I'LL Teach You Marianne

Want you without reason



Want you without reason

0Jack hanya bisa diam saat dokter Caitlyn memasang jarum infus pada tangan Anne, tadi saat Anne selesai muntah ia jatuh pingsan dan membuat Jack panik. Beruntung Anne pingsan ketika Jack sudah berada didekatnya sehingga ia langsung mendapatkan pertolongan.     
0

"Sepertinya dalam beberapa bulan pertama Anne harus mendapatkan perawatan intensif, Tuan,"ucap dokter Caitlyn pelan saat sudah selesai memasang jarum pada tangan Anne.     

"Apakah setiap wanita yang sedang hamil muda seperti ini, dok?"tanya Jack liirh dengan tanpa mengalihkan pandangannya dari Anne.     

Dokter Caitlyn tersenyum. "Tidak juga, menurut Anne saat ia hamil Christian ia tak mengalami mabuk yang parah. Sepertinya anak kedua anda ini lebih manja karena tahu ada sang ayah disampingnya."     

Wajah Jack langsung berubah pucat, ia tahu kemana arah pembicaraan sang dokter saat ini dan perubahan air muka Jack disadari oleh dokter Caitlyn yang langsung menepuk pundak Jack.     

"Semua yang terjadi pada kita itu sudah diatur oleh Tuhan dengan baik, jadi anda tak perlu menyesalinya. Yang terpenting kita tak melakukan kesalahan yang sama kedepannya,"imbuh dokter Caitlyn kembali berusaha menenangkan Jack.     

"Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang, dok?"tanya Jack pelan.     

Dokter Caitlyn menurunkan tangannya dari pundak Jack. "Terus dampingi Anne, sepertinya kehamilan ini akan terasa berat untuknya. Apalagi sepertinya ia mengalami Hiperemesis Gravidarum, Tuan."     

"Apa itu Hipe hipe akhhh susah sekali sebutannya."     

"Hiperemesis Gravidarum adalah sebuah kondisi yang ditandai dengan gejala mual yang parah, muntah-muntah, kehilangan berat badan dan gangguan elektrolit di dalam tubuh. Gejala yang sedang bisa ditangani dengan perubahan pola makan, namun kalau sudah parah seperti Anne saat ini maka ia harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit untuk mendapatkan cairan dan nutrisi dari infus. Namun seperti yang kita tahu Anne saat ini sedang menghindari rumah sakit karena takut bertemu dengan sahabatnya yang sedang menjalani program hamil itu maka sepertinya ia hanya akan mendapatkan perawatan di rumah seperti ini saja,"ucap dokter Caitlyn panjang lebar memberikan penjelasan arti dari Hiperemesis Gravidarum pada Jack.     

Jack mengangguk-anggukkan kepalanya perlahan mencoba untuk memahami arti ucapan dokter Caitlyn, namun tetap saja ia masih belum mengerti. Sungguh bahasa kedokteran seperti itu tak bisa ia pahami.     

"Apa cukup hanya dengan diberi infus saja, dok?"     

"Untuk saat ini cukup, yang penting kondisinya terus kita pantau, Tuan,"jawab dokter Caitlyn kembali.     

"Memangnya apa penyebab wanita bisa mengalami hal itu dok? Apa tak ada cara pencegahannya? Aku tak mungkin tega membiarkan Anne terus diinfus seperti ini, aku tak mau melihat tangan kecilnya terus terpasang jarum infus seperti itu,"ucap Jack serak.     

"Sampai saat ini para dokter dan ahli kesehatan belum tahu penyebab pasti dari Hiperemesis Gravidarum. Namun, beberpaa pakar menyebut bahwa tingkat hormon yang meningkat saat hamil menjadi salah satu penyebab terjadi Hiperemesis Gravidarum ini. Dan untuk penanganan Hiperemesis Gravidarum ini bisa dilihat dari seberapa parah keadaan ini mempengaruhi kesehatan si ibu hamil. Karena itulah saya akan secara khusus memantau kondisi Anne, supaya hal-hal yang tak diinginkan tak terjadi,"jawab dokter Caitlyn kembali sambil tersenyum, ia senang melihat kekhawatiran Jack saat ini.     

Jack menghela nafas panjang. "Aku percayakan semuanya pada anda, dok."     

"Siap Tuan, selama kalian berada di Luksemburg maka..."     

