I'LL Teach You Marianne

Don't judge by cover



Don't judge by cover

0Anne yang merasa tak bersalah terlihat tenang menghadapi dua gadis cantik yang ada di hadapannya, ia bahkan berani bertatap mata secara langsung dengan wanita yang kini menatap tanpa berkedip.      
0

"Apa kau ada masalah denganku nona?"tanya Marissa pelan dengan nada meninggi.     

"Tidak, bahkan kita baru bertemu sekali ini kan,"jawab Anne pelan sambil tersenyum.     

"Lalu kenapa kau ikut campur dengan urusanku?"tanya Marissa kembali.     

"Saya bukan ikut campur, hanya merasa heran saja kenapa tadi anda mempengaruhi wanita yang sudah menggoda suami orang itu. Bukankah itu sama saja artinya anda mendukung perbuatannya?"tanya balik Anne tanpa rasa takut.     

"Hahaha itu bukan dukungan, itu hanya sebuah masukan kecil untuknya agar tetap bersemangat,"jawab Marissa pelan sambil tertawa lebar.     

"Dukungan? Anda mendukung orang merusak kebahagiaan orang lain?"tanya Anne kembali dengan suara meninggi sambil menatap tajam ke mata Marissa.      

"I-itu adalah haknya, itu adalah jalan hidupnya, pilihannya. Jadi kita tak bisa melarang bukan," jawab Marissa tergagap, ditatap seperti itu oleh gadis yang belum ia kenal membuat Marissa sedikit tak tenang. Entah mengapa ia merasa gadis yang baru ia temui itu memiliki sesuatu yang tak ia tau apa.      

Anne menggelengkan kepalanya perlahan mendengar perkataan gadis cantik yang ada di hadapannya, karena malas berbicara lagi Anne lalu menoleh dan berjalan pelan menuju tempat si wanita penggoda yang masih terduduk di lantai.     

"Hentikan perbuatanmu ini sebelum kau jatuh lebih dalam lagi, karena percayalah marahnya wanita baik yang tersakiti tak akan bisa kau bayangkan. Jadi lebih baik kau bertobat dan hentikan perbuatanmu ini, masih banyak pekerjaan lain yang bisa kau lakukan selain merusak kebahagiaan rumah tangga orang lain," bisik Anne pelan sambil berjongkok di hadapan sang wanita penggoda yang wajahnya kini memucat.     

Setelah berkata seperti itu Anne lalu bangun dan berjalan mendekati dua gadis cantik yang sebelumnya mempengaruhi gadis penggoda, setelah berdiri di hadapan mereka Anne lalu berkata,"Setiap yang kau lakukan akan kembali pada kita kembali, jadi aku harap kalian tak mempengaruhi hal buruk lagi pada seseorang. Karena percayalah Tuhan tak akan membiarkan banyak wanita baik tersakiti."     

Deg     

Deg     

Deg     

Jantung Marissa dan Kimberly berdegup sangat kencang mendengar perkataan gadis berambut pendek di hadapannya, mulut mereka berdua seperti terkunci secara tiba-tiba dan tak dapat bicara. Padahal Anne hanya mengatakan beberapa patah kata saja.     

"K-kau ini siapa kenapa ikut campur dalam urusan kami!!"hardik Kimberly mencoba untuk memberanikan diri.      

"Aku hanya orang lain sama seperti kalian dalam hal masalah gadis itu, jadi aku harap kalian jaga bicara kalian jangan bicara seperti tadi pada wanita yang jelas-jelas salah karena merusak kebahagiaan orang lain seperti tadi. Alangkah lebih baiknya kalau kalian memberikan nasehat kepadanya untuk menghentikan perbuatannya itu, tentu kalian tak mau bukan ada diposisi yang sama seperti nyonya tadi itu yang harus melihat suaminya digoda wanita lain," jawab Anne pelan.     

Setelah berkata seperti itu Anne lalu berjalan pergi meninggalkan Marissa dan Kimberly beserta sang gadis penggoda yang saat ini sudah berdiri, Anne memilih pergi dari tempat itu karena tak mau terbawa emosi. Pasalnya tadi saat melihat wanita yang suaminya telah berselingkuh dengan si penggoda hatinya terasa sakit, Anne merasa ikut sakit saat melihat wanita itu menangis di depan umum sambil memeluk anak-anaknya yang masih kecil.     

"Terima kasih Tuhan sudah menjagaku dari jamahan Leon dulu, aku tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padaku kalau aku sempat mempunyai anak dengan Leon,"ucap Anne dalam hati sambil memegangi dadanya yang berdetak sangat cepat.     

Karena moodnya sudah hancur Anne pun memutar untuk pulang, ia tak mau berjumpa lagi dengan dua wanita aneh yang mendukung wanita penggoda itu. Padahal jelas-jelas perbuatannya salah, dengan mempercepat langkah kakinya Anne lalu masuk ke dalam mobil yang terparkir di area khusus untuk wanita, tanpa pikir panjang Anne lalu memacu mobilnya menuju apartemennya menembus jalanan yang cukup ramai karena bertepatan dengan jam makan malam dimana biasanya banyak orang yang memilih mencari makan diluar bersama keluarga atau pasangannya di awal bulan seperti kali ini.      

