Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 244 ( Dongeng Sang Pangeran dan Putri )



Chapter 244 ( Dongeng Sang Pangeran dan Putri )

0Pesan ketiga masuk.     
0

"Ada seorang putri dari sebuah kerajaan."     

Ketikan pertama masuk dan Monna tidak sengaja membacanya.     

Monna mengerutkan keningnya. Kenapa Anthonie jadi mendongeng? Apa Monna anak kecil? Atau apa Monna secara khusus memintanya?     

Masih merebahkan tubuhnya selesai mengelap tubuh dan berganti pakaian. Monna menunggu pesan lanjutannya tanpa berkeinginan membalas.     

"Dia sangat cantik dan baik hati. Namun nasibnya sial."     

Sedikit mengernyit. Monna agaknya mendumel.     

"Apa dia sedang ingin mengejekku? Mungkin menghinaku dengan kalimat tersembunyi? Cantik dan baik hati, namun bernasib sial? Tidakkah kalimat itu sedang menjelaskan situasiku yang juga sedang sial?"     

Menggeleng lemah dan menyangkal.     

"Mus-ta-hil! Aku tidak cantik dan baik. Jadi dia pasti tidak sedang ingin menyindirku!"     

Monna terus menyimak.     

"Karena ada seorang pangeran dari negeri seberang ingin melamarnya. Menjadikannya permaisuri di kerajaannya yang hampir runtuh akibat dari ketidakcakapannya mengurus negaranya dan memimpin."     

Monna semakin menunjukkan ketertarikannya membaca lebih banyak.     

Seperti anak kecil yang harus tidur setelah berhasil didongengkan.     

Cerita ini mirip dengan cerita yang sering Monna bisikan pada Emilyan. Masih sangat kecil dan mungkin belum paham dengan apa yang ibunya ceritakan. Monna tetap rajin membacakan sebuah dongeng untuk putri kecilnya sesuai dengan moodnya hari itu.     

Lalu, dongeng ini ternyata sampai ke telinga Anthonie?     

Monna tanpa sadar mengulas senyum tipis.     

Pesan demi pesan pria aneh itu kirimkan pada Monna, tanpa menunggu balasannya.     

Yakin tidak salah mengirim pesan dan terus mengetik kalimat demi kalimat.     

Monna merasa sangat familiar dengan cerita unik ini.     

"Sang Pangeran tahu bahwa Sang Putri Cantik tidak menyukainya. Tapi dia tidak pernah menyerah. Terus memperjuangkan cinta pada Sang Putri karena dia percaya pada takdir mereka dan pertemuan mereka."     

"Aku akan memetik sebuah bintang untukmu. Lalu aku akan menyematkan bintang berkilap itu di telingamu. Menjadikannya anting-anting paling cantik dan menawan, seperti rupamu."     

"Sang putri tidak bisa mengabaikan kebaikan dan ketulusan Sang Pangeran. Sadar Sang Pangeran kurang berkompeten. Tapi dia tulus dan paling mempedulikannya dan juga menjaganya."     

"Hati sang putri akhirnya mencair."     

Monna memperhatikan tulisan ini dengan teliti.     

Mengenali semua cerita sebagai cerita karangannya semata, ketika dia sedang bercerita pada Emilyan. Monna agaknya cukup terkejut ketika ternyata sebenarnya cerita seperti ini ada dan beredar di masyarakat.     

"Lalu, apa kau ingin tahu? Apa yang terjadi pada Sang Putri?" tanya Anthonie dalam pesannya.     

Sengaja membuat jeda dan membuat Monna memikirkan jawabannya lebih dulu, lalu menebak.     

Di kamarnya yang kosong dan hening, Monna memberikan respon tanpa dia ketik dan ubah dalam belum pesan balasan.     

"Sang Putri berubah menjadi buruk rupa karena sebuah kecelakaan. Lalu kecantikannya sirna. Menyadari dirinya tidak cantik lagi, Sang Putri menjadi sangat sedih."     

Kata demi kata ditulis hampir mirip.     

Menambahkan keterkejutan tersirat di wajah Monna.     

Ingin bertanya darimana Anthonie bisa mendapatkan cerita semacam ini.     

Pesan berikutnya masuk.     

Seperti telah disimpan dan diketik sebelumnya. Dan Anthonie tinggal mengirimkannya satu persatu sesuai dengan urutannya.     

"Sang Putri bertanya pada Sang Pangeran pada suatu hari."     

Sudah bisa menebak bagaimana kelanjutannya ceritanya dan itu membuat Monna semakin stres.     

Mata Monna terus bergerak untuk membaca pesan-pesan itu. Diiringi dengan suaranya yang tenang.     

