Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 181 ( Rencana Belhart )



Chapter 181 ( Rencana Belhart )

0Sebaliknya.     
0

Malah terlihat semakin memukau dan berwibawa dengan pakaian mungkin kelas dua. Tapi tetap berhasil menonjolkan sisinya yang tegap, gentleman dan berkharisma.     

Argedaff yang kesal tidak bisa menghentikan mulutnya untuk bicara.     

"Apa kau harus menunjukkan dengan sangat jelas perbedaan mencolok antara pesta ulang tahunmu dengan pesta ulang tahunku tempo hari?" ucap Belhart sengaja menyudutkan Belhart.     

Melihat tangan dengan angkuh dan malas. Argedaff yang terkejut ketika seluruh tamu Belhart telah berdatangan. Bahkan sampai sebelum waktu yang telah ditetapkan.     

Dengan tanpa mempedulikan tata krama, Argedaff masuk seenaknya ke dalam ruang ganti Belhart.     

Sudah pernah melakukannya beberapa kali ketika semasa remaja mereka sering berkumpul bersama. Melakukan permainan berburu ringan dan tidak jarang, Belhart mengizinkannya menginap.     

Menggunakan mata dan ekspresinya yang tenang. Belhart bertanya.     

"Kenapa? Apa kau iri?" tanya acuh.     

Berucap dengan sombong dan tidak mempedulikan lawan bicaranya.     

Argedaff mencibir.     

"Tidak. Tentu saja," ucap Argedaff bohong dan separuh malas-malasan.     

Belhart kemudian menambahkan.     

"Lalu, kenapa kau nampak kesal? Tidak senang ketika pestaku memang lebih meriah dan ramai, bila dibandingkan dengan pestamu saat itu. Bukan salahku juga jika peruntungan baik selalu berpihak padaku,"     

Cibiran Argedaff semakin bertambah.     

"Hahaha.. kau memang pria sombong yang ulung!" runtuk Argedaff.     

Tertawa garing dan mengejek omong kosong Belhart.     

Argedaff lalu mengajukan pertanyaan lain yang membuatnya penasaran.     

"Lalu, bagaimana dengan dia? Cattarina akan datang hari ini?" tanya Argedaff dengan beberapa dugaan buruk dan baik dalam benaknya.     

Menatap dengan dingin dan menganggap pertanyaan Argedaff aneh. Belhart berucap yakin.     

"Cattarina jelas akan datang dan harus! Apa ada alasan baginya untuk tidak hadir?"     

Seperti sebuah kewajiban dan kehadirannya sangat diharapkan.     

Monna memang benar datang ke pesta ulang tahun Belhart sesuai dengan jadwal.     

Datang bersama dengan Asraff karena kedua orang tuanya sedang tidak berada di rumah. Cattarina tampil sangat cantik dengan pakaian yang terlalu mencolok dan mengundang perhatian.     

"Sekarang, apa yang harus kita lakukan?"     

Menatap sangat serius dan bimbang. Sama seperti semua orang. Asraff nampak terkejut dengan keseragaman di depan matanya.     

"Kau... mengenakan pakaian yang sama dengan Putra Mahkota?"     

Terlihat sama terkejutnya dan baru menyadarinya.     

"Apa-apaan pakaiannya itu?"     

Melirik ke arah seseorang bertanya dengan heboh. Monna ikut mempertanyakan pertanyaan yang sama.     

"Dia berani datang dengan mengenakan pakaian itu?"     

"Putri Cattarina berani mengenakan pakaian yang sama dengan Putra Mahkota?"     

"Warna burgundy yang kalem! Pakaian mereka sengaja diatur memiliki warna dan motif yang senada!?"     

Hingga spekulasi buruk bertambah.     

"Dia sudah tidak waras?"     

"Mencari tahu lebih dulu. Kemudian mencocokkannya? Aku yakin ini semua bukan hanya sebuah kebetulan!"     

Lebih percaya pada kemungkinan itu dan meragukan sebuah kebetulan yang tidak akan mungkin terjadi. Menyudutkan Cattarina tentu adalah hal yang sejak dulu mungkin mereka inginkan.     

Lalu menggunakan kesempatan ini dengan sangat baik.     

Monna yang baru mengetahui fakta itu, sulit bereaksi.     

Terkejut ketika dia dan Putra Mahkota belum pernah merencanakan kekompakkan ini sebelumnya.     

Namun, mungkinkah semua ini adalah kebetulan? Mereka secara acak memilih pakaian yang seragam?     

Tidak. Itu jelas tidak mungkin. Dan mustahil!     

Karena mereka pergi ke toko pakaian bersama!     

Memang sedang lelah dan dibuat tidak memperhatikan pakaian apa yang Putra Mahkota pilih pada akhirnya.     

Karena terlalu sering berubah dan terus berganti, akibat pendirian Putra Mahkota yang tidak stabil.     

