Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 250 ( The End )



Chapter 250 ( The End )

0"Sorot mata dan cara bicaramu yang terus mengingatkan aku padanya. Aku sempat sangat cemas. Karena aku takut kerinduanku pada Belhart membutakan mataku!"     
0

Menjadi sangat mengejutkan ketika semua itu begitu kebetulan dan berhubungan.     

"Tapi nyatanya, instingmu sangat kuat dan kau bisa bersama dengan suamimu lagi di era yang lebih modern!"     

Ucapan Anthonie membuat tawa senang Monna mengembang luas.     

"Ya. Kau benar dan aku sangat bahagia saat ini!"     

Tawa bahagia yang sama terpancar jelas di wajah cerah Anthonie. Tidak bisa menghentikan kesenangannya karena kebahagiaan ini terasa begitu nyata dan menyentuh.     

Anthonie menyentuh kening Monna dengan menggunakan bibirnya. Mengecup tepat di bagian tengah.     

Cup!     

"Kaulah yang terbaik dan paling sempurna untukku!"     

Tidak mempermasalahkan bagaimana penampilan Monna dengan Cattarina begitu jauh berbeda. Dan status mereka yang terpaut jauh.     

Monna menatap Anthonie dengan tatapan lebih tenang. Namun kecemasan lain hadir di ekspresinya.     

"Bagaimana dengan kantor? Sudah lewat dari jam masuk dan jika aku datang terlambat, aku pasti akan mendapatkan teguran yang tajam dari Bu Vera."     

Anthonie masih terus bersenandung kecil.     

"Bukan masalah. Karena khusus hari ini kau lebih baik meliburkan diri."     

Monna mengerutkan kening. Agak bergidik ketika Anthonie dengan berani dan agresif mencium bibirnya. Turun ke bawah. Mencium tengkuknya dan mulai memeluknya lebih erat.     

Monna sedikit menjauhkan diri.     

"Anthonie..." ucap Monna lirih dan merasakan jantungnya berdegup kencang.     

"Ya?"     

Senang ketika namanya dipanggil.     

Anthonie mulai menunjukkan sikap yang sama seperti Belhart.     

"Panggil aku seperti sebelumnya. Bukankah sebelum ini kau memanggilku 'Thonie'?"     

Menatap tidak percaya dan separuh tertawa.     

"Kau tidak bisa menghilangkan kebiasaanmu yang aneh itu? Senang setiap kali aku memanggil nama kecilmu,"     

Anthonie memberikan tatapan santai.     

"Kenapa? Apa itu mengusikmu? Tidak senang ketika aku memintanya dengan sungguh-sungguh."     

Monna mendesah mengikuti kecupan Anthonie.     

"Hei! Berhenti menciumku dengan nakal dan sadarkan dirimu!" dumel Monna.     

"Tapi aku tidak bisa. Pikiranku langsung kacau setiap kali aku mencium aroma tubuhmu, Monna. Dan apa kau tahu pikiran buruk apa yang menghujamiku saat ini?"     

Tidak berani memberikan jawaban karena takut jawabannya akan mempermalukan diri sendiri.     

Anthonie mewakili Monna menjawab pertanyaan yang dia ajukan.     

"Malam-malam spesial ketika bersama denganmu dalam sosok Belhart!"     

Berdecak kagum dan merasakan wajahnya memanas.     

"Kau gila! Bagaimana mungkin di situasi seperti ini kau memikirkan hal itu!"     

"Justru karena kebersamaan kita saat ini, aku jadi berpikir begitu."     

Monna menggeleng lemah.     

"Tapi hebatnya kau bisa mengingat semua kejadian itu?"     

Malu dengan pertanyaannya. Monna tidak berani melihat wajah Anthonie secara langsung.     

Memalingkan wajah ke sisi lain. Dan gairah jahat Anthonie malah semakin berkembang.     

"Gunakan waktu cutimu dan temani aku hari ini seharian."     

Monna tersenyum geli.     

"Itu tidak mungkin karena waktu cutiku sudah habis akibat perjalanan cintaku dengan pria lain!"     

Kini Monna tidak menyebut perjalanan fantastisnya sebagai sebuah kesialan atau kutukan.     

"Aku pasti sudah gila!" runtuk Monna.     

Anthonie kemudian membawa Monna masuk ke dalam kamarnya. Tidak membiarkan Monna lepas dan mengenang masa lalu mereka kembali dengan beberapa praktek baru.     

"Kyaa!!"     

Gendongan itu mengejutkan Monna.     

"Apa yang ingin kau lakukan? Dan kau berani melakukannya?"     

Tidak bisa menutupi kepintarannya membaca situasi. Monna tahu dengan sangat jelas apa yang Anthonie ingin lakukan terhadapnya.     

Tapi, masuk akal-kah semua ini?     

Tidak ingin peduli dan menikmati saja kebahagiaan mereka saat ini. Monna tidak menolak ciuman dalam dan panas yang Anthonie kecupkan padanya.     

"I love You, Monna. Sangat!"     

