I'LL Teach You Marianne

Selusin



Selusin

0Sepertinya Jack benar-benar membuktikan janjinya, dalam waktu kurang dari enam jam ia sudah bolak-balik Luksemburg-Swiss dan Swiss-Luksemburg. Beruntung jarak tempuh antara Luksemburg dan Swiss tak terlalu jauh, sehingga Jack bisa dengan cepat kembali ke rumah untuk melayani Anne yang sedang sangat moody.     
0

Luis yang tahu Jack kembali ke Swiss sangat kaget saat melihat tuannya kembali sudah berada di rumah.     

"Anda serius sudah sampai dirumah lagi, Tuan?"ucap Luis kaget saat melihat Jack turun dari salah satu mobil kesayangannya.     

Jack melepaskan jaket yang membalut tubuhnya. "Itulah fungsinya pesawat jet, Luis,"jawab Jack datar saambil berlalu dari hadapan Luis menuju kedalam rumah untuk menghampiri Anne yang masih berada di balkon.     

Luis tersenyum melihat Jack berlari menaiki anak tangga untuk masuk ke dalam rumah, Jack yang sat ini sudah sangat berbeda dengan Jack beberapa tahun lalu. Meskipun masih harus diingatkan namun Jack sudah jauh lebuh dewasa dari Jack yang Luis kenal dulu, Jack yang pemarah dan tak pernah berpikir dua kali dalam bertindak.     

"Grandpa, apakah yang baru datang itu Daddy?"tanya Christian yang baru datang bersama Noah.     

"Iya, itu Daddy,"jawab Luis lembut sambil meraih Christian ke gendongannya.     

"Apa ini mobil baru Daddy?"     

Luis menggeleng. "Tidak, ini mobil lama. Daddy punya banyak sekali mobil bagus di basement. Apa Christian mau melihatnya?"     

"Sure grandpa, sure,"pekik Christian penuh semangat.     

Luis terkekeh. "Ok ok...ayo kita ke garasi bawah tanah, tapi setelah itu Christian makan ya."     

"Ok Grandpa,"jawab Christian dengan cepat.     

Tawa Luis semakin terdengar keras, kehadiran Christian bukan hanya memberikan kebahagiaan untuk Jack saja. Luis pun merasakan kesempurnaan hidupnya sejak kehadiran Christian, kehilangan anak dan istrinya sejak puluhan tahun yang lalu membuat Luis kini sangat menyayangi Christian. Pasalnya kalau seandainya anaknya masih hidup saat ini, mungkin saja anaknya juga akan memiliki anak seusia Christian. Karena itulah Luis menganggap Christian sebagai cucunya sendiri, Anne dan Jack bahkan tak keberatan jika Christian memanggilnya dengan sebutan grandpa. Pasalnya Christian memang tak punya grandpa.     

Saat Christian tiba di garasi bawah tanah mililk sang ayah ia langsung berteriak keras saat melihat koleksi mobil-mobil mewah milik sang ayah yang sudah tertata rapi, puluhan mobil mahal dari berbagai merk dan jenis nampak berdiri gagah di area itu. Meski tak digunakan namun perawatan mobil-mobil itu sangat diperhatikan, sehingga tak heran jika Jack ingin menggunakan salah satu diantaranya ia tak mendapatkan kesulitan.     

"Apa aku boleh menaiki yang merah itu, Grandpa?"tanya Christian cadel sambil menunjuk ke sebuah mobil Bugatti Veyron Grand Sport Vitesse yang ditaksir seharga US$ 1,7 juta, salah satu mobil termahal milik Jack yang baru dibeli tiga bulan sebelum kedatangan Christian dan Anne ke Luksemburg.     

"Tentu saja boleh, jangankan mobil. Christian minta pesawat saja Daddy pasti akan belikannya untukmu,"jawab Luis lembut sembari membelai rambut tebal Christian, selera Christian sepertinya benar-benar menurun dari ayahnya.     