"No, anda harus ikut dengan kami ke Swiss saat kami pulang nanti." Jack langsung menyahut perkataan dokter Caitlyn dengan cepat.     

Dokter Caitlyn langsung menoleh ke arah Jack dengan cepat. "A-apa maksud anda? Memangnya kalian tak akan tinggal di Luksemburg?"     

"Tentu saja tidak, aku harus mengurus perusahaan dan tak mungkin meninggalkan Anne sendiri disini. Apalagi disaat kondisinya sangat parah seperti ini,"jawab Jack pelan tanpa rasa bersalah.     

"Tapi saya..."     

"Kau jangan khawatir, aku akan bicara dengan dokter Leo secara langsung. Lagipula saat ini sudah ada dokter Olivia yang mengurus Linda dan Paul, jadi kehadiranmu tak terlalu dibutuhkan Linda. Saat ini Anne lah yang membutuhkanmu, dok." Lagi-lagi Jack kembali memotong perkataan dokter Caitlyn tanpa rasa bersalah.     

Dokter Caitlyn mati kutu, ucapan Jack benar-benar membuatnya tak bisa berkata-kata. Sama seperti saat menghadapi mendiang tuan David Clarke sepertinya kali ini dokter Caitlyn pun dibuat tak bisa membantah Jack, apalagi kondisi Anne memang sedang tidak stabil.     

Tak lama kemudian dokter Caitlyn pun pergi meninggalkan mansion karena ia harus kembali ke rumah sakit, Jack sendiri tak melarang dokter Caitlyn karena Anne sudah sadar.     

"Siapa yang memasang jarum inpus ini?"tanya Anne pelan saat menyadari ada jarum infus yang terpasang pada tangannya.     

Jack meraba wajah Anne yang sudah nampak lebih segar dengan penuh cinta. "Tentu saja dokter Caitlyn, mana mungkin aku. Aku memang bisa menyuntikmu, tapi tidak menggunakan jarum setajam itu."     

Blush, wajah Anne langsung memerah.     

"Mesum!!"     

Jack terkekeh. "Hanya padamu aku seperti ini, Anne. Hanya padamu, satu-satunya wanita yang aku cintai."     

"Dasar mulut manis, pintar sekali bicara,"sengit Anne kesal sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain untuk menyembunyikan wajahnya yang sudah semerah tomat.     

Jack kembali tersenyum, perlahan ia meraih tangan Anne yang terpasang jarum infus dan diciumnya dengan penuh cinta.     

"Maafkan aku Anne, aku sudah banyak sekali menyulitkanmu,"ucap Jack lirih penuh sesal.     

Anne menolehkan wajahnya dan menatap Jack yang sedang menunduk dan mencium punggung tangannya.     

"Karena hamil kau harus mengalami kesulitan seperti ini,"imbuh Jack kembali dengan serak.     

Anne menipiskan bibirnya. "Sepertinya anakmu ini akan sangat manja nantinya kalau sudah lahir, Jack,"jawab Anne pelan mencoba mengalihkan pembicaraan.     

Jack langsung mengangkat wajahnya dan menatap Anne lekat. "Benarkah? Kalau dia manja apa itu artinya dia akan terlahir sebagai seorang anak perempuan yang cantik sepertimu?" Kedua mata Jack berbinar-binar saat bicara, memiliki anak perempuan dari Anne adalah salah satu impian besarnya saat ini.     

Mendengar perkataan Jack membuat Anne langsung menarik tangannya. "Belum tentu, siapa tahu dia akan menjadi anak laki-laki."     

"No, sepertinya Christian akan memiliki adik perempuan. Fix no debat."     

Anne terdiam, ia memilih untuk tak menjawab perkataan Jack karena tak mau berdebat. Pasalnya tiba-tiba perutnya terasa lapar, dengan senang hati Jack pun bergegas pergi menuju dapur untuk menyiapkan makanan yang Anne inginkan. Anne berkata ingin makan sandwich buatannya sendiri, Jack yang sangat mahir membuat sandwich pun tak keberatan. Dengan penuh semangat ia membuat roti lapis itu sendiri di dapur.     

Kehadiran Jack di dapur pun membuat semua pelayan heboh, mereka tak percaya melihat sang tuan menyentuh peralatan masak di dapur. Sungguh hal yang tak pernah mereka bayangkan sama sekali, bahkan Noah yang merupakan kepala pelayan sampai merekam apa yang dilakukan Jack saat ini untuk dijadikan kenang-kenangan.     