Keduanya lalu menghilang dibalik pintu. Tidak membiarkan seorangpun mengganggunya dan membiarkan ponsel mereka tertinggal di lantai bawah ruang kerja Anthonie.     

***     

Waktu bergulir dengan cepat dan kebahagiaan Monna terus bertambah. Menemukan pujaan hatinya dan bersatu kembali dengan jiwa Belhart yang lain.     

Siapa yang akan menolak ketampanan Anthonie?     

Memang sempat menggegerkan satu gedung kantor lantaran hubungan mereka yang dipublish terbuka pada semua orang.     

Beberapa diantara mereka bahkan sempat memprediksi hal ini bisa terjadi.     

Sebagaian tidak bisa mengira atau menebak karena keduanya jarang bertemu dan tidak pernah saling mengenal sebelumnya.     

Hingga hubungan ekspres mereka seperti tidak nyata.     

Anthonie bahkan masih ingat bagaimana tatapan penuh arti ayahnya.     

Menggeleng lemah dan merasa tekanan batinnya separuh hilang karena dia akhirnya tahu apa yang menjadi alasan utama putranya ingin cepat-cepat kembali ke kota mereka.     

'Jadi karena ini kau seperti tidak akan berguna jika tidak segera kembali dan menemukan tambatan hatimu?'     

Anthonie hanya memberikan senyum senang pada sang ayah.     

Lalu ketika hari kencan pertama mereka tiba setelah beberapa insiden yang terus menggagalkan usahanya memanjakan Monna.     

Perhatian Monna teralihkan pada hal yang tidak bisa dia acuhkan begitu saja.     

Menunjuk sangat serius pada satu sisi tempat ketika mereka berjalan-jalan pada salah satu pusat pembelanjaan.     

"Anthonie! Bukankah itu Alliesia? Dan bukankah itu Asraff? Wajah mereka sama persis jadi aku tidak mungkin salah mengenalinya," ucap Monna begitu mendadak.     

Anthonie langsung menoleh dan memastikannya sendiri.     

Mengangguk dengan enggan dan mengerjapkan matanya beberapa kali.     

"Apa kita tidak salah melihat?"     

"Tidak. Aku yakin tidak salah melihat dan itu memang mereka!"     

Anthonie akhirnya menyetujui.     

"Kau benar, Sayang. Dan ini sangat luar biasa!"     

Apa lagi yang lebih hebat dari ini?     

Tawa senang dan takjub Monna mengembang.     

Hanya sekedar ingin berjalan-jalan bersama pacarnya di tempat yang lebih jauh pada hari pertama kencan mereka.     

Mereka berdua malah dipertemukan dengan saingan cinta sekaligus kakak kandung Cattarina di kehidupan lain?     

Monna lalu menatap Anthonie lagi.     

"Lalu, jika begitu. Apa itu artinya suatu saat kita akan bisa bertemu dengan Neil juga?"     

Memberikan tatapan dingin ketika pertanyaan semacam itu menusuk kesenangannya.     

"Kau masih saja memikirkannya?"     

Monna membulatkan mata dan memakluminya.     

"Ya. Tentu. Kenapa tidak? Ketika kita bahkan sudah berhasil melihat wujud kakak dan Alliesia di dunia ini?"     

Anthonie memberikan tatapan malas lalu menjepit keningnya.     

Frustasi ketika keinginan itu tidak ingin dia wujudkan.     

"Kita lebih baik tidak usah pikirkan Neil."     

Baru saja berucap. Monna tidak sengaja menabrak seseorang. Pria bertumbuh tinggi dan cukup kekal karena tubrukan itu membuat tubuh Monna cukup terpental.     

Anthonie segera menjadi kesal karena sebelumnya dia sudah pernah meminta Monna untuk fokus dan tidak terlalu memikirkan banyak hal.     

"Apa kau tidak bisa jalan dengan benar dan sengaja menabrak pacarku?!"     

Bukannya menegur Monna, Anthonie justru menegur pria asing yang menabrak Monna.     

Menunjukkan sikap tenang dan hanya sedikit merasa bersalah. Pria asing itu mengakui kesalahannya dengan sikap dewasa.     

"Saya minta maaf. Dan tidak sengaja."     

Monna dan Anthonie sama-sama membatu, melihat siapa yang menabrak mereka.     

"Neil??!"     

Langsung menyuarakan satu nama yang sempat dia sebut tidak lama. Teriakan Monna mengguncang semua orang. Menunjuk pria asing tampan yang sedang menatapnya balik setelah meminta maaf.     

Pria itu nampak kebingungan.     

"Pardon?"     

Monna sontak berteriak heboh pada Anthonie.     

"Belhart! Dia Neil! Dan kita benar-benar bertemu dengannya!"     

Tertawa senang dan menantikan hal ajaib lain. Anthonie justru tidak bisa berkata-kata dan hanya menggeleng sangat lemah.     

Apa yang sebenarnya terjadi?     

Tiga tokoh dalam novel muncul di dunia mereka??!!     

- End -     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.