Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 166 ( Bisa Memahami Waniata )



Chapter 166 ( Bisa Memahami Waniata )

0Tawa garing Monna sontak meluncur. Dan Monna tanpa sadar menatap Belhart ragu.     
0

Sejalan? Bukankah jika Belhart ingin pergi negara seberang. Belhart akan semakin memutar jika dia berbelok ke wilayah Nettvilee?     

Sehingga Belhart yang merasakan tatapan keberatan Monna, memberikan alasan tambahan.     

"Aku tidak punya pasangan lain untuk aku ajak pergi?" tuturnya pelan.     

Menaikkan sebelah alis dan menunggu kalimat lanjutan. Monna menjadi tidak sabaran.     

"Terus??"     

Bersikap tenang dan menjawab.     

"Itu sebabnya, kita lebih baik pergi bersama sebagai perwakilan dari negeri Geraldy dan kekaisaran!"     

Memijat pelan pelipisnya yang mendadak tegang.     

Monna tidak punya pilihan lain selain menyanggupinya. Karena apa yang dikatakan Belhart masuk akal. Dan ini bisa menjadikan alasan bagi Monna tetap pergi ke pesta Argedaff dan tidak membawa orang tuanya serta.     

Tapi..     

Menatap Belhart tegang ketika dia sudah berhasil mengatasi ketakutannya dengan sempurna terhadap sorot mata dingin itu.     

"Tapi, bagaimana jika nanti akan ada banyak orang yang bertanya soal hubungan kita? Tidakkah akan terlihat aneh jika kita pergi bersama?"     

Menggeleng ketika telah mempersiapkan kata-katanya.     

"Itu tidak mungkin dan aku tidak akan membiarkan hal itu sampai terjadi,"     

Monna masih juga dibuat ragu.     

Kedua orang tuanya justru terlihat mendukung. Mendorong Monna lebih maju mendekat ke arah Putra Mahkota.     

"Kalian pergilah. Karena jika kami tahu, Cattarina akan pergi bersama dengan Anda. Saya tidak akan mungkin secemas ini."     

Merasakan lega dengan sungguh-sungguh. Monna menatap ayahnya dengan pandangan aneh?     

Bukankah kami sudah resmi bercerai? Dan ayah sempat sangat marah dengan keputusan Putra Mahkota?     

Lalu sekarang, setelah mereka sudah berhasil bertemu dan mungkin bicara.     

Ayah sama sekali tidak mengatakan apapun soal kemarahannya tentang perceraian?     

Menatap ibunya yang tidak berbeda jauh dengan ayah.     

Monna segera saja berbalik. Berjalan pergi dan mengabaikan nasihat apa saja yang akan kedua orang tuanya katakan.     

"Ayo, kita pergi! Sebelum hari semakin malam!"     

Mendengar kedua orang tuanya masih saja memberikan ucapan selamat jalan. Monna yang sempat kecewa menundukkan wajahnya.     

Berpikir keluarganya peduli padanya dan tidak mementingkan status Belhart yang adalah Putra Mahkota.     

Pada akhirnya, ayah dan ibu tunduk Putra Mahkota dan menjilatnya?     

Menyadari perubahan suasana hati Monna yang berubah cepat menjadi buruk. Belhart seketika berkecil hati.     

Duduk dan mengawasi dalam kereta kudanya setelah berhasil membawa Monna masuk.     

"Ada apa? Apa menjadi buruk ketika kau pergi bersama denganku?"     

Menggeleng lemah namun tidak menjawab.     

Belhart merasa pertanyaannya separuh benar.     

Memaling wajah dan berucap kembali dengan kikuk.     

"Aku minta maaf,"     

Seperti salah mendengar dan berhalusinasi. Monna mendongak.     

"Ya?" respon Monna syok.     

Belhart yang serba salah, mengulang ucapannya.     

"Aku minta maaf jika aku mendadak datang tanpa pemberitahuan. Dan aku juga minta maaf jika membuatmu terkejut. Sekaligus memaksamu,"     

Bukan satu atau dua hal yang Belhart rasanya salah. Tapi tiga! Dan permintaan maaf itu dia ucapkan juga tiga kali!!     

Bermimpi-kah sekarang Monna?     

Mencubit pelan punggung tangannya dan terasa sakit.     

"Aw!"     

Monna merintih diam-diam dan membalas.     

"Bukan masalah, Yang Mulia. Karena ucapan Anda benar. Semua demi alasan perwakilan dan nama baik kekaisaran,"     

Monna kemudian baru memperhatikan sekitarnya.     

Nampak belum pernah berpergian dengan menggunakan kereta kuda bersama dengan Belhart. Monna nampak takjub.     

"Ternyata, kereta kuda ini lebih luas menampung kita berdua daripada yang saya bayangkan."     