Christian langsung berteriak kegirangan saat mendengar perkataan Luis, anak itu sangat bahagia meski pun pesawat miliknya belum ia miliki. Namun satu hal yang Christian tahu adalah sang kakek tak akan berbohong padanya, pasalnya selama ini apapun yang Christian minta Luis selalu mewujudkannya termasuk hari ini ketika ia diminta berdandan seperti wanita ketika bermain mafia dan peternak kelinci.     

Setelah puas melihat-lihat koleksi mobil mahal milik sang ayah Christian lalu diajak naik kembali untuk diberi makan, sudah waktunya Christian makan dan tidur siang. Dengan lengketnya Christian saat ini pada Luis membawa berkat tersediri pada Anne yang sedang mabuk parah, sungguh Anne tak berdaya kali ini. Padahal dulu saat ia mengandung Christian, Anne sama sekali tak pernah menyulitkan siapapun. Jangankan muntah, pusing dan moody saja tak Anne rasakan. Ia benar-benar tak seperti sedang hamil, kecuali perutnya yang semakin besar tak ada perubahan yang berati pada Anne tiga tahun yang lalu. Namun saat ini dengan kehamilannya yang kedua Anne sungguh tak berdaya, ia dibuat tak bisa makan apa-apa oleh bayinya. Jangankan makan, kadang minum saja bisa membuatnya muntah jika ia tak benar-benar sedang haus. Karena itulah dua pelayan selalu ada disamping Anne untuk melayani semua kebutuhannya atau membantunya melakukan apapun yang tak bisa ia lakukan sendiri.     

"Apa istriku sudah makan siang?"tanya Jack pelan pada seorang pelayan yang baru saja datang dari dapur dengan membawa semangkuk air hangat.     

Pelayan itu langsung menggeleng dengan cepat. "Jangankan makan siang, Tuan. Makan pagi saja semuanya sudah dimuntahkan kembali oleh Nyonya."     

Jack tersenyum kecut. "Ok, aku mengerti. Ya sudah kalau begitu kalian boleh pergi, biarkan aku yang melayani istriku. Oh iya, ini air untuk apa?"     

"Nyonya minta di kompres pinggangnya Tuan."     

"Baiklah, biar aku saja. kalian berdua istirahatlah."     

Kedua pelayan itu mengangguk denagn sopan lantas pergi dari hadapan Jack untuk beristirahat, Jack sendiri langsung mendekati Anne dengan membawa air hangat yang diminta Anne.     

"Langsung ke pinggang belakangku, ya,"ucap Anne pelan tanpa membuka kedua matanya saat ia mendengar seseorang duduk disampingnya.     

Jack tersenyum dan tak membuka mulutnya, ia justru langsung melakukan apa yang diperintahkan Anne. Dengan hati-hati Jack menyingkap pakaian yang digunakan Anne dan mulai mengompres pinggang belakang Anne, kedua mata Jack berkaca-kaca saat melihat perut Anne yang masih rata.     

"Sudah cukup, sekarang ke bagian betisku,"pinta Anne kembali.     

Tanpa diperintahkan dua kali Jack kemudian mengompres bagian betis sang istri dan memijatnya perlahan.     

"Apa begini cukup nyaman untukmu, babe?"tanya Jack lembut.     

Mendengar suara Jack kedua mata Anne langsung terbuka lebar. "K-kau, sejak kapan kau ada disini?"pekik Anne keras sambi menarik kakinya dari pangkuan Jack.     

"Sejak kau memintaku memijat pinggangmu tadi,"jawab Jack sambil tersenyum.     

Kedua mata Anne lansung berkaca-kaca seketika dan hal itu membuat Jack panik. "Jangan menangis, babe. Aku sudah pulang."     

"Kau darimana?"     

"Kantor, ada urusan penting yang harus aku selesaikan. Maaf tak berpamitan tadi pagi."     

Anne menatap Jack dengan tajam. "Kau tak bertemu dengan Giselle bukan?'     

