Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 200 ( Lamaran )



Chapter 200 ( Lamaran )

0Asraff membenarkan.     
0

"Ya. Alliesia bekerja dan tinggal di istana. Jika bukan membawa kalian kemari. Lalu aku harus membawa kalian kemana?" tanya Asraff lagi dengan pandangan heran.     

Baru menyadari hal itu dan menegang     

"Kakak benar. Tetapi kenapa aku mendadak menjadi lemas dan hilang selera?"     

Monna dibuat tidak berdaya. Ketika Asraff masih melanjutkan perkataannya dengan sikap tenang.     

"Sudah mendapatkan cuti dari Putra Mahkota. Sehingga aku yakin dia pasti sudah mengurus pekerjaan Alliesia dengan baik. Lalu menggunakan berbagai macam alasan untuk tidak membiarkan Alliesia keluar untuk bekerja,"     

Hanya kadang-kadang. Namun belakangan ini menjadi sering dimintai bantuan untuk membantu di katedral. Menyembuhkan orang-orang miskin yang tidak sangup membiayai rumah sakit dan melakukan pelayanan secara cuma-cuma.     

Monna yang sempat membaca tugas-tugas baru Alliesia, tidak nampak bingung dengan informasi Asraff.     

Sementara kedua orang tua mereka nampak mulai mengagumi sosok Alliesia.     

Namun, yang menjadi masalah saat ini adalah...     

"Kenapa kau harus mengajak kami kemari? Terutama Catty? Kau tidak tahu bagaimana istana memberikan kenangan buruk padanya?"     

Itu dia!     

Alpen Bourston memang adalah laki-laki yang pintar dan cepat tanggap. Memberikan pertanyaan yang sebetulnya ingin Monna tanyakan lebih awal. Tapi tersendat karena merasa tertekan.     

Tidak seperti Asraff yang hanya kadang-kadang saja menjadi pintar dan pura-pura bodoh dalam waktu hampir bersamaan.     

Rubylic nampak cemas.     

"Itu benar, Asraff. Kenapa kau harus mengajak kami kemari? Catty dan Putra Mahkota baru saja bercerai. Jika kita datang tiba-tiba seperti ini.."     

Tidak mengerti lagi bagaimana semua orang menanggapi niat Asraff dengan salah. Padahal dia sudah mengatakan bahwa Alliesia bekerja dan tinggal di istana. Sehingga hanya tempat ini yang bisa mereka tuju.     

"Tidak masalah, Ibu. Aku akan menjaminnya. Dan Putra Mahkota juga sudah memberikan dukungan penuh padaku. Jadi, aku bisa berkeyakinan bahwa tidak akan terjadi masalah,"     

Monna langsung memasrahkan keadaan.     

"Terserah pada kakak. Dan lakukan sesukamu. Tapi.."     

Semua orang kompak menyimak.     

"Apa kita perlu melakukan arak-arakan sebesar ini?"     

Melihat ke sekeliling dan membenarkan dengan anggukan. Rubylic terlihat setuju.     

"Ya. Itu benar, Asraff. Apa kau perlu membawa mereka kemari?"     

Belum diberikan intruksi atau breafing. Mereka datang secara mendadak dengan membawa beberapa iringan pemusik. Seakan ingin melakukan pertunjukkan dan membuat kehebohan di suatu tempat.     

Tempat itu ternyata adalah istana kekaisaran.     

Bukan tempat lain. Melainkan istana??!     

Sehingga sebenarnya, ada dimana otak cerdas Asraff bersembunyi?     

"Alliesia senang mendengar musik, Ibu. Jadi itu sebabnya, aku ingin memberikannya penghiburan secara totalitas."     

Monna lagi-lagi mengangguk pasrah. Lebih baik menutup mata dan tidak perlu ikut campur. Tugasnya datang kemari hanya untuk menjadi penonton dan menyaksikan bagaimana kakaknya melamar Alliesia.     

Dan sesuai dengan dugaan. Alliesia yang terkejut melihat kedatangan mereka menatap Asraff sangat serius.     

Baru saja selesai mencuci pakaiannya karena punya waktu kosong untuk berlibur. Kedatangan Sraff beserta dengan seluruh keluarganya sudah membuat Alliesia terpana.     

"Ada apa ini, Asraff? Kenapa kau datang dengan membawa banyak sekali rombongan? Kau sudah mendapatkan surat izin masuk dan para penjaga istana sudah mengizinkanmu untuk masuk?"     

Tahu bahwa aturan istana sangat ketat dan tidak mengizinkan siapapun untuk sembarangan masuk jika tidak memiliki surat izin masuk.     

Alliesia menatap semua tamunya secara bergilir.     