Sementara itu Jack yang sudah sampai di restoran tempat meetingnya bersama klien baru sedang terlihat serius memperhatikan penjelasan dari seorang wanita muda cantik yang duduk di hadapannya dan Erick, bagi Jack melihat gadis cantik seperti klien barunya ini bukanlah hal aneh. Sering diajak meeting oleh sang ayah saat usianya masih sangat muda membuat Jack tak heran jika bertemu wanita cantik, namun lain halnya dengan Erick. Sejak tadi ia tak mengalihkan pandangannya dari gadis cantik yang ada di hadapannya dan hal ini membuat Jack tersenyum tipis.     

"Ok Tuan Muller, saya sudah memberikan semua penjelasan. Apakah masih ada yang belum dimengerti?"tanya sang klien baru Muller Finance International dengan lembut.     

"Tidak ada Nona Olive, semuanya sudah jelas. Anda memberikan penjelasan dengan sangat detail pada kami," jawab Jack ramah pada klien barunya yang bernama Olivia.      

"Syukurlah kalau begitu, berarti kita bisa langsung ke inti saja. Silahkan anda tanda tangan terlebih dahulu tuan selalu CEO dari Muller Finance International yang sangat terkenal itu,"puji Olive mencoba menggoda Jack.     

"Anda bisa saja Nona, perusahaan anda juga perusahaan hebat,"sahut Jack merendah.     

"Perusahaanku ini masih tak sebanding dengan Muller Finance International Tuan,"ucap Olivia merendah.     

Jack hanya tersenyum mendengar perkataan rekan bisnis barunya itu, karena acara mereka sudah selesai akhirnya Jack memerintahkan pelayan untuk membawakan makanan. Erick yang biasanya berisik pun nampak lebih tenang dan gentleman, ia terlihat sekali mencoba membuat Olivia terkesan pada dirinya.      

Saat pelayan sedang membawakan makanan yang sudah dipesan sebelumnya tiba-tiba Olivia meminta izin pada Jack untuk menerima panggilan telepon dari seseorang, senyumnya mengembang saat berbicara dengan sang penelepon dan hal itu membuat Erick sedikit kecewa. Tak lama kemudian Olivia pun kembali bergabung dengan Jack dan Erick dengan wajah yang sumringah.     

"Oh ya Tuan bolehkan saya mengajak orang saya bergabung dengan kita malam ini?"tanya Olivia pelan.     

"Tentu saja, kenapa tidak. Silahkan saja kalau anda ingin mengajak partner anda Nona,"jawab Jack dengan senyum ramahnya.     

"Terima kasih kalau begitu, saya sebenarnya tidak enak tapi karena dia sudah ada di…heiii disini!!"     

Olivia tak menyelesaikan perkataannya saat melihat ke arah orang yang baru masuk ke restoran, seorang gadis yang tak kalah cantik dan seksi seperti Olivia terlihat tersenyum cantik ke arah Olivia.      

"Maaf, maafkan aku kalau aku mengganggu meetingmu,"ucap gadis cantik yang baru datang itu dengan manja.     

"Its ok, tuan Muller sangat baik," jawab Olivia lembut sambil tersenyum.     

Si gadis cantik yang baru datang itu nampak tersenyum lebar mendengar perkataan Olivia, deretan gigi putihnya pun nampak terlihat jelas.      

"Oh ya Tuan Muller kenalkan tunanganku Frederika,"ucap Olivia pelan mengenalkan gadis cantik yang baru datang itu kepada Jack sebagai tunangannya.     

Deg     

Erick yang sedang duduk disebelah Jack langsung memucat seketika saat tau kalau gadis cantik yang ia kagumi ternyata adalah pecinta sesama.     

Kalau Erick nampak sangat terkejut namun lain halnya dengan Jack, ia terlihat sangat tenang dan tak terkejut sama sekali. Dengan perlahan ia mengulurkan tangannya ke arah Frederika yang baru saja dikenalkan Olivia sebagai tunangannya.     

"Jackson Muller," ucap Jack singkat.     

"Frederika Gonzales," jawab Frederika ramah sambil meraih tangan Jack dan menjabatnya dengan sopan.     

"Erick..sa-saya asisten tuan Jack." Erick tergagap sambil meraih tangan Frederika yang terulur ke arahnya.      

"Frederika, senang bertemu dengan anda," sahut Frederika pelan.      

Erick hanya tersenyum merespon perkataan gadis cantik yang ada di hadapannya tanpa bicara, karena makanan sudah datang semua. Mereka pun memulai makan malam bersama, Olivia terlihat sangat perhatian pada Frederica yang manja dan hal ini membuat Erick hampir menggila. Baru kali ini ia melihat ada pasangan lesbi secantik ini, sementara Jack terlihat sangat profesional. Ia tak peduli rekan kerjanya itu penyuka sesama atau tak beragama sekalipun, bagi Jack selama mereka bisa diajak kerja sama tak ada masalah baginya.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.