hanya diam, ia kini tahu kenapa ekspresi sang tuan berubah pasca keluar dari St Mary's Hospital. Karena tak mau membuat tuannya semakin tak tenang, Erick lalu menambah laju kecepatan mobilnya. Saat sedang meeting tadi Jack mendapatkan pesan dari anak buahnya yang ia perintahkan untuk memata-matai Anne di Ganke Inc Production, anak buahnya itu mengatakan kalau Anne pergi meninggalkan kantor dengan terburu-buru. Namun karena anak buah Jack itu menyamar sebagai petugas kebersihan ia tak bisa memberikan info lebih detail lagi dan hal ini lah yang membuat Jack tak tenang dan langsung mencari Anne secara langsung dengan bermodalkan SMS banking transaksi Anne yang langsung terhubung keponselnya.     

****     

Taksi yang membawa Anne, Linda dan Paul akhirnya tiba di tempat tujuan. Dengan hati-hati Anne dan Linda memapah Paul duduk di kursi roda yang dibeli oleh Anne dirumah sakit saat sedang menunggu taksi sebelumnya, ia tak mau Paul banyak bergerak karena khawatir lukanya akan terbuka lagi. Setelah membayar ongkos taksi Anne lalu mendorong Paul bersama Linda masuk ke dalam apartemen.     

"Maafkan kami Anne, kami selalu merepotkanmu,"ucap Linda pelan saat berada didalam lift.     

"Iya Nona, ka-kami selalu membuat anda dalam masalah,"imbuh Paul dengan cepat.     

Anne mengibaskan tangannya di udara. "Jangan bicara yang tidak-tidak, lebih baik sekarang kalian diam dan jangan terlalu banyak berpikir. Lupakan kejadian ini supaya kalian cepat sembuh, terutama kau Paul. Apa kau yakin tak mau dirawat di rumah sakit?"     

"Tidak Nona, dulu saat aku tinggal di jalan aku bahkan pernah mendapatkan luka yang lebih parah dari ini,"jawab Paul singkat.     

"Tapi itu beda Paul, jangan dengan…"     

"Serius Nona, saya baik-baik saja." Paul kembali memotong perkataan Anne dengan cepat.     

Anne pun hanya bisa diam mendengar perkataan Paul, ia tak mau memaksa karyawannya jika memang tak mau. Karena lift sudah sampai di lantai tujuan mereka pun keluar dengan hati-hati dan berjalan kembali menuju unit apartemen Linda yang hampir tiga minggu ditinggalkan kosong itu.     

Setelah masuk kedalam apartemen Anne membantu Linda merapikan ranjang supaya Paul bisa berbaring, kamar apartemen tipe studio yang minimalis itu tak memiliki banyak barang sehingga terlihat luas dan cukup nyaman. Setelah ranjang berhasil dirapikan Anne dan Linda lalu memapah Paul agar berbaring diranjang, Linda pun dengan hati-hati membaringkan tubuh Paul diatas ranjang mereka. Kedua matanya masih sangat merah dan bengkak.     

"Aku baik-baik saja, kau jangan khawatir Linda,"ucap Paul pelan.     

"Baik-baik kau bilang hiks...huhuhu.." Tangis Linda pun kembali pecah, ia menangis di dada Paul yang sudah berbaring diranjang.     

Anne mengangkat wajahnya ke atas, ia tak mau air matanya menetes. Melihat kemesraan dalam kesederhanaan Paul dan Linda membuat Anne ikut bahagia, karena tak mau mengganggu teman baiknya itu Anne lalu memutuskan untuk menyiapkan makanan. Karena apartemen Linda kosong cukup lama di dalam kulkas pun tak ada stok apapun, ia lalu memutuskan untuk berbelanja beberapa bahan makanan di toko swalayan yang ada di lobby apartemen. Dengan hati-hati Anne meraih tasnya dan bergegas menuju pintu meninggalkan Linda dan Paul untuk pergi ke toko swalayan, Anne benar-benar lupa dengan kewajiban utamanya di kantor. Ia juga tak mengingat keberadaan ponselnya yang sudah mati total karena kehabisan daya, salah satu sifat Anne yang belum bisa dihilangkan adalah ia masih saja memperdulikan orang lain dan Jack sedikit tak menyukai sifat Anne yang ini. Karena menurut Jack, Anne akan mudah dimanfaatkan orang jika terus berbuat baik seperti itu.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.