Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 174 ( Ajakan )



Chapter 174 ( Ajakan )

0"Bukankah kau lapar? Karena itu, selain memberikanmu makanan untuk mengisi perut. Aku juga sengaja memberikanmu keleluasaan untuk memilih,"     
0

Melirik ke dalam ruangan kembali melalui kaca pintu balkon. Monna merasakan tenggorokannya tercekat.     

Apa yang akan dipikirkan orang-orang yang berada di pesta ini, ketika mereka melihat penyimpangan ini?     

Menatap dengan gundah dan mengikuti saja keinginan perutnya yang mendadak berbunyi untuk kedua kalinya.     

"Kryukkkk!"     

Setelah pulang nanti, Monna akan memukul pelan perut nakal ini hingga berulang kali.     

Makan sembari terus diperhatikan dan merasa beruntung tidak sampai tersedak. Karena Monna sepertinya sudah mulai bisa membiasakan diri diberikan tatapan tanpa berhenti dari Belhart.     

Monna lalu menawarkan makanannya.     

"Ingin sesuatu? Atau mencicipi sesuatu?"     

Tidak tahu makanan jenis apa yang menjadi selera Belhart. Monna asal saja menaikkan piring. Sehingga Belhart yang merasa kenyang menolak.     

"Tidak perlu. Aku menyediakannya memang untukmu. Dan makanlah dengan nyaman. Tidak perlu terburu-buru. Karena tidak ada yang akan merebutnya,"     

"Huk! Huk!"     

Mengambil gelas dan minum.     

Monna menepuk pelan dadanya yang mendadak sesak.     

Dan masih saja mendapatkan teguran yang aneh.     

"Aku sudah katakan tidak akan meminta. Jadi tidak perlu cemas,"     

Monna lalu memberikan tatapan sinis.     

Menghentikan makannya dan meletakkan gelasnya.     

"Apa sekarang, punya hobi baru?"     

Menatap tidak mengerti, Belhart bertanya.     

"Hobi baru? apa itu?"     

"Merundung saya. Dan membuat saya tersiksa?"     

Tidak! Tidak! Sejak dulu Belhart tidak pernah berubah.     

Selalu membuatnya kesulitan dengan berbagai hal. Sekarang, setelah mereka sudah tidak perlu melakukannya karena hubungan mereka sebenarnya tidak sedekat dan sedingin itu.     

Belhart masih juga tidak ingin membuat Monna merasa tenang.     

Menghela napas panjang dan memilih mengakhiri perdebatan.     

Monna memutuskan untuk berdiri.     

Belhart mendadak menghentikannya.     

"Minggu depan adalah hari ulang tahunku,"     

Berbalik dan menatap Belhart. Monna yang terkejut menutup mulutnya.     

"14 bulan 6?"     

Terlalu sibuk dengan berbagai hal. Sampai-sampai tidak ingat pada ulang tahun mantan cinta pertama sekaligus suaminya.     

Belhart yang sudah menduga, tidak menunjukkan kekecewaannya.     

"Karena itu, aku ingin kau hadir di pesta itu sama seperti hari ini."     

Menatap dengan ragu dan bimbang.     

"Tapi, Yang Mulia. Bagaimana tanggapan orang lain nantinya?"     

Tidak nampak peduli dan terus memaksakan keinginannya.     

"Itu akan menjadi urusanku dan aku tidak akan membiarkan satu orang pun membicarakanmu di belakang. Aku yakin jika sepasang suami istri yang sudha bercerai tetap akrab,"     

Monna malah semakin meragukan pernyataan Belhart.     

Akrab semacam apa yang Belhart maksudkan?     

Memang mereka pernah akrab? Dan apakah mereka pernah menunjukkan keharmonisan?     

Ya, bila di depan orang lain.     

Monna akhirnya memutuskan untuk mengalah.     

"Baiklah. Akan saya usahakan. Tapi saya tidak bisa berjanji,"     

Belhart tetap berkeras hati.     

"Kau harus hadir. Dan jika kau tidak hadir maka acaranya tidak akan pernah aku mulai,"     

Monna lalu terkejut.     

"Apakah itu semacam ancaman?"     

"Ya. Karena aku juga ingin merayakan ulang tahunmu pada hari itu!"     

Monna terus saja dibuat hilang akal.     

"Merayakan ulang tahunku? Kenapa?" tidak ingin mengerti dan mencoba mengerti.     

Separuh otak Monna sebenarnya tahu apa alasannya.     

"Karena tanggal lahir kita sama?"     

"Berbeda beberapa tahun. Namun tanggal dan bulannya sama. Karena itu, Anda ingin merayakan ulang tahun Anda bersama dengan saya?"     

Menganggap permintaan itu lucu dan konyol.     

Apa-apaan juga tanggal lahir mereka yang kebetulan sama?     

"Lalu aku ingin, kita pergi membeli pakaiannya bersama."     