Belhart mengangguk.     

"Ya. Kau benar. Dan itu sebabnya aku menggunakan kereta kuda terbesar di istana,"     

Setelah dirundung perasaan sedih karena kedua orang tuanya, sepertinya sudah lupa dengan segala perlakuan sepihak yang Belhart berikan pada putri mereka.     

Monna mengalihkan perhatiannya pada hal lain.     

"Begitukah? Jadi demi mengangkat nama kekaisaran di mata kerajaan lain, Anda sengaja membawa kereta kuda paling megah di istana?"     

Mengira perasaan Cattarina sudah jauh lebih baik.     

Belhart merilekskan posisi duduknya.     

"Sebenarnya bukan karena itu. Tapi aku sengaja memilih kereta yang paling bisa membuatmu merasa nyaman,"     

Monna tidak bisa menghentikan perasaannya yang bergejolak.     

"Ah, jadi seperti itu?" berucap asal dan menambahkan dengan kikuk.     

"Bagus jika begitu. Dan terima kasih,"     

Berusaha bersikap senatural dan setenang mungkin.     

"Anda ternyata bisa memahami wanita," ucap Monna bukan bermaksud mengejek. Melainkan hanya mengakrabkan suasana.     

Belhart justru menanggapi terlalu serius.     

"Apa aku tidak pernah memperlakukanmu dengan baik?"     

Mendadak diberikan pertanyaan yang emergency.     

Monna sejenak ragu.     

"Entahlah. Mungkin aku yang salah bertanya,"     

Tidak memberikan jawaban dan malah memberikan pernyataan yang tidak logis.     

Belhart menerima jawaban itu dengan santai.     

"Dan kau sangat cantik hari ini, Cattarina. Apa kau secara khusus berdandan untuk menunjukkannya pada seseorang?"     

Berharap orang yang ingin Monna tunjukan kecantikannya adalah Belhart. Namun harapan itu langsung Belhart tepis.     

Menopangkan dagunya di atas tangan dan menyandarkan tubuhnya ke dinding. Belhart tidak sadar, justru penampilannya hari inilah yang sangat memukau.     

Mengenakan kemeja putih dengan pakaian luar berwarna hitam dan celana ketat berwarna senada.     

Siapa yang tidak akan terpana melihat ketampanannya?     

Sengaja menyisir seluruh rambut biru gelapnya ke belakang dan melumurinya dengan beberapa olesan cream rambut agar terangkat sempurna.     

Memang, untuk siapa penampilan mencoloknya itu ingin Belhart tunjukkan?     

Sudah ada seseorang yang ingin dia curi perhatiannya di pesta, tidak lama setelah mereka baru saja bercerai?     

Mendadak ingat pada persyaratan konyol yang pernah mereka bahas dalam sidang perceraian.     

Belhart jelas mengatakan bahwa dia siap menikah ketika Monna sudah memberikan izin dna setuju pada calonnya?     

Sehingga apa karena itu juga, Belhart mengajaknya pergi ke pesta Argedaff bersama-sama?     

Untuk mengenalkannya pada wanita baru yang mencuri perhatianny, dan meminta persetujuan?!     

Tidak tahu harus bersorak senang atau merasa aneh dengan situasi ini.     

Monna hanya memberikan senyum simpul tipis untuk membalas pujian Belhart.     

"Tidak akan ada banyak orang yang saya kenal di pesta itu, Yang Mulia. Mungkin hanya Argedaff dan Beppeni."     

Monna tidak mungkin mengatakan bahwa dia sebetulnya pernah bertemu dengan Murgedaff, kakak Argedaff. Ketika berada di kehidupan lampaunya.     

Dan memutuskan untuk pura-pura tidak mengenali pria itu ketika mereka nantinya sampai berpapasan.     

Jawaban Monna langsung dianggap Belhart masuk akal. Menjadi tenang kembali dan menurunkan kecemburuannya yang mendadak naik.     

Belhart sudah menepuk pelan wajahnya.     

Demi Tuhan, Belhart!     

Kau cemburu hanya karena Cattarina menjadi terlalu cantik dan akan sanggup menggundang banyak pria mendekatinya?     

Mengenal pribadi Cattarina yang dingin dan berhati keras. Belhart belum menemukan pria lain yang bisa meluluhkan hatinya. Kecuali tentu, dirinya di masa lalu. Dan terakhir Neil.     

Mendapatkan perhatian lebih darinya dengan case yang berbeda.     

Jalanan yang berbatu, membuat kereta berguncang. Sedikit kehilangan keseimbangan dan hampir saja terjatuh ke depan. Monna beruntung karena Belhart selalu berada di sisinya untuk siap menolong dan membantunya.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.