Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 176 ( Selamat Jalan dan Hati-Hati )



Chapter 176 ( Selamat Jalan dan Hati-Hati )

0"Astaga!! Putra Mahkota sudah berdiri sejak pagi di sana dan terlihat menyilaukan. Begitu tampan dan memukau! Apakah hujan lebat akan terjadi hari ini?"     
0

Berharap hal buruk itu tidak terjadi. Monna yang tidak sengaja mendengar, berdoa dalam hati.     

Beberapa pujian lain semakin membuat Monna sulit berkutik. Karena setelahnya, bukan hanya Belhart yang menjadi bahan gosip para pelayan.     

"Tapi, apa yang dia lakukan di sini? Bukan satu kali. Melainkan dua kali, setelah semalam! Putra Mahkota datang untuk menjemput Nyonya Muda?"     

Berjalan dengan angkuh dan acuh.     

Monna melirik Lily.     

"Lily!"     

"Ya, Nyonya."     

"Suruh semua orang bekerja dengan benar dan jangan jelalatan. Mereka mengira semua pekerjaan mereka bisa selesai, sekalipun mereka tidak fokus?"     

Menyindir dengan tajam. Lily yang patuh mengangguk.     

"Baik, Nyonya."     

Membubarkan barisan para pelayan yang lebah. Ketika diberikan umpan maka akan muncul.     

Monna kemudian mengalihkan pandangannya pada Therens.     

Melipat kedua tangannya dan berkata datar.     

"Aku akan keluar dengan Putra Mahkota." Ucapnya tenang.     

Dan menambahkan.     

"Apa aku juga tidak akan diizinkan pergi?"     

Sangat menguntungkan jika Therens melarangnya pergi seperti biasa. Memperketat penjagaan dan akses Monna untuk keluar dengan beberapa alasan tertentu yang menurut Monna kurang logis.     

Therens justru berkata sopan.     

"Tidak, Nyonya. Saya menghampiri untuk menyampaikan ucapan selamat jalan,"     

Menunduk dan bersikap hormat.     

Sikap yang bertolak belakang dengan keinginan Monna. Mengundang kerutan di kening Monna yang sudah menatap Therens dengan pandangan aneh.     

"Bibi akan membiarkanku pergi?" terlihat kecewa dan ingin memastikan.     

Therens mengangguk dan membungkuk.     

"Ya, Nyonya. Lalu selamat jalan dan hati-hati,"     

Merasa ada sesuatu yang salah. Monna masih mengajukan pertanyaan.     

"Yakin akan membiarkan aku pergi?" tanyanya sekali lagi dengan penuh harap.     

"Ya,"     

Mengangguk dan membungkuk sopan. Therens mengiyakannya?     

Memberikan ekspresi tidak puas. Monna seharusnya tidak perlu menanyakan pertanyaan bodoh.     

Memang, siapa di Geraldy yang berani menentang keinginan Putra Mahkota?     

Menghalangi bertemu dengan orang-orang yang dia ingikan dan mengajak mantan istrinya untuk pergi.     

Monna yang lemas, langsung berjalan keluar.     

Wajah tampan itu dengan siaga, menyambutnya.     

"Sudah siap?" tanyanya dengan keramahan yang jarang ditunjukkan.     

Monna mengangguk pelan.     

Dimana berpergian bersama, memang bukan sesuatu hal yang perlu Monna hindari atau takuti. Karena meskipun mereka telah bercerai. Hubungan baik antar mantan pasangan, jika bisa dipertahankan atau dipupuk. Tentu tidak akan menimbulkan persoalan genting yang tidak Monna harapkan.     

Namun bagaimana jika, kehadiran mereka di tengah-tengah pusat kota mengundang banyak perhatian?     

Tidak seperti kota Rafens yang walaupun padat penduduk. Mereka tidak terlalu mengenal sosok Putra Mahkota dan mantan Putri Mahkota.     

Namun di kota Nettvilee. Wilayah agraris yang menjadikan Count Bourston sebagai orang penting dan disegani. Sampai seluruh keluarga dan mantan suami putri semata wayang keluarga Bourston, juga dikenal.     

Siapa yang tidak akan memperhatikan kehadiran dua insan yang begitu mencolok dengan pakaian sederhana. Namun masih saja mengisyaratkan keunggulan fisik sang pusat perhatian.     

Monna seharusnya sadar, kalau hal seperti ini akan terjadi.     

"Kereta kuda!! Bukankah aku sudah memintamu untuk menggunakan kereta kuda paling normal dan tidak mencolok?!"     

Menatap dengan penuh yakin dan juga sudah merasa benar.     

Belhart menatap Monna dengan pandangan aneh.     

"Bukankah aku sudah menurutimu? Lalu sekarang apa lagi?"     

