I'LL Teach You Marianne

Bebas



Bebas

0Anne tak membuka mulutnya saat Alan bicara panjang lebar, hanya tatapan kedua matanya saja yang menunjukkan betapa besar kemarahan dan kebenciannya saat ini pada pria yang sedang duduk di hadapannya itu.     
0

"Ok, you done. Karena kau tak memakai infus lagi jadi kau harus makan,"ucap Alan pelan saat merapikan selang infus yang meneteskan cairan infus pasca terlepas paksa dari tangan Anne.     

Setelah berhasil merapikan infus dan teman-temannya dari samping ranjang Alan kemudian bergegas menuju ke meja untuk mengambil makanan yang sebelumnya dibawakan pelayannya, dengan menggunakan satu piring yang cukup besar Alan memasukkan beberapa jenis makanan ke atas piringnya lalu bergegas mendekati Anne yang ternyata sudah berbaring menghadap jendela membelakanginya.     

Alan menghela nafas panjang, ia berusaha sabar menghadapi Anne. Dengan perlahan Alan meletakkan piring yang baru ia isi makanan ke atas nakas dan duduk menyentuh pundak Anne yang tak tertutup selimut. "Anne, bangun...kau harus makan Anne,"ujarnya pelan sambil menepuk pundak Anne dua kali.     

Hening, tak ada jawaban apapun dari Anne. Baik penolakan atau kepanikan seperti tadi dari Anne, sehingga membuat Alan panik. Dengan kasar ia membalik tubuh Anne yang miring ke arah kiri itu menjadi terlentang, Alan yang sudah bersiap membuka mulutnya kembali terkejut saat melihat Anne memejamkan kedua matanya.     

"Tidur, secepat itu. Jangan bergurau Anne...."     

Alan tak bisa menyelesaikan perkataannya saat menyadari Anne benar-benar tidur, ia pun menarik tangannya dari depan wajah Anne. Ritme nafas Anne lebih halus dari sebelumnya meskipun masih terdengar beberapa kali rintihan darinya, Alan yang masih duduk di samping Anne masih tak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari Anne. Bengkak di mata Anne sudah mulai berkurang, wajahnya juga sudah tak sepucat beberapa saat yang lalu.     

"Cantik dan kau tak akan bisa lari dariku,"desis Alan tanpa sadar, meskipun sudah berhasil memiliki Anne seutuhnya namun ada rasa ketakutan yang besar dalam diri Alan saat ini. Ia masih sedikit terganggu dengan beberapa kalimat yang keluar dari bibir Anne saat semalam ia sedang menggagahinya, meskipun tak terlalu jelas namun Alan masih bisa merangkai kata demi kata yang terucap dari bibir Anne walaupun nama pria yang ia ucapkan tak berhasil diingat dengan baik oleh Alan.     

"Aku yakin sekali tadi malam ia menyebut nama seorang pria, siapa pria itu? Apa pria itu kekasihnya? Seperti apa rupanya sampai Anne memanggil namanya saat aku ada disisinya. Fuck...tak ada siapapun yang boleh ada mengisi hati Anne kecuali aku, Alan Knight Clarke,"ucap Alan dingin dengan rahang mengeras, matanya berkilat tajam menunjukkan kecemburuan yang sangat besar.     

Tanpa pikir panjang Alan pun melepas semua pakaiannya dan hanya menyisakan celana dalam nya saja kemudian langsung masuk ke selimut yang sedang digunakan Anne untuk menutupi tubuhnya, Alan lalu merengkuh Anne dengan kuat. "Kau milikku Anne, tak akan kubiarkan kau pergi dariku. Bahkan jika ada kehidupan selanjutnya setelah ini kau akan tetap menjadi milikku."     

Tak lama kemudian suara dengkuran halus terdengar dari Alan, ia yang awalnya berniat menunggu Anne terbangun akhirnya tertidur. Berada sedekat itu dengan Anne membuat pria itu merasa sangat nyaman, sebuah perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya selama ini. Ada kenyamanan luar biasa yang Alan rasakan saat bersama Anne, seolah ia sudah memiliki hubungan yang lama dengan Anne. Meski nyatanya mereka baru bertemu beberapa kali saja.     

Karena sisa obat tidur yang berada di dalam tubuh Anne sudah hilang pasca infus terlepas dari tubuhnya, perlahan Anne terbangun saat merasakan ada tangan besar yang menekan perutnya yang belum terisi apapun sejak kemarin. Anne hampir berteriak dengan keras saat mengetahui sang pemilik tangan yang tengah memeluknya dengan hati-hati Anne kemudian menggeser tubuhnya dari pelukan Alan, setelah berusaha lebih dari lima menit akhirnya Anne bebas dari rengkuhan Alan. Tanpa pikir panjang Anne pun langsung berjalan menuju pintu, meskipun seluruh tubuhnya terasa sangat sakit namun Anne tak memperdulikan itu. Yang ada dalam pikirannya saat ini adalah bisa bebas dari monster jahat yang sedang tidur itu.     