"Aku sudah tidak memiliki dasar untukmu mencintaiku. Tidak bisa membuatmu bangga ketika bersanding denganku di depan banyak orang. Lalu aku sudah tidak menemukan lagi alasanmu mencintaiku. Ketika yang aku tahu, kau mencintaiku pada saat kita pertama kali bertemu. Karena wajahku dan karena penampilanku."     

Monna kini baru menyadari, dongeng dan cerita pengantar ini terlalu aneh dia ceritakan pada bayi yang baru berumur 5 bulan.     

"Lalu, dengan unik Sang Pangeran menjawab. Wajahmu memang kini berbeda. Tidak secantik penampilanmu sebelumnya dan tidak membuatku terpesona seperti biasanya."     

"Hampir menangis dan melarikan diri sejauh mungkin untuk bersembunyi. Pangeran itu melanjutkan tanggapannya sebelum Sang Putri benar-benar pergi meninggalkannya."     

"Namun, seberapa buruk dan tidak menarik wajah atau penampilanmu. Di hati dan mata batinku, kau adalah yang paling sempurna dan indah."     

Monna masih ingat ketika dia menceritakan bagian ini, Monna terus mengawasi Belhart yang menatapnya balik.     

Terus memejamkan mata ketika ikut mendengarkan cerita khalayan Monna. Belhart membuka matanya tepat pada bagian kalimat ini.     

Menyiratkan sorot mata yang mungkin akan sama seperti sang pangeran. Ketika Pangeran khayalan Monna berwujud nyata.     

Belhart juga terkadang ikut melanjutkan ceritanya karena dia telah sangat hafal dengan seluruh isi cerita itu.     

"Tidak akan pernah terganti meski wajah dan hatimu berubah. Meski waktu telah bergulir dan kini penampilanmu tidak sama lagi. Aku akan tetap menerimamu. Mencintaimu. Dan mencintaimu sekali lagi dengan alasan yang berbeda."     

"Satu alasan hilang. Maka aku bisa menggantinya dengan alasan baru."     

Monna tidak bisa menghentikan air matanya yang sudah berkumpul di pelupuk mata. Rindu ketika kenangan bersama Belhart tidak bisa Monna lupakan dengan mudah.     

"Apa yang sekiranya, Belhart kerjakan saat ini?" renung Monna penuh kesedihan dan juga kerinduan.     

Menerawang jauh sembari melihat sinar rembulan dari balik jendelanya.     

Monna lalu hanya membaca sekilas pesan dari Anthonie dengan mood yang sudah menurun jauh.     

Sedih dan bertekuk wajah. Pesan Anthonie malah tidak memberikan penghiburan untuknya.     

[ "Sang Putri lalu memeluk Sang Pangeran. Berjanji tidak akan menanyakan pertanyaan bodoh dan mereka akhirnya berhagia." ]     

[ "Lalu, apa kau ingin tahu satu cerita menarik lain?" ]     

Monna tidak menunjukkan perubahan ekspresi.     

[ "Tunggulah, sampai aku menceritakannya besok!" ]     

[ "Sweet Dream! And have a nice sleeping!" ]     

Pesan itu akhirnya berakhir.     

Meninggalkan perasaan kosong dalam hati Monna yang mendadak mencari sosok Belhart dan keluarga kecilnya.     

***     

Besoknya, pagi-pagi sekali. Anthonie melakukan rutinitas yang sama seperti kemarin.     

Datang ke rumah Monna dan ingin menjemputnya.     

Monna yang sudah terlalu lelah mengajukan protes dan tidak pernah didengarkan. Membiarkan saja Anthonie melakukan apa yang dia mau.     

"Sepertinya aku cepat beradaptasi dengan tindakanmu yang tidak pernah bisa aku duga!"     

Menatap malas dan menerima saja tumpangan Anthonie dengan tangan terbuka.     

Anthonie justru bersikap santai.     

"Tidurmu nyenyak semalam? Dan kau sudah siap mendengarkan cerita menarikku yang lain?" ucap Anthonie.     

Monna lantas memberikan tatapan dingin.     

Pria ini masih ingin mendongeng?     

Menahan keinginannya untuk mengumpat. Monna menatap Anthonie dengan ekspresi tenang.     

"Sekarang katakan padaku. Apa yang ingin kau ceritakan. Dan bagaimana kau bisa tahu cerita anak-anak itu?"     

Anthonie terus memberikan tatapan tenangnya. Senang melihat Monna nampak tertarik dan ingin tahu.     

Keduanya lalu bicara serius sepanjang perjalanan menuju ke kantor.     

Lupa sejenak bagaimana keributan kecil telah mereka lakukan kemarin dan mencari tahu lebih banyak soal pemahaman mereka masing-masing perihal pengetahuan Anthonie.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.