Jack terkekeh. "Untuk apa aku bertemu dengannya? Aku sudah tak punya kepentingan dengannya, lagipula hubungan kami murni hubungan kerja babe. Tidak lebih, jadi kau jangan khawatir."     

"Benarkan, kau tak bohong?"     

"Mana mungkin aku berbohong, aku sudah memiliki seorang istri yang sangat sempurna dan luar biasa untuk apa aku mencari wanita lain. Ingat Anne hanya kau satu-satunya wanita yag aku cintai sejak tujuh tahun yang lalu, kau tak perlu aku ingatkan terus menerus bukan?"     

Anne menggelengkan kepalanya tanpa bicara, melihat respon yang diberikan Anne membuat Jack tersenyum. Perlahan Jack menggerakkan tangannya meraba perut rata Anne.     

"Apa hari ini dia menyulitkanmu?"tanya Jack lembut sambil menurunkan wajahnya untuk mencium perut rata Anne.     

"Tidak, dia baik sekali. Aku hanya muntah beberapa kali saja,"jawab Anne berbohong.     

"Benarkah, good girl.."     

"Good boy, Jack. Dia laki-laki,"sahut Anne dengan cepat memotong perkataan Jack yang menyebut bayinya dengan sebutan good girl.     

Jack langsung mengangkat wajahnya dari perut Anne padahal ia belum sempat mendaratkan ciuamannya disana. "Kau mau anak laki-laki lagi?"     

"Iya, aku mau dua bodyguard yang akan selalu disampingku. Menjagaku dan melindungiku kalau ayahnya mulai macam-macam,"jawab Anne dengan cepat.     

Jack mengernyitkan keningnya. "Apa maksudnya?"     

"Tidak ada maksud, hanya saja aku lebih suka kalau anak ini laki-laki seperti Christian. Jadi nanti Christian tak akan kesepian dan punya teman bermain, kalau anak ini perempuan Christian pasti akan kembali merengek dan memintaku untuk memberikannya adik laki-laki lagi,"jawab Anne pelan sembari meraih gelas yang berisi air dan perasan lemon asli tanpa diberi campuran apa-apa, tanpa merasakan asam Anne langsung menenggaknya sampai tandas. Padahal itu sangat asam sekali.     

"Kalau kita punya selusin anak aku juga siap, Anne. Hartaku tak akan habis untuk membesarkan mereka, mereka bahkan masih bisa hidup dengan nyaman dan enak. Jadi kau jangan khawatir,"ucap Jack dengan cepat, ia merasa sedikit tak senang dengan ucapan Anne.     

Anne meletakkan gelasnya diatas meja kembali dan langsung menoleh ke arah Jack. "Kau mau punya anak selusin?"     

Jack langsung menganggukkan kepalanya dengan cepat. "Iya, kenapa tidak."     

"Ya sudah kalau begitu, kau saja yang hamil dan melahirkan sendiri,"ucap Anne pelan tanpa rasa bersalah.     

"Babe, ayolah aku serius."     

Anne tersenyum. "Aku juga serius, kalau kau mau punya anak selusin kau saja yang hamil dan melahirkan."     

"Tapi harta kita banyak Anne, kita sanggup untuk membiayai dan membahagiakan selusin anak,"sahut Jack kembali dengan penuh semangat.     

"Iya tapi aku yang masalah, aku yang tak mau melahirkan anak sebanyak itu. Memangnya kau kira aku kucing yang bisa melahirkan anak sebanyak itu dan huueekkk.."     

Ucapan Anne terhenti saat ia tiba-tiba kembali mengeluarkan isi perutnya yang hanya air dan untuk kesekian kali Anne muntah di tubuh Jack, Jack yang sudah tak jijik pun membiarkan Anne mengeluarkan isi perutnya dan memberikan pijatan pada tengkuk Anne.     

"Ayo keluarkan semuanya,"ucap Jack pelan.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.