Menepuk kening pelan. Monna lupa seberapa berbeda standar kata sederhana antara dia dengan Belhart.     

"Kau memang sudah menggunakan kereta kuda yang sederhana. Tapi apa perlu lambang kerajaan itu, tetap menempel di sana?"     

Menunjuk dengan kesal lambang kerajaan Geraldy. Berupa perisai dan mahkota.     

Monna sungguh dibuat tidak mengerti. Antara terlalu pintar. Cepat tanggap. Atau kebodohan yang tidak berguna.     

Monna sama sekali tidak dibuat peduli dengan banyak pasang mata yang menatapnya terkejut. Ketika dia berani membentak seorang Putra Mahkota.     

"Lihat! Bukankah itu Putra Mahkota?"     

"Ya. Dia mengenakan pakaian dan kereta kuda itu. Jadi jika bukan Putra Mahkota, lalu siapa?"     

"Lalu apa yang dia lakukan dengan Putri keluarga Bouston yang sudah dia ceraikan?"     

"Mereka sudah bercerai?"     

"Kau tidak tahu?"     

"Berita itu sangat menghebohkan. Tapi kau sama sekali belum mengetahuinya? Memang kau hidup dimana?"     

Belhart lalu maju dan berbisik di samping telinga Monna.     

Membuat Monna sulit berkonsentrasi dan mendengarkan dalam diam.     

"Jangan pedulikan mereka. Dan tunjukkan dimana tokonya. Bukankah kau bilang, kita sudah sampai?"     

Monna yang masih menatap kesal, menggerakkan kepalanya.     

"Di sana. Lalu masuk dan jangan berulah," ucap Monna memberikan peringatan. Karena tanpa sebab perasaannya menjadi kurang enak.     

Belhart lalu mengikuti Monna masuk ke salah satu toko.     

Sempat berpikir ulang. Kenapa Monna tidak meminta pemilik toko tersebut datang ke rumahnya. Jadi, dia tidak perlu menjadi pusat perhatian dan menimbulkan keterkejutan dari banyak orang.     

Monna lagi-lagi terlambat menyadari kesalahan lain yang dia perbuat.     

Beberapa orang dalam ruangan sontak berteriak heboh.     

"Nyonya Cattarina?"     

"Lalu, Anda... Putra Mahkota??!!" pekik semua orang dengan heboh.     

Ini dia!!     

Menatap dengan malas, kemudian mencari seseorang.     

"Tuan Astrond ada?" tanya Monna.     

"Ada. Seperti biasa,"     

Menunjuk ke sebuah ruangan. Seorang wanita dengan perawakan biasa. Bermata dan berambut coklat. Serta beberapa jerawat halus di sekitar hidung dan pipi. Mengenakan pakaian merumbai yang selalu menjadi jenis pakaian yang dia sukai.     

Monna mengenalinya sebagai Salsa. Asisten kepercayaan Astrond Pills. Selain tentu saja 2 asisten lainnya.     

"Putri Cattarina! Anda sudah tiba?!" sapa Browndy ramah.     

Laki-laki yang berumur sekitar 16 tahun dan sudah mengikuti Astronds Pills sejak berusia 8 tahun.     

Parasnya yang bulat dan matanya yang menyipit akibat beberapa lemak yang menumpuk di pipinya. Kulit coklat selalu menjadi ciri khasnya.     

"Mr. Astrond sedang dalam mood yang buruk. Beruntung kau datang dan bisa meredam emosinya,"     

Carolus Lilac, pria yang sedang membereskan beberapa pakaian dan menyusunnya berdasarkan urutan warna. Menyapa Monna dengan ramah. Namun enggan ketika melihat Putra Mahkota itu bersama dengannya.     

"Saya, Carolus Lilac. Salah satu pekerja. Memberi salam,"     

Memberikan hormat ketika mengenali pria berkarisma dan berkedudukan tinggi di depannya.     

Salsania dan Browndy ikut memberi salam.     

"Saya Salsa, Yang Mulia. Dan ini adik saya, Browndy."     

Menemukan kemiripan antara Salsa dan Browndy. Belhart akhirnya paham darimana kemiripan itu berasal.     

Sementara Monna sudah berjalan semakin masuk ketika Carolus Lilac mempersilahkan. Sembari berbasa-basi sejenak menyebutkan alasan Astrond bisa berada di dalam mood yang buruk.     

"Ada dua orang yang mendadak membatalkan pemesanan pakaian dan tidak bertanggung jawab. Menyalahkan toko kami karena tidak bisa menyediakan pakaian tepat waktu dan sesuai dengan keinginan mereka,"     

Carolus melirik Belhart sejenak.     

"Tapi, masalah ini tidak akan berpengaruh pada pakaian pesanan Anda berdua. Jadi tidak perlu khawatir."     

Belhart menatapnya balik.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.