Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 194 ( Apa yang Akan Terjadi )



Chapter 194 ( Apa yang Akan Terjadi )

0Senang bisa memberikan kebahagiaan yang mungkin akan berkepanjangan sampai besok pagi. Atau selamanya bila perlu.     
0

Monna membalas ucapan Asraff.     

"Begitu juga dengan kakak. Dan terima kasih untuk segalanya, Kak. Aku yakin malam ini akan menjadi malam yang sangat indah dan melegakan,"     

Ketika aku menemukan keluarga nyata yang belum pernah Monna dapatkan di kehidupannya lain.     

Senyum itu mendadak datar kembali.     

"Tapi sebelumnya, bisa kakak jelaskan kenapa pria itu berada di sini?"     

Menatap lurus ke depan. Ketika Belhart sedang berdiri di salah satu dinding menunggu kedatangan mereka dengan sikapnya yang sangat tenang. Dan ikut menatap ke arahnya ketika melihat mereka tiba.     

"Kalian sudah selesai bicara?" tanya Belhart.     

Mengikuti arah pandang Monna dan mendengar suara yang sangat familar ketika menoleh.     

Asraff memberikan tatapan malas pada Belhart.     

"Kau belum tidur dan berkeliaran?"     

Monna masih saja mengajukan pertanyaan sama.     

"Kenapa tidak ada yang menjawabku? Kenapa dia berada di sini dan mengenakan pakaian kakak? Belhart tidak mungkin.."     

Mempunyai isi pikiran yang sama, Asraff melengkapi.     

"Dia akan menginap, Catty. Dan hanya untuk malam ini,"     

Tatapan peringatan juga diberikan pada Belhart ketika Asraff mengucapkan kalimat keduanya.     

Terkejut kerena ini adalah pertama kalinya.     

"Apa? Belhart akan menginap? Kenapa? Bukankah dia punya istana yang jauh lebih luas?"     

Menyetujuinya dan mempertanyakan hal yang sama.     

"Kau benar, Catty. Karena itu, apa kita perlu mengusirnya dan membiarkan semua orang tahu kita tidak menerimanya di rumah ini?"     

Monna spontan melirik Asraff.     

"Itu sebenarnya sebuah persetujuan atau bantahan, kak?" tanya Monna ragu.     

"Entahlah. Kau bebas memikirkan jawabannya. Namun kedatangan dan situasi ini terjadi begitu saja. Hingga kakak sendiri bingung darimana awal mulanya."     

Belhart memberikan tatapan dingin.     

"Bukankah kau yang memintaku untuk membantumu? Memberikan izin pada Alliesia agar bisa berlibur satu harian penuh untuk jadwal besok. Kau ingin aku membatalkannya?"     

Menatap dengan penuh pemahaman.     

Jadi, Asraff dan Belhart telah melakukan kerja sama?     

Lalu, apa hubungannya dengan Belhart menginap di rumah mereka?     

Tidak melihat sosok ayah dan ibunya, Monna lantas bertanya.     

"Ayah dan ibu juga sudah mengizinkan?"     

Seperti anak yang patuh pada kedua orang tua. Monna terus menanyakan bagaimana pendapat dan persetujuan orang tuanya.     

Sehingga Asraff akhirnya menjawab.     

"Mereka sedang tidak berada di dalam rumah, Catty. Masih berada di kota lain untuk mengunjungi saudara kita di sana. Tapi, begitu kakak mengatakan bahwa kakak akan melamar Allie besok. Mereka dengan semangat menggebu-gebu memutuskan akan langsung pulang besok pagi."     

Melirik Belhart dengan penuh arti dan memberikan peringatan kesekian.     

"Anda juga harus pulang lebih pagi dibandingkan mereka agar tidak menimbulkan kehebohan," tukas Asraff yang dibalas Belhart dengan tatapan santai.     

Asraff yang sepertinya sudah tidak punya apapun yang ingin dia katakan, melirik Monna dan Belhart secara bergantian.     

"Kalau begitu kalian bicaralah berdua dan aku akan langsung tidur,"     

Menguap satu kali dan cukup lebar. Asraff melakukan stretching.     

"Hoam... Besok, aku harus bangun pagi-pagi sekali mempersiapkan banyak hal. Jadi aku harus tidur lebih awal dan jangan mengangguku!"     

Monna dibuat kelabakan dengan sikap Asraff. Melambaikan tangan dan masuk ke dalam kamarnya.     

Monna memanggilnya satu kali.     

"Kakak.."     

Apa maksudnya dengan meninggalkan mereka berdua seperti ini?     

Ingin mengajukan pertanyaan seperti itu. Belhart malah mencegatnya.     

Berdiri tepat di hadapannya.,bahkan hanya dalam jarak beberapa senti.     