Belhart ternyata sengaja merencanakan semua ini?     

Memilih pakaian yang senada untuk Cattarina. Dan tanpa memberikan pendapat lalu memasrahkannya. Monna menyetujui langsung pilihan Belhart dan termakan cara curangnya?!     

Tidak bisa memprediksi apa sebenarnya tujuan Belhart. Monna seakan dibodohi.     

Mengepalkan tangan dengan perasaan konyol bercampur kesal.     

Beberapa gunjingan jelek, terus saja Monna dengar tanpa penyaringan.     

"Aku bisa mengerti Putri Mahkota masih mencintai Pangeran Dominic. Tapi apa semua ini masuk akal?"     

Menggunakan suara berbisik, namun terang-terangan. Percakapan menyindir itu menusuk rongga telinga Monna.     

"Dengan dia mengenakan pakaian itu. Apa dia berharap statusnya tetap ada dan tidak pernah hilang?"     

Tertawa kecil ketika lelucon itu Monna dengar.     

"Membuat semua orang ingat padanya. Dan tidak berharap Putra Mahkota direbut oleh orang lain.."     

Asraff dengan kekesalan yang sudah di ubun-ubun, murka.     

Hendak bergerak maju untuk memperingatkan dan menegur para penggosip yang menyebalkan.     

Monna menahannya.     

Menimbulkan tanda tanya besar. Asraff lalu bertanya dengan kacau.     

"Kau melarangku menghardik mereka? Tidak marah? Dan tidak ingin aku membelamu?" tanyanya dengan ekspresi tidak mengerti.     

Bersedia melakukan apapun jika semua itu berhubungan dengan Cattarina. Asraff tentu akan menghadapi siapapun itu orangnya. Sekalipun mereka adalah kumpulan wanita bodoh yang hanya lebih pintar dalam berbicara tanpa tahu betul apa yang mereka katakan.     

Namun, sang korban justru memintanya untuk tetap diam dan tenang?     

Menghela napas dengan separuh lelah. Monna menggeleng.     

"Tidak, Kak. Aku tidak ingin kakak melakukan itu. Dan jangan buat keributan di pesta orang," seru Monna.     

Masih mengedepankan logika ketimbang emosi sesaat. Asraff sekali lagi menanyakan pertanyaan yang sama dengan kecewa.     

"Aku mengerti. Tapi apa kau sama sekali tidak kesal?"     

Menatap dengan sangat serius dan berucap pelan.     

"Aku tidak mungkin tidak kesal. Karena hatiku tidak terbuat dari kapas atau sesuatu yang lembut lainnya. Tapi, menegur atau memukul mereka. Sama sekali bukan pilihan terbaik,"     

Masih tidak percaya dengan kata-kata Monna. Asraff dibuat berasumsi lain.     

"Dan apa itu artinya kau ingin melakukannya sendiri?"     

Menggeleng dan memiliki keteguhan. Monna lagi-lagi menjawab dengan tenang.     

"Tidak. Sama sekali tidak!"     

Masih menahan lengan Asraff agar tidak terpancing.     

"Hal seperti itu hanya akan menurunkan integritasku. Pesonaku yang sudah tinggi dan menjadikan levelku sama seperti mereka."     

Keangkuhan berbeda ini memunculkan kilatan tipis dalam sorot mata Asraff yang belum melepaskan pandangannya dari Monna.     

"Aku tahu dan mengerti kau sudah banyak berubah. Namun pernahkah Cattarina Bourston, adikku yang selalu mencari perkara, mengalah demi kebaikan?" tanya Asraff mengenal baik adiknya.     

Karena seberapapun dia berusaha untuk paham. Perubahan semacam ini tidak pernah bisa membuat Asraff mengerti.     

Monna justru balik bertanya.     

"Apa itu aneh?" tanyanya.     

Menggeleng dengan tidak yakin. Asraff ragu dalam menjawab.     

"Entahlah. Terkadang hal itu terasa aneh dan asing. Namun terkadang, aku merasa itu adalah gaya barumu."     

Menghela napas panjang dan menurunkan kewaspadaannya. Asraff berusaha untuk lebih tenang. Menepuk pelan kepala Monna dengan lembut.     

"Kau ternyata lebih cepat dewasa daripada yang aku pikirkan,"     

Memeluk lengan Asraff yang dengan baik hati mau mendengarkannya. Monna mendapatkan kembali semangatnya.     

Namun, Asraff menambahkan usul.     

"Kau ingin pulang dan berganti pakaian? Atau apa kita lebih baik segera pergi dan tidak perlu menghadiri pesta ini? Toh, keberadaan kita tidak terlalu dibutuhkan dan berpengaruh?"     

Malah menjadi tontonan gratis dan Asraff sangat tidak menyukainya.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.