Menatap semakin nyinyir.     

"Anda ingin apa?"     

Seolah mendadak menjadi tuli dan dungu.     

Ah, tidak. Hanya tuli sesaat, tapi tidak sampai dungu.     

"Aku ingin mengajakmu pergi untuk membeli pakaian untuk acaranya,"     

Menatap dengan serius dan berpikir cepat.     

"Bukankah pakaian Anda sudah ada yang mengaturnya? Tidak pernah memilih langsung. Anda selalu mempercayakan segalanya pada Hulck,"     

"Ya. Kau benar. Tapi untuk kali ini aku ingin memilihnya sendiri dan menentukan apa yang aku sukai,"     

Monna semakin menatap aneh.     

Sejak kapan Belhart begitu peduli dengan pakaian yang dia sukai?     

Lalu yang terpenting. Kenapa dia harus mengajaknya? Apakah tidak ada orang lain yang bisa dia repotkan?"     

Memejamkan mata dengan lelah sebentar dan merasa ada banyak kekeliruan di beberapa sisi.     

"Saya punya toko pakaian langganan. Mungkin saja akan pergi ke sana dan menggunakan jasa mereka."     

Dengan yakin Belhart membalas.     

"Kalau begitu kita peri ke sana,"     

Menatap dengan tatapan tajam dan separuh sinis.     

"Anda akan ikut saya pergi ke sana?"     

Bukan bermaksud membantu Belhart menentukan pilihan. Monna hanya ingin menegaskan bahwa dia punya toko pakaian langganan.     

Langganan! Yang berarti dia tidak perlu repot memilih.     

Mungkin juga akan meminta mereka datang ke rumahnya dan membawakan semua contoh pakaian.     

Belhart tidak mencoba ingin melakukan hal yang sama dengan butik terkenal langganannya?     

Penjahit terkenal yang hanya mengurus seluruh pakaian kaisar dan keturunannya.     

"Aku kebetulan juga ingin mencari suasana baru?"     

Menatap dengan sangat lelah ketika ketidak pahaman menyelimutinya bertubi-tubi bagai topan.     

"Saya, akan mencoba mengatur waktu. Tapi tidak bisa berjanji,"     

"Besok pukul 10. Aku akan menjemputmu,"     

Menjauhkan diri dengan terkejut dan mengerutkan kening.     

"Anda sebut itu sebagai sebuah permintaan dan bukan perintah?"     

Memasukkan salah satu tangannya di dalam saku celana dan bersandar pada pembatas balkon.     

"Kau boleh menganggapnya sebagai perintah jika itu yang harus aku lakukan agar kau bisa menyanggupinya,"     

Membuat simpul senyum dengan ekspresi datar.     

Ah, jadi ini adalah perintah dan bukan permintaan?     

Namun, kenapa Monna merasa itu semua adalah pemaksaan?     

Menghembuskan napas dengan lelah.     

"Baiklah. Saya akan bersiap-siap dan menemani Anda. Tapi dengan sau syarat,"     

Menatap dengan penuh minat ketika Monna mendadak mengajukan sebuah syarat.     

Belhart lantas bertanya.     

"Apa syaratnya?"     

"Jangan menggunakan kereta kuda yang sama dengan kereta kuda yang Anda gunakan malam ini! Cukup gunakan kerte kuda yang tidak mencolok dan nyaman,"     

Belhart memberikan anggukan paham.     

Seolah telah mendapatkan kesepakatan dan mendapatkan apa yang dia inginkan. Belhart kemudian pergi. Membiarkan Monna sibuk mencerna seluruh tindakannya hari ini dengan gelengan kepala lemah.     

Beppeni sudah keluar dan menemuinya.     

Memberikan senyum penuh arti ketika Beppeni seolah menangkap ada sinyal-sinyal baik antara Belhart dan Monna.     

"Kenapa dengan tatapanmu dan kenapa juga kau ikut bertingkah aneh?"     

Tertawa kecil dan menggeleng. Beppeni lalu berucap.     

"Kakakmu mencarimu dan ingin mengajakmu pulang bersama dengannya. Sebelum hari semakin malam dan kalian mungkin akan kembali besok pagi,"     

Monna lalu mengangguk tanpa gairah.     

"Ya. Kakak benar. Sepertinya aku harus langsung pulang untuk mengumpulkan tenaga dan bersiap-siap untuk besok,"     

Beppeni justru bertanya dengan separuh bingung.     

"Ada apa dengan besok? Dan kenapa kau harus mengumpulkan tenaga lebih banyak?"     

Menggeleng lemah dan berjalan semakin menjauh dari pintu Balkon. Monna melambai.     

"Bukan apa-apa. Selamat malam dan sampai jumpa! Titipkan salam pamitku pada Argedaff. Dan katakan untuk membuka kotak hadiah yang aku berikan tepat ketika acara ini sudah selesai. Bye-bye. Lalu selamat bersenang-senang!"     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.