Setelah berkutat di dapur selama hampir 15 menit empat potong sandiwich pun siap dihidangkan, aroma wangi dari bacoon yang dipanggang dengan sempurna akan membuat siapapun merasa lapar. Tepat pada saat Jack sedang melepas apron yang melekat ditubuhnya tiba-tiba ponselnya berdering.     

"Yes babe."     

"Mana Jack? Lama sekali, aku lapar,"jawab Anne dengan keras.     

"Iya ini aku akan naik, sabar ya."     

"Ok, satu menit!!"     

Damn, satu menit. Tanpa mematikan ponselnya Jack pun langsung berlari dengan cepat menaiki anak tangga menuju lantai dua dimana kamar mereka berada, beruntung Jack meletakkan sandwich buatannya di sebuah piring yang memiliki penutup sehingga saat ia berlari sandiwch buatannya itu tidak terjatuh.     

Brak     

Anne yang sedang menatap ponselnya yang tak terdengar suara apa-apa itu langsung menoleh ke arah pintu yang baru saja dibuka dengan kasar oleh Jack.     

"B-belum ada satu menit kan?"tanya Jack tergagap dengan nafas naik turun saat berjalan masuk kedalam kamar mendekati Anne yang duduk bersandar di ranjang.     

Anne langsung menatap ponselnya dan terkejut saat menyadari kalau suaminya baru saja berlari dari lantai satu.     

"Kau berlari?"tanya Anne pelan tanpa rasa bersalah.     

Jack meletakkan piring yang ia pegang diatas nakas dengan hati-hati. "Tentu saja, aku tak punya jurus menghilang sehingga aku tak bisa langsung berada dihadapanmu selain berlari." Nafas Jack masih naik turun saat bicara, menandakan betapa lelah dirinya saat ini.     

"Aku tak serius tadi, Jack. Kau tak perlu berlari seperti ini,"ucap Anne pelan penuh sesal.     

"It's ok babe, i'm fine. Anggap saja aku dengan berolah raga,"jawab Jack dengan cepat sambil duduk disamping Anne. "Mau makan sekarang?"     

Anne menganggukkan kepalanya. "Iya, tapi suapi aku."     

Jack tertegun mendengar perkataan Anne, namun tak ayal ia pun langsung menyuapi Anne dengan sabar. Dan serertinya Anne benar-benar lapar saat ini, ia makan dengan lahap sandwich buatan Jack.     

"Rasanya seperti kembali ke tujuh tahun yang lalu saat kita masih ada di Newcastle Upon Tyne,"ucap Anne pelan dengan mulut penuh makanan.     

Jack tersenyum. "Maafkan aku Anne, seandainya dulu aku tak menutup-nutupi identitasku dan bicara jujur padamu mungkin saja kita sudah bahagia sejak tujuh tahun yang lalu. Mungkin saja Christian dan adik-adiknya saat ini..."     

"Semua yang terjadi dalam hidup kita sudah diatur dengan sangat baik oleh Tuhan, Jack. Pertemuan kita di Newcastle Upon Tyne, jatuhnya kau di selat Inggris dan pertemuan kita dengan kakek. Semuanya sudah diatur rapi oleh Tuhan, bayangkan saja seandainya kau tak jatuh di selat Inggris lima tahun tang lalu? Tak mungkin bukan kau bisa bertemu dengan kakek kandungmu."     

Air muka Jack berubah, ia terdiam dan tak bisa menjawab perkataan Anne. Karena apa yang Anne ucapkan benar, seandainya ia tak mengalami kecelakaan di selat Inggris mungkin saja ia tak pernah tahu kalau masih punya kakek dan saudara kembar yang dibunuh secara sadis. Sehingga saat ini ia mengubah nama belakangnya menjadi Clarke, sesuai nama keluarga sang ayah sebelum ia pergi dari rumah bersama ibunya puluhan tahun yang lalu karena pernikahannya dengan sang ibu tak direstui oleh sang kakek.     

Tanpa bicara Jack mengangkat tangannya dan menyentuh pipi lembut Anne yang tak menggunakan make-up. "Entah apa jadinya aku jika hidup tanpamu, Anne. Terima kasih masih mau memberikan aku kesempatan kedua dan kembali padaku."     

Anne mencium tangan Jack yang sedang menyentuh pipinya. "Aku menginginkanmu tanpa alasan, Jack."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.