Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 186 ( Tindakan Bunuh Diri )



Chapter 186 ( Tindakan Bunuh Diri )

0"Jadi karena itu, kau terus menghindariku? Dan marah ketika aku berulang kali mencarimu untuk mendapatkan pengobatan??"     
0

Bertanya seperti angin lalu. Dan karena semua sudah lewat. Pertanyaan itu akhirnya terjawab.     

Meninggalkan sisa-sisa kekesalan ketika alasan sebenarnya sangat serius dan mengguncang Belhart.     

Alliesia lalu menatap Asraff.     

"Kau tidak nampak terkejut? Dan sepertinya tahu sesuatu? Apa aku benar?"     

Pintar membaca situasi dan mendadak menjadi sensitif karena bukan hanya satu atau dua kali Alliesia mengulang kehidupannya.     

Asraff yang ditatap, menjawab sekedarnya.     

"Aku hanya sempat curiga dan mulai mempercayai beberapa hal. Namun bukan itu yang penting sekarang karena Catty saat ini sedang tidak bisa menerima keadaannya. Jadi bisa kau jelaskan, kenapa dia bisa sampai seperti itu?" tanya Asraff mengalihkan perhatian.     

Menatap dengan penuh kasihan Cattarina yang tidak berani mengangkat wajah bahkan bergerak.     

Pembicaraan mereka tidak akan mungkin diselesaikan, sebelum semuanya jelas.     

"Surat yang Putri tinggalkan sebelum dibunuh. Surat itu tidak hanya menyimpan kepedihan Yang Mulia Putra Mahkota. Tapi juga kepedihan terbesar bagi Yang Mulia Putri Mahkota,"     

Mengupas tuntas, sampai-sampai semua orang yang berada di balkon itu melupakan sepenuhnya acara meriah yang masih berada belakang mereka.     

Belhart yang tidak mengerti dan tidak punya gambaran masa depan atau masa lalu, tentu bertanya.     

"Lanjutkan dan terus buat aku mengerti," ucap Belhart penuh pemohonan.     

"Kepedihan karena harus mencintai Anda sepenuh hati dan tidak pernah mendapatkan balasannya. Harus kehilangan calon bayi kalian karena keguguran. Dan rencana pembelotan yang Tuan Putri isu-kan sendiri, agar dia bisa membuat Anda menceraikannya. Mengakhiri hubungan tidak berjodoh kalian dan kesengsaraan serta rasa sakit yang Putri alami. Akibat dari harus terus melihat Anda bahagia bersama dengan saya pada masa itu."     

Siapa yang tidak akan terkejut dengan semua kenyataan pahit itu?     

Jadi, karena fakta soal dirinya sendiri yang sudah menghancurkan keluarganya. Cattarina menjadi seperti ini?     

Melirik Monna dengan berbagai macam perasaan. Terutama iba dan mengasihaninya. Para pria masih berusaha mendengarkan penuturan Alliesia sampai tuntas.     

"Dan karena surat itu, Anda menjadi sadar betapa berarti Putri Mahkota mencintai Anda dengan sangat tulus. Menyesal dan merasa bersalah karena Anda selama itu tidak pernah memperlakukannya dengan baik. Sehingga wajar jika Putri Mahkota menjadi gelap mata,"     

"Menggunakan berbagai cara untuk membuat Anda sulit dan terganggu. Terlebih lagi memisahkan diri Anda dengan saya. Lalu berakhir dengan gagal meracuni saya. Apa Anda ingin tahu fakta yang menarik dan menyayat hati di sini?"     

Menatap dua kali lipat lebih serius.     

Tidak ada satu orang pun yang berani membuka mulut dan terus menyimak.     

"Putri Mahkota meracuni saya dengan sengaja karena dia ingin menebus kesalahannya. Menyusul kepergian seluruh anggota keluarganya dan menerima hukuman dari sang pencipta sekaligus penentu takdir,"     

Asraff yang akhirnya paham, menatap takjub.     

"Jadi, hal seperti itu yang sebenarnya terjadi?"     

Apalagi Belhart yang seperti menemukan potongan puzzle terpenting dalam cerita hidupnya bersama dengan Cattarina.     

"Dia sengaja membuatku membunuhnya?"     

Terkejut ketika Belhart mengetahui fakta itu.     

Asraff lantas bertanya padanya.     

"Darimana aku bisa mengetahuinya?"     

Melirik Asraff dengan pandangan sama.     

"Aku yang seharusnya balik bertanya. Apa Catarina yang sudah menceritakan masa lalunya langsung padamu?"     

Asraff menggeleng.     

Semakin menampilkan kebingungan hadir di raut Belhart yang sepengetahuannya. Cattarina sangat rapat menyimpan seluruh tekanan hidupnya selama ini seorang diri. Tidak membaginya dengan orang lain.     

Dan bahkan hanya menulis sepenggal demi sepenggal penuh misteri dalam buku catatan hariannya.     

Asraff berucap pelan.     