"Tahan Anne, tahan sedikit lagi. Kebebasanmu ada didepan sana Anne,"ucap Anne dalam hati sambil mengulurkan tangannya mencoba menggapai pintu yang masih empat langkah lagi dari tempatnya itu.     

Seandainya Anne dalam kondisi sehat ia pasti tak membutuhkan waktu lama untuk mencapai pintu, namun karena saat ini ia dalam kondisi yang berbeda alhasil jarak sedekat itu terasa sangat jauh baginya. Setelah berjuang sekuat tenaga akhirnya Anne sampai di pintu, dengan sisa-sisa tenaga yang terakhir Anne berusaha membuka kunci satu demi satu dengan sangat hati-hati supaya tak menimbulkan suara. Anne tak mau membuat pria yang sangat ia benci itu bangun dari tidurnya, karena itu saat tangannya terjepit dan mengeluarkan sedikit darah Anne hanya bisa menahan diri untuk tak mengeluarkan suara. Anne menahan segala kesakitannya sekuat tenaga demi sebuah kebebasan.     

"Terima kasih Tuhan,"ucap Anne dalam hati saat berhasil membuka lima kunci yang terpasang di pintu, ia kini semakin meyakini kalau seorang Alan adalah seorang psikopat gila. Tak ada manusia normal yang memiliki kunci sebanyak itu untuk pintu sebuah kamar, setelah berhasil membuka semua kunci dengan hati-hati Anne menarik daun pintu agar ia bisa keluar dari kamar dan berharap tak ada siapapun di depan kamar.     

Dada Anne kembali teraliri oksigen saat ia berhasil keluar dari kamar Alan, ia sudah menduga kalau Alan bukan orang sembarangan. Melihat besarnya tempat ia berada saat ini membuat Anne sedikit gelisah, ia takut tak bisa kabur tepat waktu. Berada dalam sebuah rumah super besar yang memiliki banyak ruang besar membuat Anne bingung, ia tak tahu harus memilih jalan yang mana. Semua yang berada di depan matanya nampak seperti jalan berduri yang membahayakan, namun karena besarnya keinginan untuk bisa lepas dari Alan akhirnya Anne memberanikan diri melangkah kedepan mencari jalan keluar.     

Meskipun bertelanjang kaki namun Anne sangat berhati-hati ketika melangkah, ia tak mau menimbulkan suara sekecil apapun supaya tak diketahui siapapun.     

"Tangga, haruskah aku turun melalui tangga ini. Tapi bagaimana kalau ada yang melihat, bagaimana kalau anak buah monster itu tahu. Tuhan apa yang harus aku lakukan, tolong beri petunjuk-Mu padaku,"ucap Anne lirih dengan mata berkaca-kaca kembali, menyebut nama Alan membuatnya kembali teringat akan malam yang sangat mengerikan itu.     

Setelah berdiri cukup lama akhirnya Anne pun memutuskan untuk menuruni anak tangga, langkah demi langkah Anne lalui sampai akhirnya ia sudah tiba di tengah-tengah tangga. Jantungnya berdebar semakin kencang saat mendengar suara langkah kaki, Anne mematung di tempatnya saat dua orang pelayan melintas di lantai satu. Dengan menggunakan telapak tangan Anne menutupi mulutnya supaya tak mengeluarkan suara, air matanya pun sudah membanjiri wajahnya kembali. Secara tiba-tiba Anne kembali membayangkan Alan yang sudah memaksakan kehendaknya dengan sangat kasar itu, Anne tak mau hal itu terulang lagi. Karena itu saat ini ia berdoa pada Tuhan agar para pelayan yang berada di lantai satu tak menengok ke arah tangga, tempat dimana ia berada.     

"Terima kasih Tuhan, terima kasih hiksss..."     

Anne kembali melangkahkan kakinya saat kedua pelayan itu tak menyadari keberadaannya, semangat Anne untuk bebas pun semakin besar. Entah tenaga dari mana tiba-tiba Anne bisa berjalan dengan sangat cepat menuju pintu, namun baru saja akan menyentuh pintu yang sangat besar dan berat itu tiba-tiba saja pintu itu terbuka dari luar dan muncullah sebuah sepatu pria melalui pintu yang terbuka itu.     

"Akkhhh..."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.