Seorang laki-laki paruh baya yang berkarisma dan sekilas mirip dengan Asraff. Lalu seorang wanita yang Alliesia yakin sebagai istrinya. Dan Putri Cattarina. Empat kesempurnaan ini sudah tidak diragukan sebagai keluarga Bourston.     

Namun, apa yang mereka semua lakukan di sini?     

Datang bersama dengan Asraff dan nampak ingin bertemu dengannya.     

"Aku sudah mendapatkan izin. Dan aku membawa mereka untuk menghiburmu,"     

Menatap tanpa berkedip. Asraff kembali berkata.     

"Bukankah kau sedang dalam suasana hati yang tidak baik dan butuh penghiburan?" tanya Asraff sangat percaya diri dan tidak tahu malu.     

"Ya. Dan kau tahu siapa yang membuatku seperti ini!" menjawab ketus dan tidak peduli ada banyak pasang mata yang terus memperhatikan mereka.     

Alliesia menunjukkan sikap acuh.     

"Karena itu aku datang bersama dengan mereka!"     

"Aku tidak akan semudah itu dibujuk dengan hanya iringan musik dan permintaan maaf. Lalu semuanya selesai, As!"     

@w.e.b.n.o.v.e.l     

"Tidak semudah itu ketika hatiku sudah sangat terluka!"     

Terlihat benar-benar marah dan tersinggung. Monna agaknya cukup terkejut dengan sikap Alliesia yang baru pertama kali Monna lihat secara langsung.     

"Jadi, kau masih marah?" tanya Asraff.     

"Ya. Siapa yang tidak akan marah jika aku dipermainkan? Berpikir kau serius mendekatiku. Tapi kau malah sekedar ingin mempermainkanku dan tidak serius!"     

"Aku tidak pernah bilang bahwa aku tidak serius," balas Asraff teguh.     

"Tapi kau mengatakan kalau kau mendekatiku karena adikmu," ungkap Alliesia masih mengingat jelas apa yang sudah pernah Asraff katakan padanya.     

"Dan itu benar,"     

Ingin memukul kepala Asraff ketika pria itu terus mengulur waktu dan bersikap menyebalkan.     

Monna memilih untuk menendang pelan tumit Asraff.     

"Aduh! Kenapa kau menendangku dan mencari masalah?" komplain Asraff dan membalikkan tubuhnya menghadap Monna.     

Bersikap acuh dan tidak membalas. Asraff yang melihat Monna berpura-pura tidak tahu apapun, berbalik menatap Alliesia kembali.     

"Aku memang tidak pernah mengatakan bahwa aku tidak serius ingin berpacaran denganmu. Mendekatimu karena sebuah tujuan dan aku mengakuinya karena aku tidak ingin menyembunyikan apapun di belakangmu. Karena aku tahu pada akhirnya semua akan ketahuan dan meninggalkan luka,"     

Tanpa sengaja Monna merasa tersindir.     

Bukan hanya pada satu atau dua rahasia yang Monna sembunyikan. Namun seluruh hidup yang dia rahasiakan secara total.     

Bahkan soal perasaannya.     

Monna lalu melirik Asraff.     

Mungkinkah Asraff sedang menyindirnya?     

Yakin hanya pertanyaan negatif tanpa dasar yang dia ucapkan dalam hati. Monna dan kedua orang tuanya dikejutkan pada sikap Asraff yang tiba-tiba.     

Bersujud di hadapan Alliesia dan mengeluarkan sebuah cincin bermatakan berlian yang bersinar terang. Monna yang mewakili semua penonton menggigit bibirnya.     

"Wah, Kak! Sejak kapan kakak mempersiapkan cincin itu?"     

Terkesima ketika cincin yang Asraff berikan pada Alliesia adalah cincin yang berkualitas dan mahal. Monna sontak melirik kedua orang tuanya yang ikut heboh di belakang. Apalagi par pemusik yang sudah mulai memainkan musiknya untuk memeriahkan acara lamaran.     

Menjerit dan tersentuh ketika ingatan masa lalu menyerang.     

"Ayah!! As mirip sekali denganmu. Dia berani melamar seorang wanita di depan umum!"     

Monna lalu mengartikan pendapat itu dengan cepat.     

"Ayah juga melamar ibu di depan semua orang?"     

Melirik Alpen dan Asraff secara bergantian. Monna lalu memakluminya.     

Selalu memiliki sifat dan sikap yang berbeda dengan Alpen. Asraf kelap kali mengikuti jejak sang ayah tanpa sadar. Sering berselidih pendapat soal pandangan hidup dan keinginan pribadi.     

Pada akhirnya Asraff lebih sering mengikuti pola pikir Alpen.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.