"Aku akan menceritakannya nanti. Yang penting sekarang, hasil yang bisa aku rangkum adalah. Semua kesialan dan nasib buruk adikku, adalah hasil dari perbuatannya sendiri. Lalu Belhart yang terpancing, membunuh adikku karena dia berusaha meracunimu pada masa itu?"     

Terkejut ketika Asraff berhasil merangkum seluruh cerita Alliesia dengan asumsi yang hebat. Alliesia dan Belhart sama-sama mencurigai Asraff mengetahui lebih banyak daripada yang mereka pikirkan.     

Ingin bertanya lebih jauh. Namun yakin Asraff belum ingin memberikan jawaban. Karena yang dia anggap paling penting saat ini adalah adiknya.     

Sama sekali tidak marah dan kesal ketika adiknya mencoba mencelakakan keluarganya di masa lalu.     

Belhat lantas bertanya.     

"Kau tidak kesal dan marah pada adikmu?"     

Mengerti dengan baik dan paham betul sebenarnya pertanyaan Belhart mengarah pada hal apa. Asraff membalas dengan yakin.     

"Dia adalah adikku. Dan tidak ada alasan bagiku untuk membencinya. Lalu, dia juga sudah sangat menyesali perbuatannya saat itu. Dan yang terpenting. Bukankah pada masa ini dia berusaha membujukmu untuk membantunya memecahkan persoalan tentang pembelotan yang dia sendiri tidak tahu siapa yang menyebarkannya?"     

Sudah mendengar soal sikap heroik Cattarina dari ayahnya yang disampaikan langsung oleh Belhart. Dimana mereka berdua bersama-sama bekerjasama untuk menangkap sang pelaku. Dan sekali lagi mendapatkan bantuan langsung dari Cattarina yang berhasil memojokkan pamannya.     

Sehingga, masih perlukah Asraff menyalahkan adiknya atas kesalahan yang sepenuhnya tidak dia inginkan?     

Bersikap dewasa dan bisa memilah-milah mana yang benar harus dia lakukan, dengan yang tidak.     

Salah satu sifat inilah yang membuat Alliesia akhirnya menaruh perhatiannya pada Asraff.     

Menganggapnya bisa menjaga kekasihnya lebih baik dibandingkan siapapun. Karena menjaga keluarga, terutamaadiknya sendiri. Asraff begitu totalitas.     

Asraff malah mengajukan pertanyaan yang baru.     

"Lalu, apa yang terjadi dengan Putra Mahkota? Kenapa kau bilang Putra Mahkota menjadi gila? Dia menyesal membunuh Cattarina, lalu menjadi gila?"     

Mengangguk pelan dan membenarkannya.     

Alliesia yang merasa terbebani tidak sanggup menatap mata Belhart.     

"Anda terpuruk dan melupakan banyak hal dengan sengaja. Mengurung diri dan tidak membiarkan siapapun berinteraksi dengan Anda. Karena ada tujuan lain Putri mahkota melakukan tindakan bunuh diri. Beliau ingin Anda terbebas dari bayang-bayang keluarga sang penghianat,"     

Menatap dengan luar biasa terkejut dan kehilangan kata-kata dalam sekejap.     

Masuk akal-kah semua ini?     

Usahanya. Pengorbanannya. Dan seluruh perasaan Cattarina yang tidak pernah Belhart anggap.     

Belhart yang akhirnya paham bagaimana alasan sebenarnya dia bisa menusuk Cattarina. Semua karena cinta butanya terhadap Alliesia yang Cattarina celakai. Lalu dengan kebencian itu, Belhart terus meninggalkan ketakutan dan kesedihan di wajah merananya?     

Melirik Monna kembali lalu berjalan ke arahnya.     

Belhart yang lemah, berjalan dengan sangat letih.     

"Kau pasti menderita seorang diri. Dan aku sama sekali tidak tahu kepedihanmu itu,"     

Monna masih saja tidak menunjukkan reaksi. Seolah tidak berada di dunia ini dan sibuk bermain-main dengan pikirannya sendiri.     

Belhart yang sedih mengusap air mata Monna yang mengalir.     

Ikut menggigit bibir ketika Belhart sepertinya ingin ikut menangis.     

"Aku sungguh minta maaf,"     

Berucap sangat sedih.     

Asraff yang peka, atas inisiatifnya sendiri. Berpikir bahwa ini adalah waktunya bagi Belhart dan Cattarina berbicara hanya berdua. Setelah segala pelik ini terbongkar dengan begitu mengejutkan dan memiluhkan.     

Asraff yang sebenarnya ingin merengguh tubuh lemah Cattarina, menahan diri. Bisa melakukannya lain kali dan akan mulai memberikan kepercayaan penuh pada Belhart yang Asraff sadari masih mencintai Cattarina. Dan bahkan sangat.     

"Kita pergi dan biarkan mereka," ucap Asraff pelan pada Alliesia.     

Mereka berdua kemudian berbalik.     

Meninggalkan dua sejoli yang masuk dalam keheningan sejenak.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.