Monna tanpa sadar membandingkan tinggi badan mereka.     

Apa Belhart memang punya postur badan setinggi ini?     

Baru memperhatikannya sekarang dan itu aneh menurutnya. Monna segera menggeleng.     

"Apa yang Anda lakukan? Dan kenapa menghalangi jalan saya?" protes Monna.     

Mengacuhkan komplainnya dan bersikap seenaknya. Belhart langsung menarik Monna pergi. Entah akan mengajaknya bicara di mana. Monna bertanya soal tujuannya.     

"Yang Mulia.. apa yang sebenarnya ingin Anda bicarakan? Kenapa Anda mengajak saya pergi? Lalu, kenapa saya harus dibawa kemari??"     

Mengenali dengan sangat baik, ruangan yang mereka masuki bersama.     

Monna agaknya sempat termangu.     

"Anda mengajak saya bicara di dalam kamar? Kamar saya pribadi? Lalu, bagaimana Anda bisa tahu ini adalah kamar saya?"     

Tidak pernah mengajak Belhart berkeliling rumah. Bahkan mengunjungi kamarnya. Belhart sudah tahu dimana letak kamar Cattarina?     

Tidak ingin disalahpahami, Belhart segera menjawab.     

"Asraff yang memberitahu ketika tadi kami tidak sengaja lewat," tutur Belhart.     

Membuat Monna pelan. Lalu mengutuk Asraff.     

Aku tarik kembali ucapanku tentang Asraff yang sangat membanggakan dan memukau!     

Lihat apa yang dia lakukan terhadap adiknya.     

Bukan hanya membawa musuh masuk dalam rumah.     

Kini, dia rela mengorbankan adiknya demi wanita lain?     

Sehingga, mana perasaan tulus yang Asraff ucapkan padanya tadi?     

Semua hanya kebohongan dan mulut manis semata?     

Bereaksi dengan kikuk dan kurang nyaman. Ketika mereka hanya berdiri dan saling menatap. Monna lalu memecah keheningan.     

"Ada apa? Apa ada sesuatu yang ingin Anda tanya atau bicarakan?"     

Berpikir urusannya dengan Belhart akan berakhir ketika mereka telah resmi bercerai dan Monna sudah meninggalkan istana.     

Kini apa yang sebenarnya Belhart inginkan?     

Memasuki rumahnya. Dan melewati segala penghalang. Lalu, menjajah masuk ke ruang pribadinya.     

Apa lagi yang ingin pria itu permasalahkan.     

Karena pasti bukan tanpa alasan, Belhart muncul di sini dengan sengaja.     

"Aku ingin menuntaskan apa yang ingin aku katakan padamu, hari itu." Berucap dengan tanpa keraguan.     

Pembicaraan mereka sempat terhenti?     

Bagian mananya?     

Merasa terpojok dan tidak ingin membayangkan kalimat lanjutannya. Monna pura-pura bodoh.     

"Kata-kata apa, Yang Mulia? Apa kita masih punya hutang percakapan?" tanya Monna ragu dan entah bagaimana jadi bersikap innocent.     

Belhart melembut.     

"Bisakah aku memintamu untuk kembali memanggilku 'Belhart'?"     

Cara meminta dan memohon yang jauh berbeda dengan permintaan Belhart selama ini. Belhart sudah tidak lagi menggunakan kalimat paksaan dalam permintaannya.     

Namun permohonan yang sangat tulus. Hingga membuat Monna tidak bisa berpaling. Dan tidak bisa langsung menyetujuinya.     

"Itu sulit, Yang Mulia. Karena kita sudah tidak punya hubungan apapun," balas Monna logis.     

Belhart tidak memberikan jeda.     

"Tapi sebuah panggilan sederhana tidak akan memberikan pengaruh. Karena aku hanya ingin mendengar nama itu keluar dari mulutmu,"     

Deg!     

Apa Belhart sebenarnya adalah perayu yang unggul?     

Kenapa dia bisa mengucapkan kalimat yang begitu menyentuh hatinya. Padahal kata-kata yang dia gunakan sangat sederhana.     

"Saya tetap harus menjaga etika, Yang Mulia." Ucap Monna tetap pada keyakinannya yang pertama.     

"Selain itu,"     

Melihat sekeliling dan menunjukan ketidaknyamanan dengan sengaja.     

"Kurang etis jika kita bicara di sini. Bukankah Anda sadar juga kalau ini kamar pribadi seorang wanita? Kita hanya berdua di kamar ini. Lalu.."     

Menghentikan ucapannya ketika Belhart mendadak menyudutkannya ke tembok.     

"Lalu apa kira-kira yang akan terjadi ketika kita hanya berdua di dalam kamar? Orang tuamu tidak ada dan Asraff sudah memberikan waktunya bagi kita untuk bicara,"     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.